Sebuah Foto

1.2K 93 3
                                    

Ada banyak hal didunia yang tak bisa dirubah. Kenangan masa lalu misalnya.

Lupakan hal yang menyakitimu dimasa lalumu,
Tapi jangan pernah lupa apa yang masa lalumu ajarkan padamu

PART 24

Di Rumah Dinda
Pukul 21.30

Dinda baru saja masuk kedalam rumahnya ketika papahnya turun ke lantai bawah, mereka sudah berbaikan tempo hari tapi tetap saja masih canggung. Dinda melirik papahnya diam-diam, dia menelan ludahnya untuk membasahi tenggorokannya yang kering, siapapun yang baru saja bertengkar dengan orang tua pasti mengalami fase berbaikan dan serba salah seperti ini.

"Din, duduk. Papah mau bicara..."

Dinda tak berbicara sedikitpun, dia langsung saja menuruti yang diperintahkan papahnya, kalau dilihat dari sorot matanya sih pembicaraan yang akan dimulai akan serius. Dinda duduk disofa ruang tamunya yang panjang, sementara papahnya duduk di single sofa yang khusus satu orang.

"Kamu sama Maxim serius ?"

"I-iya."

"Tapi kan kamu sama dia masih SMA, papah ga suka kamu terlalu serius, lagian papah liat kamu juga deket sama Rizky." Tegas Papahnya.

Dari dulu memang terlihat kalau papahnya tidak suka hubungannya dengan Maxim, meskipun pada awalnya papahnya terlihat mendukung karena sikap Maxim yang baik, Dinda sendiri tak mengerti kenapa papahnya jadi berubah tidak setuju pada Maxim.

"Aku mau tanya, kenapa papah jadi berubah ga suka hubungan aku sama Maxim padahal dulu Papah ngebolehin aku pacaran sama dia ?" Tanya Dinda berharap mendapatkan jawaban dari papahnya.

"Setiap orang tua pengen yang terbaik buat anaknya. Maxim baik, tapi ga sempurna. Papah udah tahu Maxim dan keluarganya. Papah ga mau ujung-ujungnya kamu yang sakit."

"Maksud papah ?"

"Udah lupain, pada saatnya nanti kamu bakal ngerti kalau papah bener."

"Meskipun Maxim ga sempurna, tapi ketulusan dia udah nyempurnain dunia aku pah..." Jawab Dinda masih mengeyel, dia tidak tahu apa yang akan dihadapinya nanti. Papahnya memunggungi Dinda sambil tersenyum getir, tangannya mengelus pelipisnya, dia hanya tak ingin pada akhirnya anaknya yang sakit.

***

Di Rumah Maxim
Pukul 21.40

Maxim masuk kedalam rumahnya pelan-pelan, dia sendiri tidak yakin apakah orang tuanya sudah tidur atau belum tapi yang pasti rumahnya sudah sepi dari obrolan mereka. Maxim naik kelantai atas menuju kamar orang tuanya, mengintip dari balik pintu kamar, ternyata orang tuanya sudah tertidur pulas.

Maxim berjalan kea rah ruang kerja papahnya, dia memang membutuhkan kamus besar bahasa inggris yang disimpan disana untuk mengerjakan PR nya, dia masuk dengan santai, langsung menuju kearah lemari buku yang panjang dan tinggi-tinggi, matanya mengitari semua buku yang tertata rapih disana layaknya alat sensor, dan dia menemukan apa yang dicarinya. Dia membawa kamus yang sangat tebal itu dengan tangannya, lalu memindahkannya ke meja kerja papahnya, dia sendiri duduk dikursi kerja milik papahnya. Tapi ada secarik kertas foto yang mengganggu rasa ingin tahunya, dia melihat ke kiri dank e kanan, meskipun dia tahu kalau tak ada orang disana, dia langsung mengambil photo itu. Photo seorang anak laki-laki berkulit putih seperti dirinya.

"Mirip gue, tapi bukan gue." Ceplos Maxim.

Lelaki itu terdiam sejenak, mengingat-ingat masa kecil. Ya dia ingat. Anak yang ada diphoto itu bukan dirinya, tapi anak itu pernah dibawa kerumahnya dan diperkenalkan oleh ayahnya sebagai adiknya. Adik berbeda ibu. Adiknya itu dibawa kerumahnya karena Ibunya meninggal dalam kecelakaan mobil dimalam saat ibunya berniat mengantarkan adiknya itu kerumahnya atas permintaan ayahnya yang memang baru tahu kalau dia mempunyai anak dari istri sirihnya dan malah hidup kekurangan sedangkan dirinya sendiri hidup berkecukupan.

"JATUH HATI"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang