Stand up, Speak Out
STOP BULLYINGPART 20
Di Cottage
Pukul 08.00Hari ini free. Tidak ada jadwal studytour, hari khusus liburan dan menjelajahi salah satu surga dunia di Indonesia, Bali. Kurang lengkap kalau mereka hanya menghabiskannya dicottage, makanpun mereka enggan kalau hanya masakan sendiri.
“Gue sama Pinka kuliner duluan yah, abis lo pada lama sih.” Teriak Alatas, itu hanya sebuah pemberitahuan bukan sebuah ajakan ataupun permintaan izin, Rizky hanya melihat sekilah dua insane yang tampaknya mulai menemukan arti masing-masing itu, ya tampaknya Alatas dan Pinka benar-benar cinlok sekarang. Dia duduk di ruang TV sambil membaca-baca Koran, menunggu Dinda keluar dari kamarnya, perempuan kalau dandan emang lama.
Ceklek.
Suara pintu itu sukses membuat Rizky menengok, melihat sesosok gadis yang muncul dari dalamnya, manis sekali. Gadis itu berpakaian casual, hanya sebuah kaos berwarna biru muda dipadupadan dengan hotpants. Entah disengaja atau bahasa alam, warna pakaiannya dan Rizky sama.
“Kita udah kaya couple unyu-unyu deh.”
Dinda mengabaikan perkataan Rizky. What a cute boy. Lelaki itu mengulurkan tangannya kearah Dinda, menunggu sambutan gadis itu, tapi gadis itu malah sok cuek dan berjalan mendahuluinya.
“Kaya yang punya uang aja pake jalan sendirian.”
Dinda menepok jidatnya dramatis. Dia lupa kalau saat ini dia tak punya uang sepeserpun tak ada jalan lain selain nebeng ke lelaki dibelakangnya itu, dia berbalik dan tersenyum. “Ayo jalan, pengen makan ayam betutu nih sama seafood.”
“Cewek gitu yah, ada uang abang sayang, tak ada uang abang ku tendang.”
Kali ini Rizky yang pura-pura tidak perduli, berjalan mendahului Dinda yang sedang mengumpatnya dari belakang. Hubungan mereka memang seperti itu, tak ada hari tanpa bertengkar, tapi mereka menikmatinya, sangat.
Tapi pandangan Dinda beralih dari Rizky ke sosok gadis yang sangat dikenalnya, sabahat terdekatnya, sahabat yang selalu mendukungnya, Inez. Gadis itu muncul dihadapannya dengan wajah yang kusut, tak ada pendar ceria diwajahnya, untuk yang kesekian kalinya Dinda harus melihat ada beberapa luka goresan didahinya, dan ada luka memar dipergelangan tangannya, membuat Dinda khawatir.
“Nez…” Ucapnya. Lidahnya kelu, khawatir dan pilu berbaur menjadi satu.
Inez mengangkat wajahnya yang tertunduk, air matanya yang tergenang dipelupuk mata bergeming, bibirnya tersenyum tapi menyimpan luka. “Din…” Gadis itu memeluk Dinda hangat, seolah Dindalah tempat aman untuknya.
“Elo kenapa nez? Ada yang jahatin lo? Bilang sama gue.” Tanya Dinda makin khawatir.
Gue dibully lagi Din. Tapi kata-kata itu tercekat ditenggorokannya. “Engga, gue abis jatoh.”
Sedikitpun Dinda tak percaya, lebam dan luka itu bukan seperti habis jatoh. Rizky yang berada beberapa langkah didepan Dinda pun jadi ikutan menengok dan penasaran, tapi dia hanya mendengarkan saja.
DRRRDDD… Handphone Inez bergetar, dia melihatnya dan menutup mulutnya, melihat Dinda sejenak, dan menjauh beberapa puluh langkah dari Dinda hanya untuk mengangkat panggilan itu, suara yang paling dia benci tetap harus didengarnya.
“GUE LIAT LO DI DEPAN COTTAGE DINDA. JANGAN NGOMONG MACEM-MACEM SAMA DIA. LO TAU KAN KALO DIA TAU DIA SENDIRI YANG BAKALAN SAKIT. SEKARANG BALIK KE COTTAGE LO!” Ucap seseorang disebrang telepon. Inez mengedarkan pandangannya dan dilihatnya Adzana tidak jauh dari lokasinya berdiri sedang memperhatikannya dengan sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
"JATUH HATI"
Fiksi PenggemarDunia mereka selalu berkutat antara keduanya. Perlahan berubah ketika sosok baru muncul ditengah cerita. Dinda bertemu dengan sosok baru bernama Rizky. Tak ada pertemuan tanpa sebuah keributan. Mereka lupa bahwa batas benci dan cinta sangat tipis. ...