Peringatan

1.5K 105 3
                                    

PART 11

     Dinda berdiri didepan gerbang rumahnya bersama Ibunya mengantar kepergian Maxim setelah kencannya yang hancur diganggu oleh tiga orang jomblo usil, siapa lagi kalau bukan Rizky, Alatas dan Pinka. Kini tiga orang itu juga ada bersamanya. Dinda tak begitu ramah dengan mereka kali ini, selain karena kesal dia juga sedang tidak ingin diganggu oleh tiga orang itu soal ciuman tadi didepan ibunya, bisa jadi bubur dia mendengar ocehan ibunya.

     “Din napa lo manyun aja?”

     Entah Alatas memang tidak sadar diri tentang kelakuannya yang membuat Dinda kesal atau dia sengaja menggoda Dinda didepan Ibunya. Maxim hanya menyenggol siku Alatas pelan memberinya isyarat untuk menutup mulutnya.

     “Kalian nih kalo maen ke daerah sini harusnya mampir, tau-tau udah pada pulang aja.” Ibu Dinda sedikit keki karena teman-teman Dinda yang sudah dikenalnya baik itu tak mampir kerumahnya padahal mereka maen dirumah Rizky.

     “Duh tan, kita kan tau diri, kalo maennya malam minggu ntar ganggu…”

     “Iya juga sih, ntar calon mantu tante keganggu.”

     “Apaan sih mah!”

     Maxim cuman nyengir mendengar ibu Dinda memanggilnya calon menantu, ada senyum bangga yang dia sengaja tunjukan pada Rizky, kekanakan memang, tapi entah kenapa dia merasa harus menunjukannya. Rizky hanya melengos membuang muka, menarik diri dari pembicaraan itu.

     “Yaudah deh tante saya permisi pulang dulu.” Pamit Maxim, dia melirik Pinka yang sedari tadi sudah mengekorinya karena tak mau pulang bersama Alatas si playboy yang suka sekali bertengkar dengannya.

     “Elo pulang bareng Alatas aja ya.” Maxim menunjuk Alatas dengan dagunya, dia mencium punggung tangan ibu Dinda berpamitan, lalu lari terbirit kedalam mobilnya menghindari Pinka, Didalam mobil dia langsung menurunkan kaca mobilnya dan melambaikan tangannya pada Dinda dan ibunya.

      “Hati-hati Max.” Dinda dan Ibunya berkata berbarengan, Maxim hanya tersenyum sambil menganggukan kepalanya, raungan dari mobil sportnya terdengar begitu dia menginjak gas dan pulang.

     “Kalo gitu saya juga pamit Tante, Din, Ky.”

     “Iya tas ati-ati kamu juga nyetirnya jangan ugal-ugalan.”

     Alatas melakukan ritual yang sama dengan Maxim, mencium tangan Ibu Dinda, dia berdiri tegap sambil melirik Pinka yang tampak memasang wajah memelas meminta tebengan, mau tidak mau. “Udeh lo gue kasih tebengan buru.”

     “Gue juga terpaksa nebeng elo kali.”

     “Udah pada pulang sana, jangan berantem terus dijalannya.” Dinda mengatakan seadanya melihat dua orang pelaku penggagal malam minggunya, satu orang lagi menyender dingin ditembok pagar rumahnya, melihat kearahnya dengan mata sinis dan ogah-ogahan siapa lagi kalau bukan cowok mesum rese.

     “Dah Tante, Dah Dinda, Dah Rizky.” Teriak Pinka dari dalam mobil Alatas yang perlahan meninggalkan kompleks perumahan itu. Begitu melihat mobil Alatas yang sudah menjauh Ibu Dinda melihat kearah Rizky.

     “Ky tante masuk duluan yah.”

     “Iya tan.”

     Dinda tak sengaja bertemu tatap dengan mata Rizky. Tapi itu hanya bertahan satu detik karena mereka sama-sama saling membuang muka. Dia kesal karena Rizky salah satu pelaku penghancur malam minggunya, sementara Rizky dia sendiri tidak tahu alasan dia merasa kesal setelah melihat kejadian sebelumnya ditaman rumah Dinda.

"JATUH HATI"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang