Karena cinta tak berkaki

1.6K 115 0
                                    

PART 5
FLASHBACK

     Jam menunjukan pukul 18.50. Karena merasa bosan, Rizky memutuskan untuk keluar dari kamarnya, dia ingat kalau rumah barunya itu punya balkon yang indah. Dia menjinjing gitar ditangan kirinya, dan tangan kanannya sibuk mengatur keseimbangan membawa secangkir kopi hangat.

     Kopi, ya kopi. Minuman hangat kesukaan Rizky. Dia duduk dikursi yang ada dibalkonnya, yang tepat menghadap langit malam berhiaskan kerlip bintang, dia memetik gitarnya sambil mengangguk-anggukan kepalanya mengikuti tempo yang dimainkannya, berganti dari satu lagu ke lagu lainnya.

     Tapi pandangannya terganggu ketika sepuluh menit kemudian bayangan dari balkon seberang rumahnya muncul, matanya melirik ingin tahu siapa yang akan muncul. Dengan sengaja Rizky menghentikan permainan gitarnya itu, dia mengamati gadis yang sedang menempelkan handphone ditelinganya.

     Entah karena gelap malam mengganggu pengelihatannya atau bukan. Tapi bila dipandang seperti saat ini Dinda, partnernya dalam bertengkar itu terlihat sangat cantik. Dengan piama putih berbentuk dress yang manis, yang menjulur sampai pahanya. Rambut hitam dan panjangnya yang terurai menari bersama angin yang menyapanya. Sesekali rambut bagian depannya tampak mengganggunya, dia mencoba menyelipkannya dibelakang telinganya, tanpa menyadarinya Rizky begitu menikmati pemandangan itu. Tak sadar dia sudah menopang dagu saat memperhatikan Dinda.

     "Nih udah diluar." Dinda berbicara dengan seseorang yang menelponnya.

     Suaranya cukup untuk bisa didengar Rizky yang balkon rumahnya hanya terpisah oleh satu jalan kompleks dengan balkon kamar Dinda.

     Rizky sudah bisa menebak dengan siapa Dinda sedang bicara dari senyuman Dinda sekarang, yang tampak sedang mendengarkan Maxim berbica. Melihatnya membuat moodnya jadi jelek, dia sudah tidak tertarik mendengarkan percakapan mereka. Dia berbalik.

     "I LOVE YOU TOO..."

     Kata-kata itu membuat Rizky berbalik lagi kearah Dinda, dan sekarang Dinda juga menatapnya, seolah baru tersadar akan kehadirannya.

     Mata mereka bertemu dalam beberapa menit. Mereka hanyut dalam tatapan tersebut sampai Dinda tampak tersadar karena suara orang yang menelponnya.

     "Yang, udah dulu yah, nanti aku telpon lagi." Dinda mengakhiri pembicaraannya ditelpon, dia lalu menggenggam handphonenya erat.

     "Tunggu." Ucap Dinda pada Rizky, dia masuk kedalam rumahnya mencari buku gambar yang tidak terpakai. Dia menuliskan beberapa kata didalam buku tersebut.

     Rizky masih menunggu Dinda dibalkonnya, merasa penasaran kenapa Dinda menyuruhnya menunggu. Dinda muncul lagi. Dia membawa sebuah buku gambar.

     Mata Rizky menyipit melihat tulisan yang ada dibuku gambar tersebut, Dinda memegangnya seolah sengaja agar Rizky membacanya, sebenarnya dia bisa langsung bicara, tapi dia terlagu gengsi untuk melakukannya.

     "SOAL TADI SORE" tulis Dinda dalam buku tersebut. Dia membalik kehalaman selanjutnya, "GUE MINTA MAAF."

     Rizky tersenyum sinis membacanya karena cara unik Dinda dalam meminta maaf. Kenyataan Partner bertengkarnya itu sedang minta maaf padanya membuatnya merasa ingin menjahilinya.

     "GUE MAAFIN DENGAN SATU SYARAT."

     Dinda melongo. Baginya permintaan maaf itu hanya sebuah perbuatan untuk menepati janjinya pada papahnya, urusan Rizky memaafkannya atau tidak dia tidak perduli.

     "DIH ASAL LO TAU GUE MINTA MAAF CUMAN KARENA DISURUH AMA PAPAH GUE, TERSERAH ELO MAU MAAFIN ATAU ENGGA, SEBODO AMAT. GA NGARUH BUAT GUE.."

"JATUH HATI"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang