PART 35
Rizky menyipitkan matanya ketika seseorang membuka gorden ruangan TV, perlahan matanya terbuka, karena sinar itu benar-benar mengganggu tidurnya. Mamahnya sedang berdiri disamping jendela, menatapnya dengan tangan bersidekap dan wajah yang bersalah.
"Pagi Mah..." Sapanya.
Mamahnya hanya memandangnya lalu mengangguk pelan.
Sementara Papahnya yang baru saja keluar dari kamarnya ikut bergabung, duduk disebelah Rizky. Ekspresi kedua orang tuanya itu entah kenapa memberikan rasa khawatir untuknya. "Ada apa sih pah? Dinda mana? Udah pulang?"
Pertanyaan itu secara otomatis membuat Papah dan Mamahnya menunduk, papahnya yang lebih dekat dengannya menepuk bahunya pelan sebagai rasa simpatinya. Ia menatap anaknya tak tega, baru saja terikat dalam suatu komitmen tapi ditinggalkan ke negeri yang jauh.
"Dinda udah pergi..." Sela mamahnya, mamahnya menelan ludahnya tak tahu bagaimana harus melanjutkan ucapannya.
"Oh udah pulang, tumben ga minta anter..."
"Bukan pulang tapi pergi..." Papahnya menegaskan apa yang dibicarakan oleh istrinya.
Rizky terdiam, mencoba mengerti apa yang papahnya coba sampaikan padanya dari kalimatnya barusan. "Pergi ke mana?" Tanya akhirnya, jantungnya ikut berlompatan menemukan ada yang tidak beres disana, terlebih setelah Dinda yang tiba-tiba begitu baik padanya kemarin yang mengabulkan semua keinginannya.
Papah dan mamahnya tak mampu menjawab, alih-alih menjelaskan apa yang harus diketahui anaknya, mamahnya mendekat memberikan secarik kertas yang digunting tak rapih. "Dari Dinda" Timpal Mamahnya.
Tangan Rizky bergerak dengan cepat, ia mengambilnya dengan tidak sabar, ujung kertasnya hamper saja tersobek karena tenaganya yang terlalu kuat. Ia menggertakan giginya, matanya focus membaca kata demi kata dari secarik kertas itu.
Pagi Ky...
Lo tidur lelap banget ky, sampe ga tega banguninnya.
Gue pamitnya lewat secarik kertas ini aja ya.
Masa berlaku voucher Lo udah abis, dan sekarang giliran Lo yang nurutin semua permintaan gue.
Gue cuman minta waktu 5 tahun.
Buat hubungan dan ikatan kita, gue mau raih mimpi-mimpi gue dulu.
Gue pindah sekolah ke Singapore, terus rencananya mau kuliah disana juga jurusan Film & Media, gue mungkin belum ngasih tau lo kalau cita-cita gue jadi sutradara, lo disana baik-baik ya. Raih cita-cita lo, katanya lo mau jadi Cheff, nanti kita ketemu kalau sama-sama udah raih cita-cita kita, pas ketemu nanti bawain gue masakan lo ya Cheff Rizky!
Bye. Pesawat gue berangkat jam 07.00 nanti.
Kalo mau ketemu dulu, jangan telat.Rizky meremas kertas itu, lalu membuangnya entah kemana. Ia tidak pernah menyukai sikap Dinda yang selalu memutuskan segala hal sendiri dan tak mendiskusikannya, bahkan berpamitanpun hanya melewati secarik kertas, meskipun sikap gadis itu menyebalkan tapi ia tetap kalah, bertekuk lutut dihadapan cintanya, ia berdiri melihat jam tangannya yang menujukan pukul 06.35. "Shit, 25 menit lagi." ia lalu pergi ke kamarnya dengan setangah berlari, membawa dan memakai jacketnya.
"Dinda udah pamit sama papah sama Mamah, tapi dia minta ga bangunin kamu ky, papah juga ga bisa nolak permintaan dia, apalagi maksa dia buat ngebatalin keputusannya ke Singapore, karena papah tau dia udah cukup menderita gara-gara kepergian Maxim. Papah cuman pengen ngeliat dia bahagia dan ngeraih semua cita-citanya." Jelas Papahnya yang entah didengarkan atau tidak oleh Rizky.
KAMU SEDANG MEMBACA
"JATUH HATI"
FanfictionDunia mereka selalu berkutat antara keduanya. Perlahan berubah ketika sosok baru muncul ditengah cerita. Dinda bertemu dengan sosok baru bernama Rizky. Tak ada pertemuan tanpa sebuah keributan. Mereka lupa bahwa batas benci dan cinta sangat tipis. ...