Takut Kehilangan

1.1K 95 3
                                    

Ketika kau tidak jujur terhadap perasaanmu
Rasa sakit yang kau rasakan akan memberimu jawabannya.
Siapkah hatimu dihadapkan pada pilihan, dan siapkah hatimu kehilangan?

PART 23

Di Kantin
Pukul 16.18

Inez tengah menatap sesosok pria yang sedang memunggunginya, matanya berbinar, sesosok lelaki itu sedang memesankan makanan untuk mereka berdua, ini pertama kalinya mereka dengan sengaja makan bersama. Hatinya berbunga meskipun gadis itu tahu kalau ini salah. Makan bersama dengan pacar sahabatnya tanpa sepengetahuan sahabatnya itu. Dalam diam Inez menggigiti kukunya sendiri, sampai tak sadar Maxim sudah berjalan kearahnya membawa nampan berisi 2 piring nasi goreng dan 2 gelas juice jeruk.

"Jangan digigitin kukunya." Tegur Maxim.

"Ah, i-iya." Jawab Inez gugup. Jantungnya benar-benar berdetak sangat cepat.

Inez tidak tahu ini kebetulan atau apa tapi handphonenya bergetar, dia melihat layarnya dan disana tertulis nama Dindangdut. Dia mengarahkan pandangannya pada Maxim seolah memberi tahu apa yang sedang terjadi, dan Maxim mengambil handphone Inez dengan lembut.

"Jangan diangkat, gue ga ngasih tau Dinda kalau kita ketemu." Ucap Maxim sambil tersenyum. Entah kenapa senyuman itu terasa begitu menakutkan, senyuman itu bisa memenjarakan hati yang melihatnya, tak perduli salah atau benar.

***

Di Kamar Dinda
Pukul 16.20

Dinda berbaring dikasurnya sambil menatap layar handphonenya, rasanya aneh karena ini pertama kalinya Inez me-reject telpon darinya, membuatnya bertanya-tanya dan keheranan sedang apa sahabatnya itu. Dia juga melihat semua sosial medianya yang sepi dari sapaan Maxim, tak biasanya lelaki itu tahan berlama-lama lost contact dengannya.

Apa gue musti nelpon Maxim duluan ?

Hati Dinda saat ini merasa tak tenang, dan khawatir, tidak biasanya lelaki yang dicintainya seperti ini, apalagi tadi lelaki itu menerima telpon tiba-tiba dan meninggalkannya begitu saja, meskipun Maxim bilang itu dari mamahnya tapi tetap batinnya tak tenang.

Dinda menelpon Maxim pada akhirnya meskipun yang ditelponnya berulang kali mengabaikan panggilannya, dia jadi kesal sendiri, dia berdiri dan berjalan kearah balkon rumahnya, memandangi jalanan kompleksnya yang sepi, kamar Rizky yang berhadapan langsung dengan kamarnya juga tampak sepi seperti sedang ditinggal pemiliknya.

Setelah hujan-hujanan tadi memang mereka pulang ke rumah masing-masing untuk mandi dan beristirat, tapi baru selang beberapa jam saja Rizky sudah keluyuran lagi. Sudah ditinggal Maxim, Rizky juga tidak ada, membuat Dinda merasa konyol, ketika sedang tak diinginkan keduanya malah muncul bersamaan, tapi ketika sedang dibutuhkan malah tak ada dua-duanya. Dia jadi takut kalau membayangkan akan kehilangan dua-duanya karena keegoisannya itu.

Dinda bermaksud kembali ke kamarnya, ketika dia menangkap sosok yang sepertinya familiar dengannya berada didepan rumah Rizky, menengok kedalam jendela rumahnya seperti seorang penguntit. Wanita itu tinggi putih, dan sepertinya berdarah campuran, dia yakin betul mengenal wanita itu, dengan langkah seribu Dinda berlari menuruni anak tangga, dia ingin memastikan siapa wanita mencurigakan yang tampak cantik itu.

Sesampainya dijalan depan rumahnya dia jongkok bersembunyi ditanaman hias depan rumah Rizky, tapi sayangnya wanita yang mencurigakan itu menutupi wajahnya dan kepalanya dengan selendang, dan juga matanya tertutupi kacamata hitam yang dipakainya, wanita itu bergegas pulang ketika mendapati rumah Rizky yang kosong. Meskipun begitu dia yakin mengenal sosok ini, sosok yang sekarang sudah menaiki mobil dan pergi jauh. Seseorang mencolek bahunya dengan jari telunjuk dari arah belakangnya.

"JATUH HATI"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang