Happy Anniversary

1.1K 96 3
                                    


PART 21

Di Kompleks Perumahan
Pukul 07.00

     Semua anak SMA 36 Jakarta sudah kembali pulang ke Jakarta, studytour mereka sudah selesai. Dindapun sama adanya, dia sekarang sudah berada digarasi rumahnya yang besar, yang mungkin hasil sebagian korupsi, memikirkannya saja membuatnya merasa kotor. Maxim melihat Dinda yang terlihat seperti enggan masuk kedalam rumahnya.

     "Kenapa ?" Dia mengelus rambut Dinda lembut.

     Dinda menggenggam tangan Maxim hangat. "Bisa ga kita ga pulang kerumah dulu?" Tanyanya.

     Maxim menggelengkan kepalanya. "Engga, kamu harus ngadepin masalah kamu. Jangan lari." Maxim baru menyadari tangan Dinda yang menggenggamnya hangat itu karena sesuatu yang salah. Lelaki itu menempelkan punggung tangannya didahi Dinda, dan benar saja, gadis ini demam, sepertinya karena hujan yang menerpanya semalam.

     "Kamu demam..."

     Dinda tak menjawab, rasanya berat sekali, mungkin efek hujan semalam ditambah pikirannya yang memang terisi oleh hal-hal yang menekannya.

     "Kuat ga jalan kedalemnya ?" Tanya Maxim.

     Dinda tak menjawab.

     "Aku gendong aja ya..." Tawar Maxim, membuat senyum Dinda membuncah, dia tidak bisa bohong soal perasaannya yang memang merindukan lelaki didekatnya ini. Buru-buru dia mengangguk mengiyakan.

     Maxim melihat Dinda curiga. "Modus ya pengen digendong ?"

     "Engga kok, emang lemees, lemees banget. Buruan gendooong... " Pinta Dinda manja.

     Maxim tahu benar akal-akalan Dinda, tapi kalaupun Dinda modus juga tidak apa-apa, karena jujur saja dia juga merindukan Dinda. Sangat Rindu. Lelaki itu keluar dari mobilnya lalu membuka pintu mobil Dinda, dia berjongkok didepan Dinda, memerintahkan gadis itu untuk naik kepunggungnya.

     Hap, Dinda naik kepunggung Maxim, untung saja dia memakai celana jeans. Jadi kakinya bisa leluasa. Maxim menikmati sensasi Dinda yang berada dipunggungnya. Sekali lagi dia harus mengakui, dia sangat merindukan gadis ini, merindukan tingkah manis dan manjanya.

     Maxim berjalan pelan, karena memang beban yang ditanggungnya tak ringan. Dinda merasa nyaman dengan posisinya, dia bisa mencium aroma mint khas tubuh Maxim yang menenangkan, Rambutnya juga harum manly, dia jadi punya ide usil, dia menggoda lelaki itu dengan meniupi telinga.

     "Geli yang..."

     "Apa gak denger ?" Dinda meniupi telinga Maxim lagi.

     "Geli sayaaang..."

     "Geli suka geli gak suka?" Pancing Dinda.

     Maxim mesem. "Geli suka."

     CUP. Dinda mengecup pipi kanan Maxim tiba-tiba. "Hadiah buat kalung yang kamu kasih." Ucapnya. Padahal sih tidak diberi kalung pun Dinda dengan senang hati melakukannya.

     "Yang sebelahnya sekalian."

     CUP. Sekarang bibir Dinda melandas dipipi kiri Maxim. Maxim tersenyum puas.

     "Kangen tau yang, kalo ninggalin aku tuh jangan lama-lama..."

     "Katanya cewek strong biasa ditinggal."

     "Tapi kalo kelamaan kan kangeen sayaaang, kamu emang ga kangen sama aku?"

     "I miss you moreee." Ucap Maxim membuat Dinda semakin senang, lelaki ini bisa membuatnya lupa pada masalahnya. Lelaki bertanggung jawab ini selalu tau cara memanjakannya.

"JATUH HATI"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang