Good Night Text

1.5K 107 2
                                    

PART 8
Didepan kompleks
Pukul 19.30

Laju motor Rizky yang awalnya melesat begitu cepat melewati daerah kota yang dipenuhi gedung-gedung tinggi dipinggir jalan melambat begitu mendekati wilayah jajanan didepan kompleks perumahan mereka yang tampak begitu ramai dengan orang-orang yang mengantri disana. Dinda sadar hal tersebut, matanya langsung menjelajah karena aroma yang menggelitik hidungnya. Dia berulang kali mengingatkan dirinya sendiri untuk tak tergoda. Jaga badan, jaga badan.

Motor berhenti tepat didepan gerobak martabak. Rizky melepaskan helmnya dan turun, sementara Dinda sama sekali tak bergerak, pantatnya menyatu dengan jok bagaikan ditempel lem.

"Engga turun lo?"

Dinda langsung saja menggelengkan kepalanya dengan bibirnya yang manyun BT, ecesnya hampir saja menetes melihat martabak yang sedang dibolak-balik oleh sang tukang, tapi jam malam tak memperbolehkannya mengonsumsi makanan berkalori tinggi lagi.

"Yaudah deh serah."

Rizky menghampiri tukang martabak dan menyebutkan pesanannya. Satu Martabak Manis dan Satu Martabak Asin. Dia merogoh koceknya saat tukang tersebut menyebutkan harga. Tak berapa lama dia sudah kembali ke motor dengan satu kantung plastic berisi martabak.

Dinda tak banyak bertanya meskipun sebenarnya dia dari tadi sudah kepo kenapa cowok rese ini membeli dua martabak sekaligus padahal setaunya dia tinggal sendirian dirumahnya. Nih anak pasti rakus deh!

"Apa lo liat-liat?"

Rizky melihat sinis kearah Dinda yang memandanginya aneh. Dinda sendiri membuang muka, sedang tak berniat bertengkar dengan cowo rese yang rakus tapi takut gelap didepannya itu.

"Malu dong, so galak padahal sama gelap aja takut."

"Berisik lo,orang ganteng mah bebas!"

Ganteng?!!! Dinda membuang muka mendengar perkataan Rizky, baginya cowo didepannya itu selalu membuatnya bertanya-tanya. Kadang terlihat begitu dinging, dan kadang terlihat begitu hangat.

Rizky naik ke motor kali ini dia tidak memakai helmnya dia menggangtungkan benda itu ditangannya, karena rumahnya dan rumah Dinda sudah tidak jauh lagi. Dinda juga tak berpegangan dipinggang Rizky lagi.

Baru kali ini Rizky mengendarai motornya dengan kecepatan normal, begitu sampai dijalan didepan rumahnya dan rumah Dinda, Dinda yang awalnya berniat turun dibuat melongo karena Rizky justru masuk kegerbang rumahnya dan memarkir motornya didalam garasinya. Nih cowok!

"Ngapain lo markir motor lo disini?!!!"

Rizky tak menghiraukan pertanyaan Dinda, dia maen selonong boy masuk kerumah Dinda yang pintunya terbuka, duduk sebentar diteras untuk membuka sepatu lalu masuk sambil memberi salam,"Assalamualaikum tante, om."

Dinda dibuat keki, cowo rese didepannya itu seenak jidatnya saja masuk kerumahnya. Tak tinggal diam, dia langsung menyusul cowo itu.

PLETAK. "AWWWWW"

Penghapus yang tinggal sepotong melandas bebas diubun-ubun Rizky, dia menengok kesal, tangannya mengusap-usap kepalanya yang kenyerian.

"Dinda ga boleh gitu."

"Itu pah abisnya dia selonong boy gitu kerumah kita." Sungut Dinda.

Lagi-lagi Rizky tak menghiraukan Dinda, dia justru langsung duduk didepan papah Dinda yang sudah siap dengan meja caturnya. Sementara Ibunya sibuk memindahkan Martabak ke piring yang langsung disuguhkannya pada Rizky dan papahnya. "Tadi sore papah sms rizky nitip martabak depan kompleks, terus nyuruh dia kerumah buat nemenin papah catur."

"JATUH HATI"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang