Hurt

1.7K 122 0
                                    

Di tempat lain, Luhan kini berada di atap sekolah. Ia tak berniat sama sekali untuk ke toilet. Tadi hanyalah cara dirinya untuk menghindari pembicaraan teman-temannya. Luhan membaringkan badannya dan kedua lengannya ia lipat lalu menjadi alas untuk kepalanya bersender. Ia memandang langit yang cukup gelap diatasnya dengan tatapan lurus.

"Aku tak mengerti..." gumam Luhan.

"Mengapa disini terasa sakit??" gumamnya lagi sambil telunjuk kirinya menunjuk dadanya. Sekarang alas kepalanya hanyalah lengan kanannya.

Diam.

Setelah itu, Luhan tak melakukan apa-apa. Cuaca juga tak mendukung sama sekali. Cuacanya cukup gelap dan angin cukup keras untuk meniup-niup surainya. Luhan memejamkan matanya mencoba untuk menghilangkan bebannya. Namun, hasilnya nihil. Ia tak merasa bebannya berkurang sedikit pun.

Tiba-tiba kejadian di kantin tadi teringat kembali.

Luhan's pov

Setelah aku keluar dari kantin tadi aku tak bermaksud ke toilet, aku hanya mengelak dari pembicaraan mereka yang membuat dada ku tiba-tiba terasa sesak. Jadi, aku berniat untuk ke atap sekolah. Kurasa itu tempat yang tepat untuk suasana hati ku ini.

Aku menidurkan diriku di permukaan dengan kedua lengan yang kulipatkan yang menjadi alas kepalaku. Aku hanya memandang langit yang ada diatas. Yaa... dengan tatapan lurus. Sepertinya cuaca hari ini menggambarkan suasana hatiku sekarang.

"Aku tak mengerti..." gumamku pelan. Entahlah semua isi kepalaku terasa sudah disedot oleh vakum khusus untuk menyedot isi kepala.

"Mengapa disini terasa sakit??" gumamku lagi. Sekarang, telunjuk kiri ku sudah berada di atas dada ku.

Aku memejamkan kedua mataku sejenak. Aku bermaksud untuk menghilangkan beban ku. Namun hasilnya aku tak merasa beban ku sudah terangkat.

Tiba-tiba saja kejadian di kantin terputar lagi dari memori otakku.

"Ya! Yuri-ya! Luhan-ah! Kemarilah!" teriak Yoon Mi ke arahku dan Yuri.

"Kajja, Luhan-ah," ajak Yuri.

"Apa kalian sudah berbaikan?" tanya Yuri to the point. Sehun dan Yoon Mi hanya menjawabnya dengan senyuman malu-malu yang berarti memang benar mereka sudah berbaikan.

"Luhan-ah, gweanchanayo??" Yoon Mi bertanya.

"Ne. Nae gweanchana."

"Apa kalian ada acara setelah pulang sekolah ini?" tanya Yuri.

"Memangnya ada apa?" tanya Yoon Mi.

"Aku bermaksud merayakan hari berbaikan kalian Yoon Mi-ya, Sehun-ah," ucap Yuri dengan senyuman mengembangnya.

"Eotthokae?? Kalian mau??" tanya Yuri sambil menatap memelas ke arah teman-temannya.

"Aku mau," sahut Chanyeol dengan semangat.

"Mian, aku tak bisa."

Dada ku kembali berdenyut. Sakit. Ini membingungkan.

"Secepat itukah aku menyukainya?" Tanyaku pada diriku sendiri sambil tersenyum kecil ke arah langit.

"Annyeong, Luhan." Seseorang menyapaku. Ah siapa itu? Aku sepertinya pernah mendengar suara itu namun, aku lupa. Jadi aku menolehkan kepala ku menuju sumber suara. Lalu menemukan seseorang yang sedang tersenyum manis ke arahku.

"H-hyung?" ucapku terbata-bata. Bagaimana bisa ia menemukanku? Setahuku dia pergi ke luar negeri.

Ahh.. aku lupa untuk menceritakannya. Orang yang kupanggil 'hyung' tadi sebenarnya bukan hyung ku yang sebenarnya. Sewaktu aku masih menjadi manusia utuh, aku tak memiliki seorang hyung. Aku anak tunggal. Namun, setelah aku berubah menjadi vampir, aku bertemu dengannya. Yaa.. aku tahu ia baik, namun tetap saja ia akan berbuat kasar padaku jika aku tak menuruti perkataannya.

Vampire Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang