"Yoon Mi-ya."
"Yoon Mi."
"Choi Yoon Mi."
Orang yang sedang memanggil Yoon Mi mendengus kesal. Jelas saja ia mendengus kesal. Bagaiman tidak? Yoon Mi sedari tadi hanya melamun. Makanan yang didepannya saja hanya ia aduk-aduk. Orang tadi—Yuri—geram karena panggilannya selalu diacuhkan. Ia mendekatkan mulutnya ke telinga kanan Yoon Mi. Bersiap-siap untuk memekakkan telinga.
"Ya! Choi Yoon Mi!" teriak Yuri tepat di depan telinga kanan Yoon Mi. Yoon Mi terlonjak kaget. Untung saja tidak sampai terjungkil ke belakang. Suasana kantin yang ramai pun mendadak hening.
"Ya! Kau ingin membuatku tuli, hah?!" tanya Yoon Mi dengan tatapan mematikan yang ia tujukan kepada Yuri. Ia tidak tahu bahwa Yuri sudah memanggil dirinya beberapa kali.
Suasana kantin yang hening tadi, kembali menjadi ramai lagi setelah beberapa menit kejadian tadi.
"Kau tahu, aku sudah memanggilmu beberapa kali tadi!" sahut Yuri. Ia membalas tatapan mematikan dari Yoon Mi.
Yoon Mi, yang melihat Yuri membalas tatapan mematikannya, tak peduli. Ia mulai memasukan makanannya yang sudah tak terbentuk lagi ke dalam mulutnya.
Yuri menghela nafas kasar. Bagaimana tidak, Yoon Mi bersikap seolah ia tak membuat masalah apapun. "Apa yang sedang kau pikirkan tadi?" Tanya Yuri.
"Nothing," jawab Yoon Mi singkat.
"Eii.. tumben sekali kau memakai bahasa Inggris. Apa kau sedang demam?"
"Menurutmu?" Yoon Mi bertanya balik dengan nada datar. Ia masih sibuk memasukkan makanannya ke dalam mulutnya.
Yuri lagi-lagi mendengus kesal. "Terserah kau saja-lah," jawabnya menyerah dengan sifat dingin Yoon Mi. Tapi Yuri tahu, pasti ada sesuatu yang disembunyikan oleh Yoon Mi.
Akhirnya Yuri bertanya satu kali lagi, dengan nada yang lebih lembut sekarang. "Yoon Mi-ya, neon gweanchana?" Yuri bertanya dengan tatapan khawatir.
"Ne, Yuri. Kau tak perlu khawatir," jawab Yoon Mi, kemudian menyuapkan makanannya ke dalam mulutnya lagi.
"Arraseo," jawab Yuri menyerah akhirnya.
'Yuri-ya, mianhae. Aku tidak bermaksud untuk mengacuhkanmu. Geundae.. aku hanya ingin aku seorang saja yang tahu,' batin Yoon Mi sambil melirik Yuri yang berada disebelahnya sekilas dengan tatapan meminta maaf. Sungguh, ia tidak ingin mengacuhkan sahabatnya ini, tetapi entahlah, rasanya ia sangat sulit untuk memberitahu sahabatnya ini. Ia lebih memilih untuk memikirkannya sendiri. Walaupun ia tahu bahwa Yuri adalah sahabatnya.
----
Luhan mengendarai mobil dengan kecepatan rata-rata melewati jalanan Seoul. Ia menuju ke rumahnya. Semenjak pulang sekolah tadi, ia sangat tak sabar dengan tempat yang akan ditunjukkan oleh Kai.
Setelah Luhan masuk kedalam pekarangan rumah milik abeoji-nya, ia segera memarkirkan mobil miliknya. Keluar dari mobil dan tak lupa menguncinya, kemudian langsung berlari masuk ke dalam rumah.
Setelah masuk ke dalam rumah, ia mengedarkan pandangan ke seluruh bagian rumah. Luhan mencari Kai, namun ia tak menemukannya dimana-mana.
"Kai hyung." Luhan berlari menaikki tangga menuju kamar Kai. Luhan kini sudah mendapati knop pintu kamar Kai.
"Ada perlu apa?" tanya Kai. Punggungnya bersender pada dinding yang berada kurang lebih 30 cm dari tempat pintu kamarnya berada. Luhan awalnya terkejut dengan kedatangan Kai tiba-tiba, tapi, karena ini genting, Luhan langsung mengahadap ke Kai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire Love Story
Fiksi PenggemarProlog Percayakah kalian dengan vampir? Menurut kalian apakah vampir itu memang ada di kehidupan dulu atau bahkan hingga sekarang? Lalu apakah vampir dapat merasakan cinta? Apakah vampir juga dapat berubah menjadi manusia kembali dengan beberapa sya...