Author POV
Kinal dan Ve masih setia menunggu dokter yang merawat Sakti. Mereka duduk berdampingan, Ve merebahkan kepalanya di tempat biasa, iya di bahu Kinal. Tangan Kinal melingkar dari belakang tubuh Ve, agar lebih dekat.
Mama Sakti melihat anaknya dari kaca pintu. Wajahnya begitu khawatir, melihat keadaan anak semata wayangnya.
"Bu, sebaiknya Anda duduk dulu! Dari tadi saya melihat Anda, tidak sama sekali duduk, dan makanan Anda pun masih utuh." kata Kinal,
"Makasih Pak," Kinal sedikit jengkel,
"Jangan panggil saya 'Pak' panggil saya dengan Kinal saja," ujar Kinal.
"Kinal? Direktur Venal Group itu?" Kinal terkejut, saat orang yang ada di hadapannya ini mengetahui identitasnya.
"I-iya, memangnya kenapa?" tanya Kinal bingung. Ve hanya mendengarkan dua sejoli ini berbicara.
"Ti-tidak, saya hanya pernah mendengar saja," Mamanya Sakti duduk di dekat Ve. Posisinya Ve di himpit dengan Kinal di sebelah kanan dan sebelah kirinya Mamanya Sakti.
"Apa yang harus anak saya lakukan setelah sadar?" tanya Mamanya Sakti,
"Menikahi anak saya! Saya tidak ingin masa depan anak saya bertambah hancur, bila anak yang dikandungnya itu tidak memiliki seorang ayah." kata Ve dengan mantap.
"Maafkan anak saya, maaf! Biarkan saya yang bicara dengan anak saya nanti." nada suara Mamanya Sakti penyesalan.
"Saya pegang ucapan Anda! Kalo anak ibu itu tidak mau bertanggung jawab, saya tidak segan-segan membawa ke ranah hukum!" ancam Ve,
"Kita mau pulang! Ayo Nal." Ve dan Kinal berdiri, setelah itu meninggalkan Mama Sakti yang telah menangis kembali.
30 menit perjalanan, membuat Ve sudah tidak tahan untuk cepat-cepat menemui Shani.
"Ve, jangan cepat-cepat dong! Aku capek tau." keluh Kinal dengan menyamai langkah Ve.
"kamu mau apa?" tanya Kinal sambil menarik pergelangan tangan Ve yang sudah siap membuka kamar Shani.
"biarkan aku bicara dengan Shani, Nal!"
"tidak Ve, Shani butuh istirahat agar calon anaknya sehat. Tidurlah, kamu pasti capek." Kinal langsung menggendong tubuh Ve ala Bridal Style (?)
Setelah membersihkan tubuh, Kinal menemani Ve agar terlelap. Kinal terus memeluk tubuh Ve. Sesekali mencium pipi, kening dan bibir Ve bisa dibilang mencari kesempatan dalam kesempitan.
Kinal merasa Ve telah tidur dengan nyenyak, kini tubuhnya perlahan melepas pelukannya dan meninggalkan Ve di kamar. Langkah kakinya menuju kamar Shani, kemudian masuk.
"Sayang, kamu belum tidur? Ini sudah malam sayang," Kinal menghampiri Shani yang duduk di atas kasur.
"Pi, Shani minta maaf. Pasti Mami dan Papi malu punya anak seperti Shani," Kinal langsung mendekap anaknya.
"Tidak apa-apa sayang. Ini takdir! Kamu tidur ya, kasihan anakmu yang berada di dalam perut kamu." ujar Kinal melepas pelukkannya dan mengecup kening Shani.
"Pi, Sakti bagaimana?" tanya Shani dengan hati-hati,
"Sakti siap menikahi kamu, jadi kamu jangan khawatir, acaranya biar Papi saja yang mengurus." Kinal tidak berani mengatakan bahwa Ayah dari calon cucunya sedang berada di rumah sakit. Kinal takut akan membuat kondisi Shani semakin drop.
1 Minggu Kemudian
Acara kelulusan Shani berlangsung di salah satu hotel berbintang di Jakarta. Shani menghadiri acara tersebut dengan memakai kebaya berwarna coklat muda, dan make up natural yang menambah kesan ayu-nya. Ia didampingi dengan Ve, mereka diantar Pak Satrio menggunakan mobil freed.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Tangga VeNal
FanfictionBagaimana bila Ve dan Kinal harus mengasuh ke-5 anaknya? ditambah lagi dengan tingkah laku anak mereka yang kembar? mungkin keluarga mereka dibilang aneh! jika penasaran! BACALAH FANFIC GAJE INI!! Terima Kasih :-D.