"Hiks daddy.. Hiks.. Haowen takut.. Hiks.."
Sema yang sedang berada di dapur dengan jendela terbuka menajamkan pendengarannya.
'Itu suara tangisan anak kecil.. Apa aku salah mendengar?' Sema berbicara dalam hati.
"Hiks. Daddy.."
Sema benar-benar penasaran dengan asal suara yang ia yakin itu bukan sekedar halusinasi tangisan anak kecil. Ia melihat keluar jendela mencari mungkin ada sesosok.. Mata bulat Sema terbelalak ketika melihat seorang anak kecil berjongkok menekuk lututnya dan menyembunyikan kepalanya di depan pagar rumahnya. Tanpa pikir panjang Sema berlari keluar rumah dan menghampiri anak kecil itu.
Sema tercengang memandang sosok mungil di hadapannya ini yang sedang menangis ketakutan. Jelas ia tahu jika anak itu sedang ketakutan, terlihat dari dekapan tangannya pada lutut dengan membenamkan wajahnya dan memojok di sudut tembok.
Ya, rumah Sema terkesan unik. Rumah berada sedikit di atas bukit hingga untuk menuju pagarnya karus melewati tangga yang berbelok. Hingga siapa saja yang melewati rumah ini tidak akan terlihat jika seseorang turun atau naik menuju atau meninggalkan pagar rumahnya.
Dan anak kecil yang di hadapannya ini jelas sedang bersembunyi dari.. Ntah, Sema tidak bisa menebaknya untuk saat ini.
Perlahan Sema ikut berjongkok, tangannya terulur untuk menyentuh kepala anak itu.
"Maaf.. Kau kenapa adik kecil?" Pertanyaan itu terlontar dengan nada suara setenang mungkin bersama elusan lembut di atas kepala anak kecil itu.
Anak itu sedikit mengurangi isakannya dan perlahan mengangkat kepalanya. Sema benar-benar menilik dengan seksama ekspresi pada wajah anak ini untuk menerka-berka situasi yang di hadapinya. Dan yg Sema pikirkan..
'Anak ini.. Tampan'
"Ahjumma.." Anak itu membuka suara lirihnya membuyarkan pikiran Sema.
"Iya adik kecil. Kenapa kau menangis?"
Belum sempat anak kecil itu menjawab, dari bawah terdengar langkah kaki orang dewasa yang berlari. Seketika membuat anak kecil ini menegang dan memucat. Dengan gerakan cepat dan kuat anak itu menarik Sema hingga jatuh tersungkur dengan di dekap anak kecil itu seolah bersembunyi dan mencari perlindungan. Tarikan kuat, bahkan sangat kuat Sema akui itu untuk seumur anak kecil yang bisa menarik orang dewasa. Sema meringis karena tarikan dadakan itu membuat tumitnya bergesek dengan lantai marmer dan sedikit keseleo, rasanya perih dan linu. Tapi rasa sakit itu seketika terabaikan krena ia mendengar samar-samar obrolan 2 orang laki-laki dewasa di bawah sana.
"Aish. Kemana bocah nakal itu!"
"Kita bisa kena marah si bos jika anak itu menghilang hyung"
"Aku tahu. Kita bisa kehilangan uang jutaan kita"
"Lebih baik kita mencarinya lagi bos. Anak sekecil itu tidak mungkin bisa berlari cepat"
"Kajja"
Terdengar lagi langkah orang dewasa setengah berlari menjauh. Bisa Sema simpulkan bahwa..
'Apa anak ini korban penculikan tapi.. Bagaimana bisa?'
"Hiks. Daddy"
Lagi. Pikiran Sema buyar saat merasa dekapan anak itu mengerat di iringi tangisannya.
"Ssstt.. Ada ahjumma di sini. Aku akan melindungimu" tangan Sema terulur membalas dekapan itu.
"Ahjumma.." Panggilnya dengan suara lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reason Love (ff Sehun)
FanfictionEND - Reason Love On Going - Another REASON LOVE •ReasonLove• Oh Sehun, seorang CEO muda berstatus duda dan mempunyai anak tampan bernama Oh Haowen. Bertemu dengan dokter anak bernama Han Sema karena ketidak sengajaan takdir yang membawa Haowen untu...