Sehun menempuh perjalanan yang lumayan menguras tenaganya. Dari tempat meeting ia harus kembali ke hotel tempatnya menginap untuk mengambil keperluannya yang sebenarnya hanya passport lalu ke bandara. Beruntungnya masih ada jam penerbangan sore itu meski Sehun harus menunggu satu jam di sana.
Tepat pukul sebelas malam ia berhasil sampai di rumah sakit. Ia langsung menuju kamar inap Sema yang sudah ibu mertuanya beri tahu. Tanpa mengetuk pintu, ia langsung masuk tanpa menimbulkan suara kencang. Ia menemukan ibu mertuanya yang masih terjaga. Sehun bisa melihat mata sembab dari wajah ibu mertuanya dan itu tidak membuat hatinya tenang sedikitpun meski Sehun diberi senyuman lembut darinya.
"Kau langsung kemari?"
Sehun mengangguk. Atensinya sudah beralih pada Sema yang terbaring di ranjang dengan wajah pucatnya yang sedang terlelap.
"Baiklah, ibu akan mencari makan malam di bawah. Bangunkan saja.. tadi Sema memintanya kalau kau datang."
Sehun tidak menjawab dan memilih menghampiri Sema. Ia duduk di kursi yang tersedia di samping ranjang dan menarik tangan Sema dalam genggamannya.
"Sayang, aku pulang. Aku disini.." lalu Sehun mengecup tangan Sema.
Sema yang memang menunggu Sehun segera terbangun saat mendengar suaranya. Yang pertama ia lihat adalah wajah khawatir Sehun lalu penampilannya yang berantakan. Sema bisa membayangkan bagaimana paniknya Sehun dalam perjalanannya.
"Oh sayang, jangan tersenyum kalau kau tidak baik-baik saja."
Sehun sudah hampir kalut karna keadaan Sema yang sebenarnya dia belum tahu kenapa.
"Aku tidak boleh tersenyum padamu?"
"Ya.. sebelum kau menjelaskan kenapa bisa terbaring di sini."
"Aku tidak apa-apa."
"Sem, sungguh, aku tidak akan mempercayai itu."
Sema tertawa, ia ingin menikmati ekspresi wajah Sehun saat ini. Ia tidak ingin melewati perubahannya sedikitpun.
"Aku memang tidak apa-apa. Ini memang akan aku alami dalam beberapa bulan kedepan. Tapi kedepannya mungkin aku bisa mengontrolnya agar tidak sampai terbaring disini."
Kening Sehun mengerut membuat alis tegasnya menukik.
"Kau tidak bertanya aku kenapa?"
"Aku kira itu tidak perlu ditanyakan lagi kan karna sudah jelas?"
"Oke, baiklah. Kau yang sedang panik memang pemarah ya?"
"Sem.."
Sema tertawa kecil. Tangannya di genggam Sehun ia balikan menjadi ia yang menggenggam tangan besar Sehun. Sema tuntun tangan itu untuk masuk kedalam selimut dan menyimpanya tepat di atas perut bawahnya.
"Ini alasan kenapa aku terbaring disini."
Nafas Sehun memburu. Seolah pikiran baik yang begitu terang tiba-tiba ada di pikirannya setelah banyak sekali pikiran tidak baik melintas disana. Ia tidak terpikirkan sebelumnya. Atau lebih tepatnya, ia tidak bisa berpikir jernih karna panik untuk sekedar bertanya lebih spesifik sakit apa yang di rasakan istrinya.
"Ada banyak sekali kemungkinan yang melintas di pikiranku, Sem. Tolong perjelas. Aku tidak ingin berharap lebih atau memikirkan kemungkinan terburuk."
Sema kembali tertawa, tapi kini dengan sudut matanya yang berair.
"Keinginanmu terwujud, Sehun. Ada yang sedang berusaha tumbuh di rahimku. Calon anak kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Reason Love (ff Sehun)
FanfictionEND - Reason Love On Going - Another REASON LOVE •ReasonLove• Oh Sehun, seorang CEO muda berstatus duda dan mempunyai anak tampan bernama Oh Haowen. Bertemu dengan dokter anak bernama Han Sema karena ketidak sengajaan takdir yang membawa Haowen untu...