53 - Happily Married

10.9K 403 25
                                    




Berbekal handuk kecil yang terendam di dalam wadah beisi air dingin, Sema berjalan kembali ke dalam kamarnya -dengan langkah yang gemetar. Sema masuk ke dalam kamar dengan kepala tertunduk, belum berani menatap wajah Sehun. Setidaknya ia tidak ingin memperlama waktu menatap wajah Sehun yang membuat rasa bersalahnya terus bertambah. Hingga ia duduk di hadapan Sehun di pinggiran ranjang.

"A-aku akan mengompres memarnya sebelum mengoleskan obat" ujar Sema sambil memeras handuk kecilnya.

Mendongak dan di suguhi tatapan teduh dari Sehun. Sempat terpaku tapi pada akhirnya Sema bisa menggerakkan tangannya untuk mengompres memar di sidut bibir Sehun.

Hening.

Tidak ada kata yang terucap. Tidak ada pandangan mata yang beradu. Satu sisi, seseorang sibuk memperhatikan wajah wanita yang di rindukannya. Satu sisi lain, mencoba menghindar dari sorotan mata pria di hadapannya dengan menahan segala rasa bersalah dan penasaran yang berkumpul di pelupuk matanya.

Merasa tidak nyaman, Sema akhinya membuka suara demi rasa penasarannya. "Sebenarnya siapa yang sudah memukulmu?"

"Ini hadiah dari ayahmu karena sudah berhasil menghamilimu"

Gerakan tangan Sema berhenti seketika dan kedua matanya kini berani bertatap dengan mata Sehun, "ayah?" Tanyanya tidak percaya.

Sehun mengangguk.

Kini tumbuh rasa bersalah lainnya dalam hati Sema, tertunduk untuk sebuah penyesalan. "Maafkan ayah, Sehun"

Sehun mengapit dagu Sema dan mengangkatnya hingga mata mereka bertemu kembali, "Tidak ada yang perlu di maafkan sayang. Ini pantas untuk aku dapatkan."

Tersenyum penuh arti di akhir kalimat membuat Sema kembali melanjutkan mengompres memar Sehun.

Dirasa cukup, Sema mengoleskan sedikit obat di ujung bibir Sehun. Lalu beralih pada tangan Sehun.

Rasa bersalah yang bertambah saat Sema melihat tangan Sehun. Buku-buku jarinya sudah membengkak, darahnya sudah mengering. Jangan tanyakan mengapa Sema semakin merunduk dengan tangan gemetar membersihkan darah pada luka Sehun.

Rasa bersalahnya tidak bisa ia bendung lagi lewat tetes basah di pipi dan jatuh tepat di atas kulit tangan Sehun.

Satu tarikan lembut dan Sema mendapatkan dada bidang prianya untuk menumpahkan segala rasa bersalahnya.

"Maafkan aku Sehun.. Hiks. Sungguh maafkan aku"

Di rasanya beberapa kecupan di atas puncak kepalanya lalu suara prianya terdengar di telinganya.

"Ini semua salahku sayang, ini semua karena tindakan bodohku. Berhenti menyalahkan dirimu sendiri, semua ini terjadi karena diriku. Aku yang patut meminta maaf di sini.."

Maka jawaban yang Sehun terima adalah isakan tangis Sema yang mengeras. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain menunggu wanitanya berhenti menangis.

Hingga beberapa waktu kemudian, Sehun merasa pelukan erat Sema terurai.

"A-aku masih merasa bersalah" ujar Sema saat pelukan itu terlepas.

"Kalau begitu obati aku dan setelahnya buang rasa bersalahmu" balas Sehun sambil membantu Sema menghapus jejak basah airmata di pipinya.

Sema mengangguk-angguk kecil lalu kembali mengambil handuk kecil yang terendam di dalam wadah.

Ada perasaan lega dan tanggung jawab yang kini mendominasi dalam hati Sema di banding dengan rasa bersalah. Hingga ia selesai mengobati lalu membelit tangan Sehun dengan perban, semua rasa bersalahnya terlepas, terbuang.

Reason Love (ff Sehun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang