"Ugh!"
Sema mengambil langkah cepat menuju tempat yang bisa di pakai untuk memuntahkan isi perutnya. Di susul Sehun yang rela meninggalkan makan malamnya demi menemani si ibu hamil.
"Sehun- ugh! Jangan mendekat."
Sehun mendengarkan? Tidak. Ia tetap menghampiri Sema yang sedang membungkuk di wastafel kamar mandi dekat dapur. Tangannya terulur untuk memijat tengkuk Sema. Berharap bahwa ia bisa meringankan sedikit rasa mual yang Sema derita.
Selesai dengan muntahnya dan membasuh sekitar mulutnya, Sema berdiri tegak dan langsung mendapat pelukan Sehun dari belakang.
"Pasti sulit sekali ya?"
Sehun tidak tahu jika hamil bisa semerepotkan ini. Siang dan malam hari adalah waktu mual terparah yang Sema rasakan. Tidak ada sarapan yang lolos berdiam di lambung sang istri dan tidak ada makan malam yang lolos terlewat di tenggorokan Sema bahkan saat suapan pertama.
"Ya.. tapi aku menikmatinya. Itu tandanya mereka sedang berkembang dengan baik."
Sehun memperhatikan wajah Sema yang masih bisa tersenyum dengan wajah pucat dan berkeringat dari pantulan cermian. Sedangkan tangannya yang melingkar di pinggang Sema mendapat usapan lembut. Seharusnya ia yang menenangkan Sema tapi sekarang malah terbalik. Jujur saja, ia khawatir sekali melihat Sema yang seperti ini. Tapi ia bisa apa?
Ini karna calon anak-anak mereka yang sedang berusaha tumbuh di dalam rahim Sema. Dan memang prosesnya seperti ini.
"Meski aku juga khawatir sebenarnya. Aku takut asupan gizi mereka kurang karna tidak banyak makanan yang betah dalam lambungku."
Sema mengelus perutnya yang sudah terasa menonjol.
"Itu sebabnya saat siang aku memastikan kau memakan makanan yang bergizi."
"Ya.. terimakasih, Sehun."
"Tidak perlu berterimakasih, sayang. Ini sudah kewajibanku."
Mereka terdiam beberapa saat sampai Sema mengeluarkan suaranya kembali.
"Kakiku pegal."
"O-oh, baiklah. Kita tidur?" Sehun melepaskan dekapannya.
"Tidak. Kau belum menghabiskan makan malammu."
"Tid-"
"Atau kau sudah tidak napsu makan karna melihatku muntah? Seharusnya kau tidak mengikutiku dan tidak mendekatiku saat aku muntah. Aku tahu kau pasti jiji- hmp!"
Sebun mengecup sekilas bibir Sema, "Seharusnya kau yang tidak perlu memaksakan menemaniku makan, sayang. Kalau dengan melihat nasi saja bisa membuatmu muntah-muntah seperti ini."
Entah kenapa sejak dua hari yang lalu Sema tidak bisa memakan nasi atau bahkan dengan melihatnya saja membuatnya mual parah. Biasanya ia bisa menahannya saat menemani Sehun tapi malam ini ia tidak bisa.
"Tidak apa jika aku tidak menemanimu makan?"
"Tidak masalah sayang, aku bahkan bisa berhenti makan nasi dan menggantinya dengan yang lain."
"Tidak, tetap makan nasi. Aku mungkin bisa menemanimu saat mualku sedang reda untuk melihat semangkuk nasi."
"Tidak perlu memaksakan oke?"
Sema mengangguk lalu memutar tubuhnya lalu memeluk Sehun dari depan, "kakiku pegal daddy dan lemas, bisa gendong aku ke kamar?"
Sehun tertawa sebelum mengangkat tubuh Sema hati-hati agar bisa masuk kedalam gendongannya. Lalu Sehun membawa Sema keluar dari kamar mandi dapur menuju kamar mereka, meninggalkan sisa makanannya yang masih tersisa banyak di meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reason Love (ff Sehun)
FanfictionEND - Reason Love On Going - Another REASON LOVE •ReasonLove• Oh Sehun, seorang CEO muda berstatus duda dan mempunyai anak tampan bernama Oh Haowen. Bertemu dengan dokter anak bernama Han Sema karena ketidak sengajaan takdir yang membawa Haowen untu...