42 - Settled For Life

6.3K 361 21
                                    


Sehun menegang mendapat pertanyaan yang terlontar dari mulut Sema. Pertanyaan yang hampir seharian ini terngiang dalam pikirannya sendiri bahkan ia belum mendapat jawaban yang pasti, Sema mendahului bertanya padanya.

"Kau... Adalah... Milikku"

Sema terkekeh, "aku bukan barang Sehun"

"Aku tidak berkata bahwa kau barang. Tapi yang jelas kau milikku, hidupku, nafasku, cintaku, ha-"

"Oke.. Oke.. Aku milikmu Sehun, cukup, aku geli mendengar jawabanmu"

Sehun terdiam memperhatikan wajah Sema yang sedang tertawa kecil begitu cantik, menurutnya. Setelah seharian ini melihatnya menangis, cukup melegakan akhirnya Sehun bisa membuat Sema tertawa.

Merasa di perhatikan akhirnya Sema menghentikan tawanya.

"Kenapa?" Tanya Sema.

"Ani. Aku senang melihatmu tertawa, mata bulatmu menyipit dan bibirmu terbuka lebar, aku menyukainya"

Sema terkekeh lagi, "kau ini.."

Sema menaikan lagi tubuhnya hingga Sehun kembali ada dalam rengkuhannya. Sehun menggeliat kecil mencari kenyamanan.

"Tetap seperti ini sampai besok pagi" pintanya saat ia sudah mendapat tempat nyamannya.

"Lalu siapa yang akan menjaga Haowen sayang? Besok sebenarnya ia sudah di perbolehkan pulang.."

"Aku tahu, eomma memberitahuku dan dia tidak keberatan merawat Haowen di rumah sampai aku pulang dari rumah sakit"

"Tapi biar aku yang melepas infusan dan memastikan dia benar-benar akan baik-baik saja setelah pulang ke rumah."

"Hm, lakukan sesuka hatimu, mom. Karena Haowen akan lebih mendengarmu dan patuh padamu di banding padaku atau orangtuaku"

"Haowen anak yang baik dan pintar, tentu saja dia akan mendengar perkataan orangtua dan mematuhinya bukan?"

"Ya, tapi setelah berdebat dan berakhir dengan kesepakatan, berbeda denganmu, dia akan langsung patuh"

"Dia hanya terlalu mirip denganmu, Sehun"

"Ya.. Aku mengantuk Sem"

"Hm.. Tidurlah.." Sema menepuk-nepuk punggung Sehun.

"Aku mencintaimu, Han Sema"

"Aku juga mencintaimu, Oh Sehun"

"Aku ingin sekali merubah margamu.. Menjadi.." Dan suara Sehun menghilang terbawa alam bawah sadarnya.

Sehun tertidur.

Tapi berefek muram pada wanita yang sedang memeluknya.

"Maaf membuatmu harus menunggu Sehun" bisik Sema lalu ia mengecup puncak kepala Sehun.

~

Jika ada yang bisa menjelaskan situasi dalam sebuah ruang privat di sebuah restoran mewah maka yang patut terucap adalah ketegangan.

Oh Jumin, selaku pria tertua yang paling di hormati hanya bisa memandang cucu yang dulu ia buang dengan tatapan yang sulit di artikan. Sedangkan yang lain hanya bisa meremas jari mereka sendiri.

Tapi tidak lama kemudian, beberapa pelayan masuk keruang privat itu dengan berbagai makanan, sedikit mengurangi kecanggungan.

"Kita nikmati makanan ini dahulu sebelum membicarakan inti pertemuan ini" ujar Oh Jumin dengan begitu formal dan semua mengangguk serempak.

Makan malam di mulai begitu tenang dan hening. Hanya terdengar dentingan sendok dan garpu beradu di atas piring.

Tapi tidak dengan wanita muda di antara mereka.

Reason Love (ff Sehun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang