Cahayanya terlalu sebentar...
Belum sampai aku berkata ini indah...
Padahal aku mulai senang...
Sabtu, 17 Januari 2015 ( 13:25 WIB )
Jalan Wilhelmina, Yogyakarta
Sabtu siang yang begitu menyesakkan. Jalan raya itu sungguh tidak kondusif, terasa seperti keramaian dan keributan dari aksi kejahatan. Semua mata tertuju pada seorang perempuan muda yang terduduk di tengah jalan dengan benda yang tidak biasa melekat di tubuhnya. Perempuan itu menangis dengan kondisi panik seolah meminta pertolongan kepada siapapun yang bersedia menolongnya saat ini juga. Ia tak memiliki banyak waktu. Tangisannya semakin memilukan bersamaan dengan bunyi decitan mobil – mobil yang berhenti tak jauh dari posisinya. Ditambah dengan suara sirine yang begitu bising terdengar oleh telinganya, membuatnya semakin pusing dan mulai kehilangan kendali diri.
"Ya Tuhan...." ucap perempuan itu di sela isakan tangisnya. Ia tak bisa melakukan apapun saat ini. Pasrah, itulah yang ada di benaknya, meski samar – samar ia masih bisa mendengar suara yang akhir – akhir ini selalu didengarnya. Ia masih terus menundukkan kepalanya dan menangis.
"Shilla..." seorang pemuda tiba – tiba berada di hadapannya dan memegang kedua bahunya.
"Kamu mau apa ? Jangan deketin aku. Kamu jahat !" Ia meronta, berusaha melepaskan rengkuhan pemuda itu.
"Hei, tenang Shill, aku mohon kamu tenang dulu, aku mau nolongin kamu. Lihat ini !" kata pemuda itu sambil menunjukkan sesuatu yang berada di tangan kanannya.
"Cakka..." lirih gadis itu.
Lebih dari ini...
Aku sudah tertatih terlalu lama...
Biarkan aku masuk dalam suara nadimu...
Agar kau menjadi nyawaku yang kedua...
***
Dua hari sebelumnya...
Kamis, 15 Januari 2015 ( 21:00 WIB )
Jalan Shavarin, Yogyakarta
Perumahan Alona...
Di sebuah rumah kecil, seorang perempuan dan seorang laki – laki muda tengah duduk di lantai yang tak beralas. Saling tak bisa melepaskan diri karena sebuah benda kecil tapi mengurangi keleluasaan. Mereka terlibat dalam obrolan malam yang seharusnya tidak mereka bahas.
"Entahlah, terkadang guepun nggak yakin sama dia, gue ragu. Mungkin gue ini bisa dibilang gadis terbodoh di dunia. Hanya bertahan untuk suatu ketidakjelasan dan ketidakbahagiaan." Sang gadis berkata dengan nada teramat pasrah.
"Kalo emang loe nggak yakin, kenapa loe nggak mengakhiri aja? Loe hanya menyia – nyiakan hati loe sendiri." Sang pemuda menanggapinya dengan ringan tanpa melihat wajah gadis itu. Pandangannya lurus ke depan.
"Itulah hati wanita, Kka. Sulit mencintai tapi sulit juga untuk berhenti mencintai. Hmm... loe ternyata orang baik ya, loe nggak terlihat seperti penjahat yang ada di film – film."
"Apa loe bilang ? Hhh, dasar perempuan, sukanya jadi korban sinetron juga film." Sang pemuda yang bernama Cakka itu melakukan protes kepada perempuan itu.
"Nggak juga tuh, sorry ya, gue Ashilla bukan korban sinetron, nggak sempet kali gue lihat acara – acara yang begituan. Ih, ogah." Sang gadis, Shilla, iapun tidak terima dengan komentar Cakka.
"Lah itu tadi buktinya, pake bilang kalo gue nggak kayak penjahat yang ada di film - film."
"Ih, udah ah capek ngomong sama loe. Hmm...Kka, boleh gue minta sesuatu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner For Life
Teen FictionTELAH DITERBITKAN VERSI BUKU NOVEL CETAK Cakka, seorang pemuda tampan yang memilih pergi dari rumah kedua orang tuanya dan bekerja sebagai orang suruhan dari komplotan penjahat, hingga hidupnya tidak lagi teratur. Namun, semuanya berubah saat seoran...