Partner For Life - Part 11

2.7K 100 0
                                    

"Aduh, Cakka, bentar dong yang bagian sini belum basah, loe jangan seenaknya jalan maju sendiri deh, tangan kanan gue kan terborgol bersama tangan kiri loe, bisa – bisa gue jatuh kalau loe jalan maju mendadak, mana lantainya lagi licin." Shilla menggerutu kesal pada Cakka. Mereka berdua sudah memulai acara mengepel lantai sejak sepuluh menit yang lalu.

"Shilla... Shilla, makanya kalau ngepel itu yang cepet, tongkat pel nya jangan cuma dimainin aja." Jawab Cakka, ia sama sekali tidak mau disalahkan. Benar – benar pemuda yang keras kepala.

"Ih, siapa juga yang mainin, loe nggak lihat apa, gue kan ngepelnya pakai tangan kiri, Cakka. Loe gitu enak pakai tangan kanan." Shilla kembali protes.

"Gue emang pakai tangan kanan, tapi kan gue pakai kain pel biasa dan harus berjongkok ngepelnya. Loe kan enak pakai tangan kiri tapi ngepel pakai pel tongkat." Cakka pun tidak mau kalah, ia memliki alasan untuk membalas Shilla.

Dan memang benar, Cakka mengepel lantai menggunakan sebuah kain pel, sehingga ia harus berjongkok, sedangkan Shilla, ia mengepel menggunakan tongkat pel, sehingga lebih mudah dan bisa tetap dengan posisi berdiri. Yang jadi sedikit permasalahannya adalah sampai saat ini Cakka tidak mau melepaskan benda kecil yang menautkan tangan kirinya dengan tangan kanan Shilla, sehingga membuat acara mengepel mereka penuh dengan aksi protes dari masing – masing pihak. Borgol, sebuah benda kecil, namun sangat mengurangi keleluasaan.

***

Kamis, 15 Januari 2015 ( 21:00 WIB )

Jalan Shavarin, Yogyakarta

Perumahan Alona...

Di sebuah rumah kecil, seorang perempuan dan seorang laki – laki muda tengah duduk di lantai yang tak beralas. Saling tak bisa melepaskan diri karena sebuah benda kecil tapi mengurangi keleluasaan. Mereka terlibat dalam obrolan malam yang seharusnya tidak mereka bahas.

"Entahlah, terkadang guepun nggak yakin sama dia, gue ragu. Mungkin gue ini bisa dibilang gadis terbodoh di dunia. Hanya bertahan untuk suatu ketidakjelasan dan ketidakbahagiaan." Sang gadis berkata dengan nada teramat pasrah.

"Kalo emang loe nggak yakin, kenapa loe nggak mengakhiri aja? Loe hanya menyia – nyiakan hati loe sendiri." Sang pemuda menanggapinya dengan ringan tanpa melihat wajah gadis itu. Pandangannya lurus ke depan.

"Itulah hati wanita, Kka. Sulit mencintai tapi sulit juga untuk berhenti mencintai. Hmm... loe ternyata orang baik ya, loe nggak terlihat seperti penjahat yang ada di film – film."

"Apa loe bilang ? Hhh, dasar perempuan, sukanya jadi korban sinetron juga film." Sang pemuda, Cakka, melakukan protes kepada perempuan itu.

"Nggak juga tuh, sorry ya, gue Ashilla bukan korban sinetron, nggak sempet kali gue lihat acara – acara yang begituan. Ih, ogah." Sang gadis, Shilla, iapun tidak terima dengan komentar Cakka.

"Lah itu tadi buktinya, pake bilang kalo gue nggak kayak penjahat yang ada di film - film."

"Ih, udah ah capek ngomong sama loe. Hmm...Kka, boleh gue minta sesuatu?"

"Apaan ?"

"Hmm,, sebenernya gue nggak terbiasa ngomong pake loe gue"

"Terus ?"

"Ya, kalo misalnya pake aku kamu, apa loe mau?"

"Emang loe ini siapa gue ? Loe bukan siapa – siapa gue kan ? Manja loe."

"Terserah kamu mau ngomong apa, pokoknya aku mau pake aku kamu. Secara resmi aku mau perkenalkan diri aku. Kenalin, namaku Ashilla Zahrantiara, panggil aja aku Shilla." Dengan wajah tanpa dosa, Shilla mengulurkan tangan kirinya yang bebas borgol kepada Cakka.

Partner For LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang