Jumat, 19 Juni 2015 ( 08:20 WIB )
Jalan Van Royen, Yogyakarta
Seorang laki – laki muda sedang terduduk di lantai salah satu sel rumah tahanan dengan kedua kaki terlipat ke atas. Pandangannya lurus ke depan, ia memandang jeruji besi yang selama lima bulan ini membatasi dirinya dengan dunia luar.
"Dua puluh lima tahun? Dua puluh lima tahun? Selama itu gue harus terus mendekam di tempat ini? Hhh, gue ngaku gue salah, gue ngaku gue jahat. Tuhan selalu adil memberi hukuman pada hambaNya, bukan? Dan ini mungkin hukuman paling adil dari Tuhan buat gue." Laki – laki itu bergumam. Rio. Ia merutuki dirinya sendiri. Memikirkan hidupnya dua puluh lima tahun ke depan harus tinggal di dalam sel mengerikan itu.
"Gue tahu gue udah jahat. Gue tahu gue udah bikin Cakka celaka. Gue tahu gue manusia brengsek yang pantas buat dihukum." Rio kembali merutuki dirinya.
"Gue sadar udah banyak berbuat jahat. Maafin gue, Cakka. Gue udah bikin lo kesakitan hingga koma lima bulan ini. Gue berharap lo bisa sadar dari koma lo, dan lo sudi untuk memaafkan gue ketika lo sadar dari koma suatu hari nanti, Kka. Maafin gue, Cakka, maafin gue." Rio akhirnya menyadari segala kejahatannya, namun apa arti penyesalan, semua sudah terjadi. Hukuman tetap hukuman. Dan Cakka sudah terlanjur koma karena perbuatannya. Rio hanya bisa berharap Cakka dapat tersadar dari komanya hingga ia bisa mendapatkan maaf dari Cakka.
Rio menangis pelan, air matanya menetes, lalu ia menundukkan kepalanya. Berharap Tuhan mengampuni segala dosanya dan mendoakan Cakka dalam hatinya.
"Sekali lagi, maafin gue, Cakka. Maafin gue." Lirihnya. Tubuhnya bergetar, ia menangis. Seorang Rio, kini sedang menangis.
Dan biarlah pemuda itu menangis dalam penyesalannya.
***
Jumat, 19 Juni 2015 ( 09:15 WIB )
Jalan Hagya Sopia, Yogyakarta
Rumah Sakit Permata Hijau, Yogyakarta
Di kamar rawat Cakka...
Setelah kemarin terjadi insiden terlepasnya masker oksigen Cakka yang memang dengan sengaja dilepas oleh seseorang - Alvin - , kedua orang tua Cakka dan juga Shilla selalu menjaga Cakka tanpa meninggalkan pemuda koma itu sendirian. Bahkan papa Cakka hari ini sengaja tidak masuk ke kantor karena ingin menjaga putra kesayangannya itu dari bahaya.
Lagipula perusahaan itu adalah perusahaan milik papa Cakka sendiri, jadi tidak masalah jika ia tidak masuk ke kantor untuk menemani dan menjaga putranya yang sedang koma di rumah sakit. Papa Cakka sangat takut jika orang jahat yang melepas masker oksigen Cakka datang lagi hingga insiden tersebut terulang lagi pada putranya itu.
Satu jam yang lalu, Shilla telah selesai menyeka tubuh dan wajah Cakka dengan air hangat seperti hari – hari biasanya selama masa komanya. Kedua orang tua Cakka sedang duduk di sofa putih yang berada di dalam kamar rawat itu.
Papa Cakka memandang tubuh tegap putranya yang terbaring koma di ranjang kamar rawat itu. Ia terus memikirkan siapa orang jahat yang telah tega melepas masker oksigen putranya dengan sengaja. Pandangannya menatap sendu wajah Cakka yang masih terpejam erat, begitu pucat, dan bersusah payah menarik nafas di balik masker oksigen.
Sedangkan mama Cakka yang juga duduk di samping papa Cakka di sofa, sedari tadi terus memperhatikan Cakka dan Shilla. Ia pandangi adegan Shilla yang selalu duduk di samping ranjang Cakka sambil menciumi punggung tangan serta jari jemari Cakka yang lemah, seraya mengelus rambut Cakka dengan penuh rasa ketulusan cinta.

KAMU SEDANG MEMBACA
Partner For Life
Teen FictionTELAH DITERBITKAN VERSI BUKU NOVEL CETAK Cakka, seorang pemuda tampan yang memilih pergi dari rumah kedua orang tuanya dan bekerja sebagai orang suruhan dari komplotan penjahat, hingga hidupnya tidak lagi teratur. Namun, semuanya berubah saat seoran...