Partner For Life - Part 30

3.4K 93 12
                                    

Lima bulan kemudian...


Kamis, 18 Juni 2015 ( 12:30 WIB )

Jalan Hagya Sopia, Yogyakarta

Rumah Sakit Permata Hijau, Yogyakarta


Di kamar rawat Cakka...

Sudah lima bulan Cakka terbaring koma. Hingga kini Cakka masih belum sadarkan diri dari komanya. Kedua matanya masih terpejam erat. Kabel – kabel serta alat – alat medis masih terpasang utuh di tubuh tegapnya, masker oksigen juga masih terpasang rapi menutup hidung mancung Cakka selama lima bulan ini.

Selama lima bulan ini juga, Shilla dan kedua orang tua Cakka selalu setia menemani dan menjaga Cakka di rumah sakit setiap hari. Shilla tidak henti – hentinya menjaga dan merawat Cakka setiap hari. Gadis cantik itu selalu memandikan, menyeka wajah, tangan, dan tubuh Cakka, mengajaknya berbicara, dan mencium kening Cakka setiap hari. Dan semua hal dilakukan oleh Shilla untuk merangsang Cakka agar dapat tersadar dari komanya.

Kedua orang tua Cakkapun selalu berada di rumah sakit setiap hari. Papa Cakka selalu datang ke rumah sakit setiap pagi sebelum berangkat ke kantor, siang hari di saat jam istirahat, dan sore hari ketika pulang dari kantornya, dan sering pula menjaga Cakka semalaman di rumah sakit bersama dengan mama Cakka dan Shilla. Ify pun terkadang menyempatkan diri untuk menjenguk Cakka ke rumah sakit. Walau bagaimanapun juga, Cakka adalah mantan tunangan Ify, dan Ify juga masih mencintai Cakka meskipun ia sudah merelakan Cakka untuk menjadi milik Shilla.

Meskipun keadaan pemuda tampan itu masih koma hingga lima bulan ini, tetapi sejak dua bulan yang lalu, Cakka sudah memberikan sedikit respon. Terkadang laki – laki tampan itu menggerakkan jari tangannya setiap kali kedua orang tuanya dan juga Shilla menggenggam tangan Cakka. Benar, meskipun kedua matanya masih selalu terpejam dan tubuh tegapnya terbaring koma tak berdaya, Cakka sudah mulai menggerakkan jari – jarinya setiap ada yang menggenggamnya.

Selain itu, Cakka juga mengeluarkan air matanya setiap kali Shilla mencium keningnya dan mengajaknya berbicara. Tidak hanya ketika Shilla mencium keningnya, tetapi di saat kedua orang tua Cakka mencium keningnya dengan penuh rasa kasih sayang, Cakka juga mengeluarkan air matanya. Tentu saja ini adalah pertanda bagus, respon yang bagus sebagai harapan Cakka akan segera sadar.

Saat ini, seperti biasanya Shilla sedang menjaga dan menunggui Cakka yang masih koma di rumah sakit, gadis itu sedang membelai rambut Cakka dan menciumi punggung tangan pemuda itu.

Sinar matahari siang ini yang masuk melalui jendela kamar rawat, menyinari wajah tampan Cakka yang tertutup masker oksigen itu. Kedua mata terpejam erat, terlihat tenang, pucat, namun tampan. Bahkan sangat tampan di mata siapapun yang melihatnya, termasuk Shilla.

"Kka, kamu masih belum mau bangun ya? Kamu lagi mimpi apa? Apa ada gadis lain di mimpi kamu selain aku? Nggak ada kan?"

"Kamu nggak capek ya tidur terus, Kka? Kamu nggak bosan koma terus?" Gadis itu masih membelai rambut Cakka.

Shilla masih terus memandang wajah tampan Cakka yang selama lima bulan ini selalu tertutup oleh masker oksigen. Shilla menghela nafas sejenak, kemudian gadis itu meletakkan kepalanya di dada bidang Cakka yang masih dipasangi kabel – kabel medis pendeteksi detak jantung.

"Cakka, udahan dong tidurnya, aku kangen sama kamu." ujar gadis cantik itu penuh harap, dan Shilla masih meletakkan kepalanya di dada bidang Cakka. Suara desahan nafas Cakka di dalam masker oksigen yang dikenakannya masih dapat Shilla dengar, dan monitor detak jantung Cakka juga masih berbunyi seiring grafik zig zag di layar itu. Cakka masih hidup, jantungnya pun masih berdetak berdasarkan monitor detak jantungnya, dan Cakka masih bernafas dengan alat masker oksigen itu, tetapi ia masih tidak sadarkan diri hingga lima bulan ini.

Partner For LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang