Sabtu, 17 Januari 2015 ( 09:45 WIB )
Jalan Shavarin, Yogyakarta
Perumahan Alona
Shilla merasakan jari – jari Cakka bergerak kecil di dalam genggamannya. Gadis itu masih dalam posisi mencium kening Cakka. Masker oksigen masih terpasang rapi menutup hidung mancung pemuda tampan itu. Shilla melebarkan matanya, lalu perlahan – lahan gadis itu melepaskan bibirnya dari kening Cakka. Kini matanya memandang wajah Cakka yang masih mengenakan masker oksigen itu, mata pemuda itu memang masih terpejam, namun jari – jari Cakka terus bergerak di dalam genggaman Shilla. Shilla terus menggenggam tangan Cakka dengan kuat kemudian mengecup punggung tangan Cakka yang jari – jarinya terus bergerak dalam genggaman Shilla, ia berusaha meyakinkan sang pemilik tangan bahwa ada seorang gadis yang sedang menunggunya untuk bangun dari tidurnya.
"Cakka... bangun, aku ada di sini." Shilla berkata dengan mantap, ia berharap Cakka bisa mendengar ucapannya. Tangannya masih menggenggam tangan Cakka.
"Errgghh..." Cakka mengerang pelan di balik masker oksigennya. Perlahan – lahan kedua mata sayu milik pemuda tampan itu terbuka. Cakka mengerjap beberapa kali hingga akhirnya ia dapat melihat wajah cantik Shilla. Pemuda itu mendapati dirinya masih mengenakan masker oksigen. Nampaknya ciuman Shilla di kening Cakka telah berhasil membangunkan Cakka dari ketidaksadarannya sejak tadi malam. Sang pangeran terbangun karena ciuman sang putri.
Shilla yang melihat Cakka sudah membuka kedua matanya langsung tersenyum manis. Meski ada sedikit air mata yang membasahi pipi chubbynya.
"Cakka... kamu udah sadar ? Kamu bisa lihat aku ? Cakka, bener kamu udah sadar ? Kamu tahu nggak, aku takut banget sejak tadi malam." Shilla berkata masih dengan senyuman tulus di bibirnya. Tangan kirinya kembali membelai rambut Cakka, dan tangan kanannya masih setia menggenggam tangan lelaki yang ia cintai itu.
"Errgghh, Shilla...hhh" kata Cakka lirih. Nafasnya masih terdengar berat di dalam masker oksigen.
"Iya, Kka, ini aku Shilla. Aku... aku takut Cakka, semalam asma kamu kambuh. Dan kamu nggak sadarkan diri sejak semalam. Tolong Cakka, kamu harus sembuh." Shilla meletakkan tangan Cakka di pipinya, gadis itu dapat merasakan tangan Cakka yang masih dingin. Sedangkan Cakka, ia tersenyum tipis di balik masker oksigennya.
"Hhh...maafkan aku, Shill. Hhh...Aku...hhh... cuma bikin kamu takut dan repot karena asmaku." Kata Cakka lirih, kemudian pemuda itu menghirup oksigen dalam – dalam dari masker oksigennya. Shilla yang melihat tarikan nafas Cakka, hatinya serasa diiris dengan pisau tertajam. Ia tidak kuasa melihat Cakka yang masih saja berusaha susah payah untuk bernafas. Shilla menangis melihat lelaki yang dicintainya itu.
"Cakka..." kata Shilla di sela – sela isakan tangisnya. Ia benar – benar sedih melihat Cakka yang bersusah payah bernafas, meski masker oksigen masih setia menutup hidung mancung pemuda tampan itu.
"Lho, kok kamu nangis ? Hhh... jangan nangis,Shill...hhh.." ujar Cakka di sela – sela tarikan nafas beratnya di dalam masker oksigen.
"Kka... gimana aku nggak sedih melihat laki – laki yang aku sayang terbaring lemah dengan alat bantu pernafasan kayak gini ? Gimana aku nggak nangis melihat kamu lagi sesak nafas ? Cakka, please jangan sakit, Cakka." Ujar Shilla. Ia tidak mau lagi menutupi kesedihan dan perhatiannya untuk Cakka. Ia sudah terlanjur masuk dalam dunia percintaan yang membawa hatinya untuk mencintai pemuda tampan bernama Cakka Kawekas Nuraga.
"Hhhh...kamu... sayang sama aku ? hhh..." tanya Cakka pelan, ia ingin memastikan bahwa ia tidak salah dengar dengan ucapan Shilla tadi.
"Iya, Kka, aku sayang sama kamu. Aku mengakui kalau aku udah jatuh cinta sama kamu." Shilla mulai membelai pipi Cakka dengan lembut. Mencoba meyakinkan pemuda itu bahwa cintanya adalah perasaan yang serius dan jujur.

KAMU SEDANG MEMBACA
Partner For Life
Novela JuvenilTELAH DITERBITKAN VERSI BUKU NOVEL CETAK Cakka, seorang pemuda tampan yang memilih pergi dari rumah kedua orang tuanya dan bekerja sebagai orang suruhan dari komplotan penjahat, hingga hidupnya tidak lagi teratur. Namun, semuanya berubah saat seoran...