Rabu, 14 Januari 2014 ( 12:10 WIB )
Jalan Seranda, Yogyakarta
Sebuah mobil berwarna hitam telah terparkir gagah di sebuah lantai parkir mobil gedung kantor pengacara yang megah. Tak ada satupun hal yang membuat orang – orang curiga terhadap mobil hitam itu, situasipun masih sama seperti hari – hari biasa. Mobil – mobil lain milik para karyawan kantor maupun milik para pengunjungnyapun masih terparkir rapi di lantai itu.
Di dalam mobil hitam itu telah duduk lima orang laki – laki muda dengan pakaian serba hitam. Mereka mengenakan jaket berwarna hitam dan dua di antaranya mengenakan kacamata hitam. Pandangan mata merekapun selalu tertuju pada pintu keluar kantor yang menuju ke lantai parkir tersebut, kecuali satu orang pemuda yang duduk di sebelah bangku setir, ia justru memandang dua lembar kertas di tangannya. Dua lembar foto seorang perempuan muda yang sedang menjadi sasaran.
"Heh, Kka, loe ngapain sih dari tadi ngeliatin foto terus ? Liatin noh pintu, jangan sampai hilang tuh cewek, atau kita semua kena semprotnya si Rio." ujar seorang laki – laki yang berada di bangku setir kepada Cakka, laki – laki di sampingnya, seseorang yang sedang melihat foto itu.
"Ah bawel aja loe Ray, ya suka – suka si Cakkalah dia mau ngapain." Kata seorang laki – laki yang duduk di bangku belakang yang mengenakan kacamata hitam.
"Heh, gue nggak ngomong sama loe ya Zy, gue ngomong sama Cakka. Diem loe !" kata laki – laki yang duduk di bangku setir bernama Ray.
"Lah emang loe bawel kali, dasar tukang kepo loe Ray !" sahut Ozy.
"Ray ! Ozy ! udah ! Heran gue sama loe berdua, tiap ngomong selalu aja ujung – ujungnya berantem. Baru tadi pagi kalian berdua pukul – pukulan di basecamp waktu Cakka dateng, sekarang mulai lagi. Loe berdua nggak malu apa dibilang kayak anak kecil, hah ?" ucap seorang laki – laki yang duduk di samping kanan Ozy.
"Heh, Dayat, loe kayak baru kenal mereka aja. Udahlah, mau dilerai kayak gimanapun juga, si Ray sama si Ozy nggak bakalan bisa akur." Sahut seorang laki – laki yang duduk di samping kiri Ozy.
"Debo, lebih baik loe diem aja, gue nggak butuh pendapat loe!" Ucap Ray.
"Ini apa – apaan sih, cuma karena gue lagi ngeliatin foto ini aja malah jadi pada debat. Heran gue, apa si Rio nggak pernah mendidik kalian buat serius dikit, hah ?" Cakka yang sedari tadi diam akhirnya bicara terang – terangan.
"Sorry Kka, kita berempat dan juga Rio emang bukan lulusan universitas kayak loe, kita bukan orang berpendidikan kayak loe. Loe aja yang mau – maunya kerja kayak kita, kalo gue jadi loe, gue nggak bakalan mau." kata Ray sambil menatap Cakka dengan tatapan membunuh.
"Heh, Ray loe ngomong apaan sih ? Cakka, tolong maafin si Ray, dia emang gitu anaknya. Gue mohon jangan diambil hati,Kka." Debo mencoba menenangkan suasana tegang di dalam mobil.
"Iya, gue ngerti, ini salah gue, gue cuma penasaran aja sama itu cewek jadi ya gue liat – liat fotonya." Kata Cakka dengan tenang.
"Oh, penasaran ya Kka ? Penasaran atau loe mulai ada rasa? Hati – hati aja deh loe, bahaya kalau sampai penculik jatuh cinta sama korbannya." Debo menggoda Cakka. Dan Cakka, wajahnya mulai dibasahi keringat karena gugup.
"Deb, apaan sih loe, nggaklah, mana mungkin gue suka sama itu cewek. Ketemu aja belum pernah. Udahlah nggak perlu dibahas." Cakka mengelak.
"Terserah loe aja deh Kka." Sahut Ray sambil melepas kacamata hitamnya.
"Eh, liat tu orang di depan, itu bukannya si jaksa itu kan?" Dayat tiba – tiba berbicara sambil menunjuk seorang laki – laki yang baru saja turun dari sebuah mobil. Seketika mengalihkan pandangan Cakka, Ray, Ozy, dan Debo untuk ikut melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner For Life
Fiksi RemajaTELAH DITERBITKAN VERSI BUKU NOVEL CETAK Cakka, seorang pemuda tampan yang memilih pergi dari rumah kedua orang tuanya dan bekerja sebagai orang suruhan dari komplotan penjahat, hingga hidupnya tidak lagi teratur. Namun, semuanya berubah saat seoran...