Partner For Life - Part 40

5.7K 145 30
                                        

Selamat malam semua, selamat menjalankan ibadah puasa dan menyambut hari raya Idul Fitri ya dear :) . Kali ini saya posting PArtner For Life PArt 40, dimana ini adalah part ending utk cerita ini, bagi yg ingin happy ending dan Cakka tidak meninggal, mungkin kalian ingin saya menulis sekuel nya ya? Oke, jika endingnya Cakka tetap hidup, maka saya akan menulis sekuelnya, tetapi jika endingnya Cakka meninggal, dengan sangat menyesal saya tidak bisa menulis sekuelnya, dear :) .

Dan terima kasih utk perhatiannya utk cerita PFL ini, dan vote commentnya, saya harap di part ending ini semakin banyak VOmment nya maupun jumlah viewersnya. Sampai jumpa di cerita saya selanjutnya ya. Yuk, tetap berkarya, dan salam menulis :).


PARTNER FOR LIFE  -  PART 40  -- LAST PART


Minggu, 21 Juni 2015 ( 17:30 WIB )

Jalan Hagya Sopia, Yogyakarta

Rumah Sakit Permata Hijau, Yogyakarta


Di kamar rawat Cakka...

Saat ini papa Cakka sedang duduk di kursi samping ranjang Cakka. Ia menunggui dan menjaga Cakka yang sedang pingsan semenjak siang tadi. Ya, setelah beradegan mesra ciuman dengan Shilla, Cakka jatuh pingsan tidak sadarkan diri karena kehabisan oksigen. Dan kini sudah sekitar lima jam lamanya pemuda itu pingsan.

Sedangkan Shilla dan mama Cakka pulang ke rumah sebentar untuk mandi serta berganti baju. Tadinya Shilla tidak ingin meninggalkan Cakka yang sedang pingsan, ia ingin menjaga Cakka hingga Cakka sadar dari pingsannya.

Namun setelah mama dan papa Cakka membujuknya, akhirnya gadis itu menurut untuk pulang sebentar. Dan dua wanita yang begitu berarti bagi Cakka itu akan kembali lagi ke rumah sakit dengan bersama – sama.

Papa Cakka membelai lembut rambut putranya yang masih pingsan. Laki – laki berusia 50 tahun itu memandang wajah pucat Cakka yang mengenakan masker oksigen itu.

"Cakka, sadar, Nak. Sudah berjam – jam kamu pingsan." ujar papa Cakka yang ingin putranya membuka matanya.

Tidak ada respon dari pemuda tampan itu. Namun, suara desahan nafasnya masih selalu terdengar di dalam masker oksigennya.

"Nak, maafkan papa ya, papa kurang bisa menjaga kamu dengan baik." Papa Cakka kembali berbicara pada Cakka yang masih pingsan, sambil menggenggam tangan lemah putranya itu.

Hingga beberapa detik kemudian, jari – jari lemah itu mulai bergerak di dalam genggaman papa Cakka. Perlahan – lahan kedua kelopak mata Cakka mulai bergerak, mengerjap, hingga akhirnya kedua mata sayu itu pun terbuka. Hal itu membuat papa Cakka terkejut, namun bahagia. Putra kesayangannya sudah sadar dari pingsannya.

"Cakka, kamu sudah sadar, Nak?" tanya papa Cakka

Kedua mata Cakka mulai menyesuaikan dengan cahaya di sekeliling kamar. Pingsan berjam – jam membuat pandangannya berkunang – kunang dan pening di kepalanya. Hingga saat pandangannya sedikit mulai membaik, ia dapat melihat wajah seorang laki – laki paruh baya yang sangat ia cintai sedang tersenyum padanya.

"Papa..." ujar Cakka dengan suara parau. Dadanya masih sakit. Lalu ia menarik nafas dalam – dalam dari masker oksigennya.

"Ya, papa ada di sini. Syukurlah kamu sudah sadar, Nak. Tadi siang kamu pingsan, untung saja saat itu ada Shilla yang selalu menjaga kamu di sini, jadi dengan cepat kamu bisa mendapatkan pertolongan dari dokter Duta."

Partner For LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang