Partner For Life - Part 6

2.4K 99 0
                                    

HARI PERTAMA...

Rabu, 14 Januari 2015 (14:00 WIB)

Jalan Shavarin, Yogyakarta

Perumahan Alona...

Sesuai dengan perintah Rio, Cakka benar – benar membawa Shilla ke rumahnya, meskipun ia merasa keberatan dan sangat tidak nyaman jika di rumah kecilnya harus ada seorang perempuan yang sama sekali tidak dikenalnya. Apalagi dengan status sebagai korban penculikan.

Shilla kini berada di rumah Cakka. Ia disekap dan tangannya diborgol di sebuah sofa di kamar Cakka. Mulutnyapun tertutup oleh perekat sehingga ia tak bisa berbicara sama sekali. Shilla hanya bisa duduk di sofa dengan tangan di borgol tanpa mampu mengucapkan satu katapun.

Di tengah ruang kamar itu, Cakka sedang berlatih meninju. Ia masih memakai baju kaos yang dipakainya saat melakukan aksi penculikan terhadap Shilla dua jam yang lalu. Hanya saja ia melepas jaketnya yang tadi juga dipakainya. Kedua tangannyapun sudah tertutup oleh sarung tinju berwarna merah. Kedua tangannya dengan tangkas memukul dan terus memukul sebuah samsak tinju yang tergantung di tengah kamarnya.

Entah apa yang sedang ia pikirkan, apakah ia sedang melampiaskan emosinya ? Atau sekedar melatih kemampuan memukulnya untuk pekerjaan selanjutnya ? Yang pasti kini wajahnya sudah berkeringat dan nafasnya terengah – engah. Sedangkan Shilla, ia hanya bisa melihat Cakka yang sudah terlihat kehabisan oksigen. Shilla terus memperhatikan Cakka, ia tak tahu apa yang harus ia lakukan untuk bisa melarikan diri dari pemuda itu.

Cakka yang merasa jika gadis itu memperhatikannya segera menghentikan latihannya dan mendekati Shilla yang ia borgol di sofa.

"Hhhh...ngapain loe liat – liat gue... hah ?" Cakka berkata dengan nafas terengah – engah. Pemuda itu memulai pembicaraan dengan Shilla. Dan Shilla, ia hanya diam saja, ia sama sekali tak bisa mengucapkan sepatah katapun karena mulutnya masih ditutup.

"Gila ni cowok, orang mulutku ditutup gini mana bisa aku jawab pertanyaan dia. Huh, dasar orang gila!" batin Shilla. Ia hanya bisa berkata dalam hatinya saja.

"Hhh, emang gila si Rio, seenaknya aja nyuruh gue buat nyekap loe di rumah gue. Bikin gue ribet aja, bikin repot !" Cakka menggerutu sambil memandang Shilla, tangannya kini mulai melepas sarung tinju merah yang sedari tadi dipakainya. Dan Shilla, ia hanya bisa menatap Cakka dengan mata melotot, menunjukkan bahwa ia kesal pada pemuda tampan itu.

"Dasar kurang ajar ni cowok! Berani – beraninya bilang kalau aku bikin dia ribet. Emang siapa juga yang mau jadi tahanan di rumah sempit kayak gini. Mana aku tahu kalau aku bakal diculik kayak gini. Eh, tunggu dulu,,, sedari tadi aku nggak tahu kenapa aku diculik, sebenernya apa salah aku, dan dia ini siapa ? Aku nggak pernah kenal dia, apalagi punya masalah sama dia." Dan lagi – lagi Shilla hanya bisa berkata dalam hatinya saja. Ia terus memperhatikan Cakka.

Dan tanpa Shilla duga, dengan sangat percaya diri dan memasang wajah tanpa dosa, Cakka melepas kaos yang dipakainya tadi. Shilla yang melihat itupun merasa kesal. Bisa – bisanya seorang laki – laki di hadapannya itu membuka bajunya yang membuat pemuda itu telanjang dada persis di depan matanya. Shilla dapat melihat tubuh tegap laki – laki itu dengan dada bidang.

"Loe, diem di sini, gue mau keluar bentar buat beliin loe makanan. Kalo nggak gue kasih makan, bisa – bisa loe mati di sini." Kata Cakka sambil mengenakan kaos biru tua yang baru diambilnya dari dalam lemari pakaian.

"Huh, bener – bener hari sial, apa salahku sih ? Alvin juga gimana sekarang, apa dia nggak papa, kapan dia bakal ke sini buat nolongin aku?" batin Shilla.

Cakka kembali mengenakan jaket hitamnya, ia bersiap untuk pergi keluar membelikan makanan untuk Shilla.

"Inget ya, loe jangan coba – coba cari cara untuk kabur dari sini! Gue nggak lama." Ujar Cakka. Sedetik kemudian ia pergi meninggalkan Shilla sendirian.

Partner For LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang