Ify telah sampai di depan pintu, ia sama sekali tidak takut dengan apa yang akan terjadi padanya. Dengan gerakan pelan, tangan kanannya mulai membuka pintu itu. Ia mendapati seorang laki – laki berada persis di hadapannya dan empat orang laki – laki lain di belakangnya.
"Wow, siapa nona manis ini ? Aku belum pernah melihat sebelum ini di rumah Cakka. Oh ya, Cakka ada di mana, nona manis ?" Kata laki – laki itu. Rio. Ia mendekat pada Ify hingga hampir saja Ify terjatuh karena berusaha menghindar dari laki – laki itu.
"Oh, jadi loe yang namanya Rio ? Jadi loe si penjahat itu. Mau apa juga loe dateng ke sini ?" tanya Ify dengan wajah sadis. Ia sungguh sangat tidak menyukai Rio.
"Heh, gue nggak ada urusan ya sama loe. Gue ke sini mau ketemu sama Cakka. Gue mau ngambil pacar jaksa itu, jadi loe nggak usah ikut campur!" ujar Rio dengan nada tinggi. Iapun masuk ke dalam rumah Cakka dengan paksa. Laki – laki itu mendorong tubuh Ify hingga terjatuh ke lantai.. Dan Ify tidak bisa berbuat apa – apa, ia tidak mampu mencegah Rio untuk masuk. Dayat, Debo, Ray, dan Ozypun ikut masuk ke dalam rumah Cakka mengikuti Rio.
Rio dan yang lainnya memasuki kamar Cakka. Dapat ia saksikan Cakka terbaring di tempat tidurnya dan kedua orang tua Cakka berada di sana. Sedangkan Shilla, seseorang yang akan ia bawapun berada di sana sedang menatapnya dengan pandangan gugup. Rio tersenyum licik dan mendekat pada mereka.
"Oh, ternyata sedang ada pertemuan keluarga di sini. Om dan Tente ini pasti orang tuanya Cakka kan ? Dan Cakka, apa kabar ? sepertinya loe sedang berada dalam kondisi yang tidak baik saat ini ?" Kata Rio. Ia menatap Cakka dengan tersenyum meremehkan.
"Kamu ini yang bernama Rio ?" tanya papa Cakka.
"Benar sekali Om, salam kenal. Saya Rio, sahabatnya Cakka." Jawab Rio. Ia tersenyum licik memandang kedua orang tua Cakka.
"Hhh...Rio... loe mau apa ke sini ? hhh...hhh..." tanya Cakka dengan nafas memburu di dalam masker oksigennya. Entah mengapa kedatangan Rio membuat nafasnya kembali cepat dan memburu. Cakka sangat panik.
"Ah, masih pakai nanya lagi. Loe lupa ? Tentu aja gue mau ngambil cewek ini. Jaksa itu nggak mau ngalah di pengadilan, dan tadi hakim memutuskan hukuman mati buat Gabriel. Jadi, gue nggak ada pilihan lain selain ngambil cewek ini dan menghabisinya." Jawab Rio. Ia mulai mendekati Shilla untuk membawanya.
"Lepasin aku! Lepasin! Kurang ajar!" Shilla menggerutu ketika tangannya sudah berada dalam cengkeraman Rio. Gadis itu meronta dan berusaha melepaskan diri dari Rio.
"Hhh... nggak! Loe nggak bisa ngambil Shilla dari gue, Yo. Gue nggak akan biarin loe ambil Shilla, hhh...hhh..." Jawab Cakka dengan nafas tersengal – sengal.. Lalu dengan tangan kanannya Cakka nekat melepas masker oksigennya. Cakka memegangi dadanya, karena langsung terasa sesak tanpa masker oksigen itu. Lalu ia bangun dan turun dari tempat tidurnya untuk berjalan dan melindungi Shilla. Kedua orang tua Cakkapun hanya mampu terdiam menyaksikan adegan di depan mereka itu.
"Cakkaaaa... Cakka, tolong aku... Cakka... tolong." Shilla berteriak, ia memanggil – manggil Cakka. Kini Rio sudah menariknya hingga pintu kamar Cakka.
Cakka berjalan dengan lemas mendekati Shilla dan memegang tangan Shilla yang satunya, berharap ia dapat menyelamatkan Shilla dari cengkeraman Rio.
"Shilla....ergghhh....Rio, gue mohon jangan bawa Shilla, Yo. Hhh... gue...hhh...mo..hon...hhh." Dengan masih memegang tangan Shilla, Cakka berkata dengan susah payah memohon pada Rio. Nafas Cakka sangat sesak. Tangannya yang satupun terus saja memegang dadanya yang sakit. Sungguh, asmanya itu begitu kejam menyiksanya, apalagi dalam situasi seperti ini. Kali ini Cakka benar – benar harus berjuang untuk bernafas dan juga berjuang untuk melindungi dan menyelamatkan Shilla. Ah, Cakka bertahanlah.
"Cakka, tolong aku, aku mau tinggal sama kamu, Kka. Tolong aku, Cakka...." Shilla menangis melihat Cakka yang sesak nafas.
"Cakkaaaa..." Mama Cakka berteriak melihat Cakka yang sudah seperti menanti maut. Namun apa daya, kini ia tangannya pun berada dalam cengkeraman Dayat. Dan kini Cakkapun berada dalam cengkeraman Ray.
"Sorry, Kka. Gue terpaksa ngelakuin ini sama loe." kata Ray kini sedang memegangi tangan Cakka. Sebisa mungkin ia harus bisa mencegah Cakka untuk menolong Shilla.
"Hei, lepaskan anak saya! Dia sedang sakit. Kamu benar – benar kejam!" sahut papa Cakka. Iapun tidak bisa berbuat apa – apa karena iapun dihalangi oleh Ozy dan Debo.
"Hhh...hhh...hhh...arrgghh...hhh...hhh...hhh...hhh." Cakka sesak nafas, sungguh tidak ada persediaan oksigen di dalam paru – parunya. Ia sangat membutuhkan bantuan oksigen. Ia melirik ke arah tempat tidurnya di mana masker oksigen yang ia lepas tadi berada. Sangat tidak mungkin baginya untuk mengambil masker oksigen itu, karena posisinya begitu sulit dan lemah. Padahal masker oksigen yang kini berada di tempat tidurnya itu adalah satu – satunya alat yang bisa membuat Cakka bertahan.
"Cakka, Cakka... Loe sadar diri donk, loe lagi sekarat kayak gini! Loe nggak akan bisa ngelindungin cewek ini. Bernafas aja loe sesak kayak gini, gimana loe bisa ngelawan gue ? Dasar laki – laki penyakitan!" ujar Rio, ia masih mencengkeram tangan Shilla yang menangis melihat kondisi Cakka yang seperti berada di antara hidup dan mati.
"Ray, loe tahu kan apa yang harus loe lakuin ke Cakka?" ujar Rio. Raypun terkejut.
"Apa? Tapi Yo..." sahut Ray.
"Loe turutin perintah gue, atau loe yang bakal gue habisin!" Rio mulai mengancam Ray, dan Raypun dengan terpaksa harus melakukannya.
"Cakka... maafin gue, Kka." Kata Ray.
"hhh...hhhh...hhh...hhh....hhhh....hhhh." Desahan nafas Cakka yang sesak terdengar semakin miris di telinga semua orang yang berada di sana.
"Bugghh... bugghh... bugghh..." Tiba – tiba saja Ray memukul keras dada bidang Cakka dengan tangan kanannya.
"Ya Tuhan, Cakkaaaaaa....... Cakkaaaaaaaaa....." Shilla menjerit keras begitu ia menyaksikan Ray memukul dada Cakka.
"Arrrggghhh...hhh...hhhh...arrgghh....hhhh....hhhh..." Cakka sudah tidak berdaya lagi. Pukulan keras Ray di dada Cakka membuatnya terjatuh ke lantai. Dadanya yang semula memang sudah sakit dan sangat sesak itupun bertambah sakit berkali – kali lipat.
"Cakkaaaa...." Teriak Shilla masih dalam cengkeraman Rio. Gadis itu ingin agar Cakka tetap dalam keadaan sadar. Ia tidak ingin pemuda yang ia cintai itu kehilangan kesadaran. Sedangkan Rio, ia tersenyum penuh kemenangan melihat Cakka yang sedang sekarat.
Cakka terus memegangi dadanya. Rasa sakit dan sesak itu membuatnya seperti ingin mati saja. Hingga pandangannyapun mulai gelap, tak ada sedikitpun cahaya yang terlihat. Ia sudah tidak bisa bernafas lagi, jantungnyapun terasa sakit. Entahlah apakah jantungnya masih berdetak atau tidak. Tubuh tegap pemuda tampan itu sudah seperti kehilangan jiwanya.
"hhhhh...." Dan ini adalah desahan nafas Cakka terakhir yang Shilla dengar. Perlahan – lahan mata sayu Cakka mulai terpejam bersamaan dengan keluarnya setetes air mata dari mata sayunya itu. Ini bukanlah mimpi, kedua mata Cakka benar – benar sudah terpejam.
Nafasku sudah hilang...
Bantu aku bagaimana caranya untuk bernafas lagi...
Agar aku bertahan untukmu...
***
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner For Life
Teen FictionTELAH DITERBITKAN VERSI BUKU NOVEL CETAK Cakka, seorang pemuda tampan yang memilih pergi dari rumah kedua orang tuanya dan bekerja sebagai orang suruhan dari komplotan penjahat, hingga hidupnya tidak lagi teratur. Namun, semuanya berubah saat seoran...