"Huh... siapa sih, pagi – pagi gini udah kesini. Ganggu aja!" Ia berbicara sendiri dengan nada marah sambil meletakkan garpu ke mangkuk mie nya, kemudian ia beranjak dari duduknya dan berjalan untuk membukakan pintu.
Pemuda itu membuka pintu dengan ekspresi malas, dan dapat dilihatnya siapa orang yang datang sepagi ini dan menganggu acara makan paginya.
"Selamat pagi Cakka, apa kabar ?" Ucap seseorang yang datang itu, dan pemuda tampan pemilik rumah yang notabene bernama Cakka itu hanya tersenyum sinis melihat orang di hadapannya.
***
Senin, 12 Januari 2015 ( 10:05 WIB )
Jalan Van Royen, Yogyakarta
Seperti hari – hari biasanya, setiap tempat yang bernama rumah tahanan atau yang biasa disebut penjara selalu saja mencekam. Tak ada senyuman ikhlas ataupun semangat kebahagiaan di tempat itu. Yang terasa hanyalah suram, seperti neraka dunia yang siap melahap penghuninya dengan vonis yang tak dapat diduga dan mutlak.
Seorang laki – laki muda berusia sekitar 26 tahun terlihat duduk di sebuah kursi di salah satu ruangan di gedung rumah tahanan itu. Ia terlihat sedang menunggu seseorang yang nantinya akan menduduki kursi di hadapannya yang berbatas sebuah meja. Terlihat jelas bahwa laki – laki muda itu sedang berada di ruang besuk rumah tahanan untuk bertemu dengan salah satu penghuni rumah tahanan.
Terlihat seorang petugas rumah tahanan muncul dari balik pintu bersama dengan seorang laki – laki yang kira – kira dua tahun lebih tua dari laki – laki yang sedang menunggu. Laki – laki itu mengenakan baju seragam tahanan yang terkesan kusut. Dengan pengawasan sang petugas di dekat pintu, laki – laki itu duduk di hadapan laki – laki yang telah menunggu.
"Apa kabar loe bos ?" tanya laki – laki yang sedari tadi menunggu, ia memandang orang dihadapannya yang ia panggil dengan sebutan "bos" itu dengan tatapan penuh penyesalan.
"Rio... Rio...Loe masih tanya gimana kabar gue? Loe bisa lihat sendiri kan gimana keadaan gue saat ini, dengan baju sialan ini bahkan gue lebih hina daripada seonggok sampah di pinggir jalan." jawab laki – laki yang statusnya sebagai tahanan itu, ia memandang sinis laki - laki di hadapannya.
"Iel, maafin gue, gue nggak bisa berbuat apa – apa saat loe ditangkap para polisi sialan itu." ucap laki – laki pembesuk yang bernama Rio itu. Ia berkata dengan pandangan menerawang mengingat kejadian saat penangkapan Iel.
"Udah lupain aja Yo, ini bukan salah loe, semua udah terjadi. Yang terpenting sekarang adalah loe harus bisa ngeluarin gue dari sini." Jawab Iel dengan nada agak berbisik agar tak dicurigai oleh para petugas yang berada di ruang itu.
"Gue akan selalu ngelakuin apa yang loe minta. Sekarang apa yang harus gue lakuin buat ngeluarin loe ?"
"Jaksa penuntut di sidang gue namanya jaksa Alvin."
"Alvin ?" Rio terlihat kaget saat Iel memberitahu nama jaksa dalam kasusnya.
"Iya, lengkapnya Alvin Jonathan Sindhunata dari kantor kejaksaan negeri. Gue mau agar loe bikin dia ngalah di pengadilan. Dia pasti ngajuin tuntutan hukuman seberat – beratnya buat gue. Kenapa loe Yo ? Wajah loe mendadak takut." Kata Iel panjang lebar dan merasa ada yang tidak beres dengan Rio.
"Hmm, Alvin itu sebenernya...hmm, dia itu..."Rio berbicara terbata – bata seolah berat mengucapkan yang ingin ia katakan.
"Heh, Yo, loe kalo ngomong yang jelas donk ! Loe mau ngomong apa ?" desak Iel yang tidak sabar. Wajahnya sudah menunjukkan gejala emosi.
"Alvin itu dulu sahabat gue. Dulu gue sama dia sahabat waktu SMA, tapi karena sesuatu hal, kami berdua memutuskan tali persahabatan. Dan sampai sekarangpun gue sama dia berada dalam hubungan yang kurang baik." Jelas Rio.

KAMU SEDANG MEMBACA
Partner For Life
Teen FictionTELAH DITERBITKAN VERSI BUKU NOVEL CETAK Cakka, seorang pemuda tampan yang memilih pergi dari rumah kedua orang tuanya dan bekerja sebagai orang suruhan dari komplotan penjahat, hingga hidupnya tidak lagi teratur. Namun, semuanya berubah saat seoran...