Partner For Life - Part 14

3.1K 107 0
                                    

Sabtu, 17 Januari 2015 ( 09:30 WIB )

Jalan Shavarin, Yogyakarta

Perumahan Alona

Semalaman Shilla tertidur di tepi ranjang Cakka, ia duduk di samping ranjang Cakka sejak semalam saat asma Cakka mulai kambuh. Lima menit setelah ia memberanikan diri untuk mencium kening Cakka, gadis itu tertidur di lengan Cakka sambil menggenggam erat tangan pemuda itu. Dan itu berlanjut hingga pagi ini. Pagi di mana ini adalah hari keempat kebersamaan mereka berdua.

Shilla masih memejamkan matanya di lengan Cakka. Sedangkan Cakka, matanyapun masih terpejam erat sejak semalam. Masker oksigenpun masih terpasang rapi menutup hidung mancung pemuda tampan itu. Wajahnya terlihat sangat pucat.

Tidak lama kemudian, Shilla yang merasakan sinar matahari pagi menyentuh wajah dan matanya, iapun terbangun. Sinar matahari yang masuk melalui celah – celah kamar Cakka begitu memaksa gadis itu untuk membuka kedua matanya. Shilla bangun dan mendapati dirinya masih menggenggam tangan Cakka yang lemah. Kemudian gadis itu mengangkat kepalanya untuk memandang wajah Cakka.

***

Shilla Point Of View

Ternyata semalaman ini aku tertidur di lengan Cakka. Ya Tuhan, laki – laki ini mengapa terlihat menyedihkan sekali. Aku tidak tega melihatnya terbaring lemah seperti ini. Meskipun awalnya dia suka marah – marah, temperamen, dan menyebalkan, tapi ternyata di balik itu semua dia bisa menjadi lemah seperti ini.

Aku ingin dia bisa kembali seperti semula, aku ingin laki – laki ini bangun. Tangannya begitu dingin dalam genggamanku. Semalamanpun aku menggenggam tangannya hanya untuk sedikit memberikan kehangatan untuknya, tapi mengapa tetap sama.

Wajahnya begitu pucat, namun tetap tampan di balik masker oksigen yang dikenakannya. Kedua matanya masih terpejam sejak semalam. Walaupun dia belum membuka matanya, tapi aku sedikit tenang karena dia masih bernafas, suara desahan nafasnya di dalam masker oksigennya masih dapat kudengar. Masker oksigen itupun berembun seiring hembusan nafasnya. Dada bidangnyapun naik turun seiring tarikan dan hembusan nafas beratnya. Ah, tubuh kekar ini, mengapa bisa menjadi lemah tidak berdaya seperti ini saat asma sialan itu menyerangnya ? Cakka, sembuhlah...

Jika aku boleh memilih, aku lebih memilih laki – laki ini memarahi aku dan membentakku daripada harus melihatnya terbaring lemah dan terpejam seperti ini. Tuhan, tolong bangunkan Cakka...

***

Dapat Shilla lihat Cakka yang masih terpejam dengan masker oksigennya. Gadis itupun tersenyum miris melihat laki – laki yang kini ia cintai itu sedang terbaring lemah. Ia dapat mendengar suara desahan nafas Cakka di dalam masker oksigen itu. Suara tarikan dan hembusan nafas pemuda itu sungguh membuat seorang Shilla ingin menangis. Dan dengan sangat jelas Shilla menyaksikan masker oksigen yang dikenakan Cakka berembun karena nafas yang susah payah. Hal ini membuat Shilla begitu benci dengan penyakit asma yang diderita Cakka. Cakka yang selama empat hari ini ia kenal sebagai laki – laki yang kuat dan terkadang mudah emosi, dan sebagai seorang penjahat yang menculiknya, ternyata begitu rapuh dan lemah ketika asma yang dideritanya sedang kambuh.

Tangan kanan Shilla masih menggenggam tangan Cakka, sedangkan tangan kiri gadis itu mulai membelai lembut kening Cakka.

"Cakka, bangun sayang, ini udah pagi." Ucap Shilla lembut, iapun tidak tahu mengapa kata "sayang" untuk Cakka bisa dengan mudahnya keluar dari mulutnya. Namun yang pasti jawabannya adalah karena Shilla kini mencintai Cakka. Gadis itu telah jatuh cinta pada penjahat bernama Cakka Kawekas Nuraga.

"Cakka, tolong kamu bangun, udah semalaman kamu menutup mata. Sekarang bangun yuk. Kamu jangan nyerah sama asma kamu ini. Aku mau jujur sama kamu tentang perasaanku. Jadi, aku mohon kamu bangun, Kka. Kalau kamu bangun, aku janji akan mengakui perasaan cintaku sama kamu." Shilla berkata dengan penuh ketulusan, tak ada hal lain yang ada di pikirannya saat ini selain Cakka. Ia ingin Cakka segera membuka mata dan bangun untuknya. Gadis itu memaksa Cakka untuk segera bangun. Shilla sedikit mengguncang tubuh kekar Cakka, namun tetap saja Cakka terdiam dan terpejam.

"Cakka, tolong... kamu bangun buat aku. Udah semalaman kamu nggak sadar, Cakka, dan ini udah pagi. Ayo, aku mohon kamu bangun. Aku sedih melihat kamu terbaring lemah, terpejam dengan alat bantu pernafasan kayak gini, Cakka Kawekas Nuraga!" ujar Shilla, kini ia menangis seenggukan. Gadis itu kembali mengguncang tubuh kekar Cakka yang masih terbaring lemah. Sama sekali tidak ada reaksi dari Cakka.

Tanpa berkedip, gadis itu menatap wajah Cakka yang masih mengenakan masker oksigen itu. Miris memang, bahkan Shilla berpikir bahwa Cakka sangat mirip dengan orang yang sedang koma di ruang ICU rumah sakit. Apa ? Koma ? Mungkinkah tubuh kekar pemuda tampan itu memang sedang koma ? Lalu apa yang harus Shilla lakukan kalau Cakka kini memang sedang koma ?

"Nggak, kamu nggak boleh koma Cakka, nggak!"

Dan Shilla kembali memberanikan diri untuk mencium kening Cakka dengan penuh perasaan, ada rasa berharap dalam diri gadis itu agar Cakka dapat tersadar karena ciumannya itu.

Pagi yang tidak berbeda dengan semalam...

Meski kau tunjukkan nafas beratmu itu namun kau tak melihatku...

Tidak cukupkah cintaku untuk membangunkanmu ?

Mengapa hanya desahan nafas miris yang kudengar darimu ?

***

Cakka Point Of View

Seperti ada yang sedang menggenggam tanganku, namun aku sulit sekali untuk menggerakkan tanganku untuk membalas genggamannya. Dan apa ini ? Ada tangan halus yang menyentuh keningku, tangannya begitu hangat. Tangan itu terasa sekali membelai keningku dengan gerakan lembut. Siapa ini ? Siapa yang sedang membelai keningku ? Ya Tuhan, aku tidak bisa membuka mataku.

"Cakka, bangun sayang, ini udah pagi."

Errgghh, suara siapa itu ? Ada seseorang yang memanggil namaku, dan menyuruhku untuk bangun. Apa yang terjadi, aku ada di mana, kenapa orang itu menyuruhku untuk bangun ? Ah, saat ini aku memang tidak bisa melihat apapun. Penglihatanku gelap, apakah aku sedang terpejam ? Arrggghhh, kenapa berat sekali untuk membuka mataku ini.

"Cakka, tolong kamu bangun, udah semalaman kamu menutup mata. Sekarang bangun yuk. Kamu jangan nyerah sama asma kamu ini. Aku mau jujur sama kamu tentang perasaanku. Jadi, aku mohon kamu bangun, Kka. Kalau kamu bangun, aku janji akan mengakui perasaan cintaku sama kamu."

Suara itu terdengar lagi, suara yang sama seperti tadi. Seperti seorang perempuan. Dan lagi – lagi dia menyuruhku untuk bangun. Tunggu, apakah aku tidak salah dengar ? Jika aku bangun, dia mengatakan akan mengakui perasaan cintanya padaku ? Errghh, siapa perempuan ini. Ini bukan seperti suara Ify ataupun mama. Bukan. Lalu siapa perempuan yang mencintaiku ini ?

"Cakka, tolong... kamu bangun buat aku. Udah semalaman kamu nggak sadar Cakka, dan ini udah pagi. Ayo, aku mohon kamu bangun. Aku sedih melihat kamu terbaring lemah, terpejam dengan alat bantu pernafasan kayak gini, Cakka Kawekas Nuraga!"

Suara lembut itu terdengar lagi di telingaku. Kini suara itu seperti teriring oleh tangisan. Apa dia sedang menangis ? Mungkinkah dia sedang menangisi aku ? Arrgghh, kenapa dadaku sesak, rasanya begitu menyakitkan. Rasanya seperti ada sesuatu yang menutup hidung dan mulutku, apa ini masker oksigen ? Apa yang terjadi ? Apa asmaku baru saja kambuh ?

Lalu, apa lagi ini, ada seperti bibir lembut yang sedang mengecup keningku. Hangat, kecupannya di keningku terasa begitu hangat. Siapa ini ? Apakah ini papa ? Atau mama ? Karena hanya mereka berdualah yang selama ini selalu mencium keningku. Namun, sudah lama aku tidak merasakan papa dan mama mencium keningku. Siapa yang sedang mencium keningku ? Perempuan ini, apakah dia yang sedang mencium keningku ?

Shilla ? Apakah perempuan yang mencium keningku ini adalah Shilla ? Ya, ini pasti Shilla. Shilla, aku bisa dengar suara kamu. Arrggghhh, tanganku kenapa sulit sekali untuk digerakkan, aku ingin membalas genggaman tangan Shilla ini. Ya Tuhan, tolong aku, ijinkan aku untuk membuka kedua mataku.

. Gadis ini, dia berusaha untuk membangunkan aku, dan aku harus bangun. Ya, aku harus bisa membuka mataku untuknya. Kenapa dadaku masih saja terasa sakit. Aku dapat merasakan Shilla masih mencium keningku dengan lembut. Kecupannya begitu terasa hangat dan nyaman di keningku. Tuhan, tolong ijinkan aku...


Aku ini orang yang lemah dalam kerapuhan...

Berlagak kuat dan membohongi hatiku sendiri...

Menutupi lemahku dengan senyuman palsu...

Nafasku ini hanyalah sehembusan yang lemah...

***

Bersambung...

Partner For LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang