"Gue nggak bisa makan makanan kayak begituan !"
"Hhh, dasar cewek ! Semua cewek sama aja, manja!" Cakka merasa kesulitan menghadapi gadis seperti Shilla. Shilla hanya diam saja, dia sama sekali tidak memakan bakso bakar yang dibelikan Cakka.
"Siapa suruh loe beliin gue makanan kayak begituan, hah ? Gue nggak mau makan !"
"Hhh... loe diem disini ! Gue beliin lagi loe makanan yang lain. Dan kalo sampe loe nggak mau makan lagi, gue nggak bakal peduli kalo loe nantinya kelaparan karena nggak mau makan !" Cakka pun meninggalkan Shilla lagi, ia hanya ingin berusaha agar Shilla baik – baik saja selama berada dalam tanggung jawabnya hingga nanti saat Rio akan mengambil Shilla.
Apa arti deguban jantungku ini ?
Mengapa tiba – tiba aku teralih padamu ?
Kuharap kau tidak terlanjur rasa pada lelaki sepertiku ini...
***
Cakka memasuki sebuah restoran kecil yang menjual makanan cepat saji, ia berharap bisa mendapatkan makanan yang bisa disukai oleh Shilla.
"Selamat siang, mau pesan apa ?" Seorang pelayan memberikan sebuah daftar menu kepada Cakka yang kini telah duduk di salah satu kursi di restoran tersebut.
"Hmm, ini aja mbak, sphagetti tanpa keju 1, pizza ukuran mini 1, sama pancake cokelat 1. Semuanya dibungkus." Kata Cakka, kemudian ia memberikan daftar menu itu ke si pelayan.
"Iya mas, tolong ditunggu sebentar." Jawab pelayan itu, kemudian meninggalkan Cakka.
"Hhh... gila, hari ini udah berapa aja uang yang gue keluarin cuma buat ngurusin cewek itu. Huft..." Cakka berbicara sendiri sambil menunggu pesanannya selesai. Ia menarik nafas dalam – dalam lalu menghembuskannya perlahan. Betapa sulitnya mengurusi korban penculikan yang baru beberapa jam berada di rumahnya itu.
***
Rabu, 14 Januari 2015 (14:50 WIB)
Jalan Oleander, Yogyakarta
Di ruang tamu sebuah rumah sederhana, seorang laki – laki dan seorang perempuan berkulit putih sedang duduk berdua. Sang laki – laki terlihat dalam kondisi babak belur dan wajahnya lebam. Sedangkan si perempuan itu sedang sibuk mengobati wajah laki – laki itu.
"Duh, Al loe kenapa sampai kayak gini sih ?" kata perempuan itu sambil mengobati wajah si laki – laki itu dengan obat luka.
"Aw, Siv pelan – pelan donk ah, sakit banget!" kata Alvin, si laki – laki itu.
"Ih, ini juga udah pelan, Alvin!" Jawab Sivia, perempuan yang sedang mengobati wajah Alvin.
"Shilla dibawa orang – orang itu. Gue nggak tahu dimana Shilla sekarang."
"Bagus kalo gitu."
"Sivia, loe kenapa ngomong kayak gitu, hah ?" Alvin berkata dengan nada tinggi kepada Sivia meski wajahnya masih terasa sakit karena pukulan Cakka dan teman – temannya.
"Al, please... sampai kapan kita kayak gini terus ? Gue capek jadi selingkuhan loe, dan Shillapun juga harus tahu kalo gue ini juga pacar loe." sahut Sivia.
"Sivia, tolong Siv, walaupun Shilla masih jadi pacar gue, tapi hati gue cuma buat loe Siv. Gue cuma mencintai loe. Loe percaya kan sama gue?"
"Iya Al, tapi sampai kapan ? Kapan loe mau mutusin Shilla ?"
"Gue bakal cari waktu yang tepat. Gue janji sama loe, gue bakal putus sama Shilla. Gue nggak cinta sama Shilla, hanya loe yang gue cinta Siv. Sekarang gue lagi mau fokus dulu sama kasus yang gue tanganin, gue jadi jaksa penuntut kasusnya Gabriel Stevent Damanik, atas kejahatan pembunuhan beberapa waktu lalu. Dan besok hari Sabtu adalah hari sidangnya. Gue harap loe ngertiin gue ya Siv." Kata Alvin. Ia berharap Sivia mengerti.
"Kalo masalah kerjaan loe, gue pasti selalu ngertiin Al." Jawab Sivia, ia menggenggam tangan Alvin. Dan tak lama kemudian, sebuah ponsel berdering di dalam saku celana Alvin.
"Hallo..."Alvin mengangkat panggilan telepon di ponselnya.
"Hallo, jaksa Alvin yang terhormat, bagaimana, loe masih hidup setelah dihajar sampai babak belur?" Seseorang yang menjadi lawan bicara itu menjawab.
"Siapa loe?" tanya Alvin
"Alvin... Alvin... baru dua hari yang lalu kita ketemu, sekarang loe udah lupa sama suara gue, hah ?" seseorang di seberang sana itupun kembali menjawab Alvin.
"Rio ? Apa mau loe ?"
"Hhh,,, apa mau gue ? Gampang, mau gue masih sama seperti permintaan gue dua hari yang lalu. Sekarang pacar loe ada dalam tawanan anak buah gue, jadi kalo loe mau dia selamat, loe harus ngalah di pengadilan dan bebasin Gabriel!"
"Jadi ternyata loe yang ngirim orang - orang itu buat mukulin gue ? Denger, gue nggak peduli dengan apa yang loe lakukan, gue nggak bakal ngalah di pengadilan!" jawab Alvin.
Kemudian sambungan telepon itu terputus karena setelah mengatakannya, Alvin langsung memutuskan teleponnya tanpa menunggu jawaban dari Rio. Alvin melempar ponselnya ke kursi disebelahnya yang kosong.
"Al, siapa barusan ?" tanya Sivia, ia sedari tadi memperhatikan Alvin saat terlibat dalam pembicaraan di telepon.
"Orang yang mukulin gue, sekarang Shilla ada sama dia." Jawab Alvin.
"Terus, loe mau gimana Al ?" Sivia bertanya dengan raut wajah yang sulit ditebak, antara sedih dan kesal. Dan Alvin, ia hanya diam saja memandang Sivia sekilas, lalu mengalihkan pandangannya lurus ke depan.
***
Rabu, 14 Januari 2015 (15:00 WIB)
Jalan Wilhelmina, Yogyakarta
"Arrrggghhh,,, sial!" seorang laki – laki terlihat sedang emosi setelah terlibat dalam pembicaraan di telepon. Si lawan bicara di telepon itu baru saja telah memutuskan sambungan telepon itu secara sepihak.
"Eh, Yo, loe kenapa ? Tiba – tiba marah tanpa alasan !" seorang laki – laki yang sedang duduk di kursi depannya menyahut seketika.
"Si jaksa itu bener – bener kurang ajar. Dia tetep nggak mau ngalah di pengadilan." Jawab Rio, si laki – laki yang sedang emosi.
"Loe udah bilang kalo pacarnya ada sama kita ?"
"Udah Ray, kalo sampai dia bersikeras, bisa – bisa gue juga ikut masuk penjara kayak Gabriel."
"Udahlah Yo, loe tenang dulu aja, si cewek itu masih ada sama Cakka di rumahnya. Kita tunggu sampai hari persidangan Gabriel nanti, kita lihat dulu gimana keputusan hukuman buat Gabriel, kalo si jaksa itu tetep keras kepala sampai hakim mutusin hukuman mati untuk Gabriel, baru deh kita ambil itu cewek dan habisin dia." Kata Ray. Dan rio, ia memasang raut wajah bingung sambil memikirkan sesuatu.
"Jaksa Alvin, jangan loe kira gue nggak berani berbuat di luar dugaan loe, loe bakal lihat apa yang bisa gue lakuin setelah ini. Kejadian tadi siang baru permulaan, silakan loe tunggu kelanjutannya !" Rio berkata pelan, kemudian ia tersenyum licik.
***
Bersambung...

KAMU SEDANG MEMBACA
Partner For Life
Ficțiune adolescențiTELAH DITERBITKAN VERSI BUKU NOVEL CETAK Cakka, seorang pemuda tampan yang memilih pergi dari rumah kedua orang tuanya dan bekerja sebagai orang suruhan dari komplotan penjahat, hingga hidupnya tidak lagi teratur. Namun, semuanya berubah saat seoran...