Partner For Life - Part 31

3.9K 101 15
                                        

Kamis, 18 Juni 2015 ( 12:30 WIB )

Jalan Hagya Sopia, Yogyakarta

Rumah Sakit Permata Hijau, Yogyakarta


Di kamar rawat Cakka...

"Kenapa Cakka Nuraga? Lo sesak nafas ya? Lo mau ini? Lo mau masker oksigen ini?" kata Alvin dengan santainya sambil mengacungkan masker oksigen itu di atas wajah Cakka yang sesak nafas dan matanya masih terpejam dalam komanya.

"Hhh...hhh...hhh...hhh...hhh...hhh...hhh...hhh..." Cakka masih terus sesak nafas.

Dan lagi – lagi Alvin menekan – nekan dada bidang Cakka yang dipasangi kabel – kabel pendeteksi detak jantung itu. Hal ini pun sukses membuat Cakka semakin sesak nafas hingga monitor detak jantungnya berbunyi tidak seperti biasanya, bunyi monitor detak jantung itu terdengar cepat seiring garis zig zag yang semakin melemah.

"Kasihan sekali ya, pangeran tampan Nuraga yang satu ini sesak nafas. Selamat tinggal Cakka Nuraga!" ujar Alvin puas, kemudian ia menjatuhkan masker oksigen Cakka ke atas dada bidang Cakka. Sedetik kemudian laki – laki itu berjalan keluar kamar rawat Cakka dengan senyuman licik.

"Hhh...hhh...hhh...hhh...hhh...hhh...hhh..." Nafas Cakka yang sesak, tidak adakah seorangpun yang bisa menolongnya saat ini? Kalau saja ada Shilla dan kedua orang tua Cakka di sini ataupun dokter Duta atau siapa pun yang bisa memasangkan kembali masker oksigen untuk Cakka yang masih koma. Pemuda tampan itu sangat membutuhkan masker oksigen itu untuk ia bisa bernafas.

Ya Tuhan, tolonglah pemuda tampan itu.

***

Beberapa saat kemudian...


"Ya Tuhan, Cakkaaaaaaaaaa..." Shilla berteriak histeris ketika membuka pintu kamar rawat Cakka. Pemandangan di hadapannya membuat Shilla panik. Pemandangan Cakka yang dicintainya sedang sesak nafas karena masker oksigen yang selalu terpasang di mulut dan hidung mancung Cakka selama lima bulan ini, kini tidak lagi menutup hidungnya, namun berada di atas dada bidang Cakka. Gadis itu kembali ke kamar rawat Cakka bersama kedua orang tua Cakka serta dokter Duta. Semua orang terkejut dan panik.

"Cakkaaaaa..." Mama dan papa Cakka pun spontan juga berteriak melihat kondisi putranya.

"hhh...hhh...hhh...hhh...hhh...hhh..." Cakka masih terus sesak nafas dengan mata terpejam dalam komanya.

Mereka semua segera menghampiri tubuh Cakka di ranjang, kemudian dengan segera, dokter Duta memasangkan kembali masker oksigen itu hingga menutup mulut dan hidung mancung Cakka.

"Ayo, mas Cakka, tetaplah bertahan! Tarik nafas dalam – dalam, perlahan – lahan atur nafas, mas! Ayo, mas Cakka, hirup oksigennya!" Dokter Duta berujar seketika setelah memasangkan masker oksigen kepada Cakka. Berharap Cakka dapat kembali bernafas dengan masker oksigen itu.

Kemudian dokter Duta beralih memandang monitor detak jantung Cakka yang menunjukkan detak jantung Cakka tidak beraturan dan semakin melemah. Suara dari monitor detak jantung itupun tidak sama seperti biasanya. Kondisi Cakka sedang kritis dan tidak stabil.

Garis yang zig – zag kini berubah menjadi garis lurus tertampil di layar monitor itu. Dan suara panjang yang sangat Shilla takutkan itu kini telah terdengar di telinganya.

"Cakkaaaaaa... Nggak! Kamu harus hidup! Cakka, ayo kembali, Kka!" teriak Shilla histeris sambil mengguncang tubuh Cakka. Gadis itu menangis. Kemudian, kedua orang tua Cakka menarik tubuh Shilla untuk menghentikan gadis itu dalam mengguncang – guncang tubuh Cakka karena ingin mempersilakan dokter Duta untuk menangani Cakka.

Partner For LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang