Partner For Life - Part 33

2.3K 80 9
                                        

Oke, maav agak lama, Part 33 lanjut ya, Happy reading guys :) :)


Jumat, 19 Juni 2015 ( 10:15 WIB )

Jalan Hagya Sopia, Yogyakarta

Rumah Sakit Permata Hijau, Yogyakarta

Di kamar rawat Cakka...

"Untuk apa kalian datang kemari? Apa yang sudah kalian lakukan lima bulan yang lalu itu membuat putra saya koma hingga saat ini belum sadar. Berani – beraninya kalian datang kemari! Tidak tahu malu!" Papa Cakka berkata tegas dan penuh nada emosi pada keempat pemuda di hadapannya.

Siapa lagi kalau bukan Ray, Ozy, Dayat, dan Debo. Baru lima menit yang lalu mereka berempat memasuki kamar rawat Cakka dan langsung membuat kedua orang tua Cakka serta Shilla terkejut. Parahnya, papa Cakka langsung tersulut amarah saat melihat mereka datang.

"Begini Om, kami mau minta maaf pada Cakka, Om, Tante, dan juga Shilla atas semua yang telah terjadi. Kami baru saja bebas dari penjara, Om. Kami tahu kami berempat dan juga Rio sudah membuat Cakka menderita dan celaka. Kami memang bersalah karena membuat Cakka terbaring koma seperti ini, kami sungguh minta maaf." kata Ray yang berucap penuh rasa penyesalan di hadapan papa Cakka, kemudian matanya beralih pada tubuh Cakka yang terbaring koma di ranjang dengan alat – alat medis dan masker oksigen.

Ray juga melihat Shilla yang dengan setia duduk di samping ranjang Cakka sambil terus menggenggam tangan Cakka dan tertunduk. Sepertinya Shilla pun bingung dengan apa yang harus ia lakukan akan kedatangan mereka berempat. Ray merasa miris melihat kondisi Cakka saat ini.

"Tolong Om, tolong maafkan kami, kami sudah berubah dan bertekad untuk menjadi orang baik. Kejadian kami dengan Cakka menjadi sebuah pelajaran bagi kami. Walau bagaimanapun juga, Cakka adalah sahabat kami. Kami mengenal Cakka sudah dua tahun ini, dan kami menyesal karena membuat Cakka sampai koma seperti ini. Kami kesini juga ingin menjenguk Cakka, kami ingin Cakka segera sadar." Debo pun angkat bicara dan hampir saja air matanya menetes melihat tubuh Cakka yang dipasangi alat – alat medis itu.

"Kalian tahu nggak? Sampai saat inipun, sampai detik ini, kejadian lima bulan yang lalu, gue nggak pernah bisa lupa. Semua itu jadi mimpi buruk buat gue. Kalian berempat dan Rio udah nyekap gue dan hampir bunuh gue. Hampir aja gue mati kalo aja Cakka nggak dateng buat nolongin gue, dan padahal waktu itu Cakka baru aja sadar dari koma gara – gara pukulan lo, Ray. Dan Rio udah nembak Cakka sampai Cakka koma lima bulan ini, dan gue nggak tahu harus gimana ke kalian. Kalian bagai malaikat kegelapan buat gue!" Akhirnya Shilla membuka mulutnya untuk bicara, masih dalam posisi menggenggam erat tangan Cakka. Kedua mata gadis itu memerah, tampak berkaca – kaca memandang keempat pemuda itu. Ia bingung.

"Shill, apa hukuman penjara kami berempat selama lima bulan ini belum bisa bikin lo memaafkan kami? Demi Tuhan, kami udah menyadari kesalahan kami. Kami datang ke sini dengan niat baik untuk meminta maaf dan menjenguk Cakka. Kami ingin Cakka segera sadar dari komanya. Walau bagaimanapun juga, Cakka itu sahabat kami selama dua tahun ini." Kali ini Dayat angkat bicara.

"Tapi, kalau Om, Tante, dan Shilla nggak mau memaafkan kami, kami akan terima. Mungkin emang kami pantas untuk tidak dimaafkan karena udah menculik Shilla dan sekarang hidup Cakka juga berada di antara hidup dan mati yang tidak pasti, dan semua gara – gara kami dan Rio. Kami akan terima perlakuan apapun." Ozy menyahut seolah – olah ia pasrah jika memang tidak dimaafkan. Dan memang ia pasrah.

"Pa, udah Pa, kita maafkan saja mereka. Mereka udah menyadari kejahatannya, lagipula mereka sudah menjalani masa hukuman penjara. Kita tidak usah membuat suasana menjadi buruk. Yang terpenting sekarang adalah kondisi Cakka. Dan Shilla, tante mohon kamu maafkan mereka berempat. Tante tahu kamu masih trauma dengan yang terjadi sama kamu dan Cakka, tapi bisakan kita berdamai dengan keadaan? Kondisi Cakka lebih penting, Shill." Mama Cakka rupanya sangat bijaksana dalam menyikapi suasana, meskipun keempat pemuda di hadapannya itu terlibat dalam kasus yang membuat putra kesayangannya sampai terbaring koma hingga lima bulan ini. Tentu saja, hati seorang ibu yang penuh kelembutan untuk memaafkan kesalahan orang lain.

Partner For LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang