"Innalillah!" Pekikan Shafa berhasil menularkan kepanikan pada Hassan dan Ayla.Tubuh Shafa bergetar hebat. Tulang-tulang kakinya seolah bermetamorfosis menjadi jelly. Ia kehilangan kemampuan menopang tubuhnya melawan gravitasi. Beruntung Hassan sigap menangkap tubuhnya, jadi tubuhnya tak sampai terkulai mengenaskan di tanah.
"Kenapa, De? Ada apa? Siapa yang nelpon barusan?" serbu Hassan. Ekspresi ini, ekspresi ini sama dengan ekspresi Shafa bertahun silam. Ekspresi Shafa yang masih sangat diingat Hassan.
Jangan lagi. Jangan lagi Ya Allah, batinnya merengek pilu. Shafa menekan dadanya. Ulu hatinya ngilu. Nyeri ini. Nyeri yang sama....
"Fa, ada apa?" Ayla ikut menuntut.
"Mbak Khansa... hiks hiks..." Air mata Shafa jebol. "Mbak Khansa... Ay. Hiks. Hiks."
Mata Ayla membulat. Perasaanya sudah tak enak. "Mbak Khansa kenapa, Fa? Kenapa?" Habis sudah kesabarannya.
"Mbak Khansa kecelakaan. Hiks hiks. Kondisinya, kondisinya parah...."
Nafas Ayla tercekat di tenggorokan. Tangannya menutup mulutnya yang ternganga kaget.
"Innalillahi wa inna ilaihi roji'un." Berbarengan Hassan dan Ayla berucap istirja'.
♡♡♡
"MasyaAllah, Hassan!!" Adam terperangah melihat sahabatnya sudah berdiri tegak di depan rumah.
Adam bergerak merangkul Hassan. Saat itulah ia baru menyadari ada dua orang gadis berdiri di belakang Hassan. Tubuh Hassan yang tegap menjulang membuatnya tidak menyadari keberadaan mereka sebelumnya.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alakkumussalam." Adam dan Hassan sudah saling mengurai pelukan. "Kok kamu bisa bareng mereka?" Mata Adam menatap Hassan, Shafa dan Ayla bergantian.
"Shafa adikku, Dam. Tapi ini bukan waktunya kenalan." Wajah Hassan berubah pias, perubahan itu tertangkap jelas oleh Adam. "Kamu harus ikut kami sekarang."
Adam mengernyit. Gimana nggak heran, ada banyak pertanyaan yang bergelayut dipikirannya. Bagaimana bisa Hassan tiba-tiba nongol di depan rumahnya, dan mengakui bahwa salah satu gadis yang berdiri di belakangnya seperti dayang-dayang itu adalah saudarinya? Dan memintanya untuk ikut bersama mereka, "Ada apa, San?"
Bukannya menjawab, Hassan malah menoleh ke belakang.
Dengan menahan airmata yang akan membludak keluar, Shafa menarik napas. "Mbak Khansa. Mbak Khansa kecelakaan, Pak." Shafa gagal menstabilkan suaranya. "Kejadiannya sekitar setengah jam setelah kami liqo."
Mata Adam membulat kaget, setengah bibirnya ternganga. Seperti ada bogem yang menonjok jantungnya. "Innalillah!! Dimana, dimana dia sekarang?"
"Rumah Sakit Ratu Zalecha," Hassan menyahut cepat. "Ayo, Dam. Berangkat denganku biar lebih cepat."
"Ah iya... aku bawa Faiz dulu."
"Biar saya yang jaga Faiz dan jemput Naura, Pak. Kasihan kalau anak-anak dibawa ke Rumah Sakit." Usulan Ayla diangguki Hassan dan Shafa.
"Baiklah, terimakasih. Maaf sudah merepotkan kalian."
♡♡♡
Khansa masih di ruang UGD saat Adam datang bersama Hassan dan Shafa. Sudah sekitar setengah jam mereka menunggu. Tapi tak ada satu dokter atau minimal perawat yang keluar dari ruangan serba putih itu. Selama itu pula Adam tak bisa tenang, sedari sampai tadi jangankan duduk tenang yang ada malah ia seperti pel lantai yang disapukan di lantai yang sama hingga rasanya lantai tersebut bisa digunakan untuk berkaca. Atau kalau lantai itu bisa bicara, barangkali sudah sedari tadi di jungkirkannya Adam.

KAMU SEDANG MEMBACA
SECOND CHANCE
Espiritual#1 Inspiratif (08-08-2018) ...... Dalam takaranku, kami bahagia... Delapan tahun menikahinya dengan dianugerahi dua orang buah hati yang lucu membuatku merasa sempurna. Bagiku, aku telah memenuhi hak kedua buah hatiku, yakni menjadikan mereka terla...