Assalamualaikum...
Maaf semuanya, kalau kalian sempat dapat notifikasi update...
Sebenernya, saat itu sedang proses edit part ini, tapi nggak tau kenapa, jari kelewat lincah dan ke pencet publish.Sekali lagi mohon maaf...
Regards,
LenyOrion♡♡♡♡♡♡
Kebahagiaan tanpa barakah,
Bagai bayang-bayang tanpa cinta
(Salim A. Fillah)Setiap orang ibarat bulan
Memiliki sisi kelam
Yang tak pernah ingin ia tunjukkan pada siapa pun
Pun sungguh cukup bagi kita
Memandang sejuknya permukaan bulan
Pada sisi yang menghadap bumi
(Salim Akhukum Fillah)♡♡♡
"Sayang...."
"Hmmm..." Nia menyahut tanpa melihat suaminya, hati-hati sekali merebahkan putrinya ke box bayi. Lalu setelah memastikan putrinya tak terusik, ia berjalan menghampiri suaminya yang duduk di sofa dengan wajah kusut.
"Coba deh liat kepalaku, Sayang..." Hassan menarik tangan Nia. Kepalanya menunduk di hadapan Nia, mengundang perhatian.
Meski keheranan, tak ayal Nia menurut jua. Disisirnya kepala suaminya dengan jari. "Nggak ada apa-apa kok, Mas..." Dahinya berkerut-kerut. Masa ada kutu? Bahkan ketika Hassan harus menghuni kontrakan yang mana setiap kamarnya dihuni tiga sampai empat orang pun Hassan tak pernah mengaku kutuan. Uban? Kemungkinan besar, ubah tidak akan mau tumbuh di usia awal 30an .
"Kamu yakin?" Dipandanginya Nia, lalu menunjuk lagi, "Liat sekali lagi deh, kali aja ada numbuh uban...."
"Ha? Uban?"
Hassan mengangkat wajahnya, "Iya. Rasanya kepalaku sudah penuh ditumbuhi uban gara-gara mikirin Shafa sama Adam."
Nia terkekeh. Ditepuknya dengan ringan bahu suaminya. "Yang namanya berkeluarga. Nggak mungkin selalu mulus kan, Mas...."
Hassan menghela napas. "Menurutmu... Apakah Adam memperlakukan adikku dengan baik? Apakah Adam mencintai Shafa?" Lalu Hassan menyandarkan punggung dan kepalanya di sofa. "Aku merasa... Almarhumah Khansa masih begitu mempengaruhi hidupnya."
Nia berusaha menyuguhkan senyum teduhnya, ia saksi, sebesar apa rasa cinta suaminya terhadap adiknya. Di kecupnya punggung tangan Hassan. "Meski mungkin tak bisa sepadan. Tapi mas pasti tahu, sedemikian besar Rasulullah mencintai Aisyah. Waktu yang dihabiskan beliau bersama Aisyah tidak akan mampu menghapus kecintaan beliau terhadap Khadijah."
Hassan melenguh. Hatinya tersentil ketika diingatkan. "Aku... Nggak sanggup rasanya lihat wajah terlukanya Shafa."
"Menurutku, Shafa hanya perlu waktu untuk beradaptasi dengan rasa kehilangannya." Lalu, secuil luka di hati Nia terkelupas lagi, "Seperti saat kita kehilangan dulu...."
Hassan menegakkan duduknya, sadar, bahwa tak seharusnya membangunkan kembali luka mereka. Diraihnya Nia dalam dekapan. "Maaf... Tidak seharusnya...."
Nia terkekeh. "Apaan ih, males ah sedih-sedihan." Memukul lengan Hassan sebelum melerai pertautan mereka. "Oiya, Mas. Emang dulu kita nikah karena saling mencintai?" Goda Nia.
"Emang enggak?" Hati Hassan berasa potel-potel.
Nia mengangkat bahu, senyumnya terkulum. "Aku sih enggak...."
"Kok gitu?" Dahi Hassan berkerut-kerut protes.
"Kan kita emang nikah bukan karena cinta mas, tapi karena seiman dan sevisi-misi. Bukannya dulu mas juga yang bilang, saling mencintai itu bonus, yang paling penting adalah meraup berkah. Lebih dari mawaddah."
![](https://img.wattpad.com/cover/68952390-288-k118035.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SECOND CHANCE
Spiritual#1 Inspiratif (08-08-2018) ...... Dalam takaranku, kami bahagia... Delapan tahun menikahinya dengan dianugerahi dua orang buah hati yang lucu membuatku merasa sempurna. Bagiku, aku telah memenuhi hak kedua buah hatiku, yakni menjadikan mereka terla...