Ummu Abiihaa

10.9K 418 45
                                    

Ikhlas.
Cukuplah keikhlasan yang membuatnya sedemikian bersinar.


♡♡♡

"Fa, kayaknya kita bakal tua di lab deh," keluh satu dari dua gadis berkerudung lebar yang tengah duduk bersandar di kursi taman, tepat di depan sebuah laboratorium Fisika. Tangannya bergerak membenarkan kerudung biru muda yang dipakainya.

Sosok ayu bergamis motif bunga berwarna baby pink dengan kerudung warna senada malah memandang heran sahabatnya, "Maksudnya?"

Gadis berkerudung biru muda itu mendengus sebal mendapati sahabat seperjuangannya yang gagal paham. "Iyaaa... rasanya kok penelitian kita nggak selesai-selesai yaa. Aku pengen cepet-cepet sidang. Udah bosen ngendep di lab mulu."

"Ayla ku sayang... Ya gimana mau cepet selesai, kalo ngerjainnya sambil ngeluh terus...."

Gadis berkerudung biru muda yang dipanggil Ayla tersenyum miring, tertohok dengan sindiran sahabatnya.

"Iyaaa ustadzah Shafa Khumaira Hamid. Nggak lagi-lagi deh...."

Shafa terkikik melihat ekspresi sahabatnya. Sebutan 'ustadzah' selalu dipakainya bila tak mampu survive pada segala upaya mengeluhnya.

"Fa...."

"Hmm... " sahutnya, fokusnya pecah saat matanya mulai menjelajahi ponselnya.

"Lapeerr..." Diliriknya Shafa yang masih cuek.

"Fa..." panggil Ayla lagi, lebih menuntut dari sebelumnya.

"Eh, iya... kenapa?"

"Makan yuk. Aku laper nih."

Shafa melirik jam tangannya. Matanya menerawang. Menimbang sesuatu. "Kita makan di kontrakan aja ya, tadi pagi aku bikin pepes tahu pesenan bang Hassan. Masih sisa banyak kok."

Tubuh Ayla menegak. Wajahnya berbinar seketika. "Serius?"

Shafa mengangguk. Tersenyum geli melihat tampang mupeng sahabatnya, anak rantau seperti Ayla memang selalu antusias setiap dapet ajakan makan, gratis pula. "Iya, lagian sebentar lagi Ashar. Nggak sempet kalo makan di luar, abis Ashar mbak Khansa minta tolong jemputin Naura."

"Emang mbak Khansa kemana?"

"Nggak tau. Beliau bilangnya cuma ada urusan keluarga."

"Oiya, kamu udah tau belum kalau dosen baru di fakultas kita itu ternyata suami mbak Khansa loh."

"Emang iya?"

Ayla mengangguk mantap.

"Kata siapa emang?"

"Mbak Khansa sendiri kok yang bilang...."

Sebelah alis Shafa terangkat. "Kapan mbak Khansa bilangnya?"

"Pekan lalu, pas kajian bulanan di masjid An-Nur. Kamu duduk di shaf belakang sih."

Kali ini barulah Shafa manggut-manggut. "Siapa nama beliau?"

Pertanyaan Shafa malah dibalas cengiran oleh Ayla. "Itu masalahnya, aku lupa nama beliau."

SECOND CHANCE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang