Kening Rasa Mawar

5K 294 20
                                        

"Loh, kak Adam ada apa? Barusan aja Shafa dari sini. Nggak selisihan di jalan?" Nia mencecar tamunya tepat di depan pintu rumahnya seusai bertukar salam.

"Aduh, Sayang. Tamu itu mbok ya di suruh masuk dulu. Masak di biarin bediri gitu. Ujan dan bawa baby lagi." Hassan muncul dari ruang tengah. Kemudian duduk di kursi ruang tamunya.

Nia nyengir kuda sembari membuka jalan untuk Adam berlalu. "Hehe. Monggo kak Adam." Adam mengangguki. "Biar saya bikinkan minum dulu yaa...."

"Eh, nggak usah mbak Nia. Saya nggak bisa lama mampirnya."

Nia pun urung menuju dapur, ia memilih untuk duduk di sisi Hassan.

"San, sebenarnya aku ke sini mau nitip Faiz. Karena setelah ini aku ada jadwal ngisi di masjid kampus. Aku sudah coba hubungi Shafa, tapi dari siang ponselnya mati. Dan aku pun baru tau kalau barusan dia dari sini."

"Kamu nggak usah sesungkan itu dengan kami, Dam. Faiz kan juga saudaranya Najma. Mereka minum dari ASI yang sama."

Adam tersenyum lega. "Alhamdulillah. Aku titip yaa... Kalau tidak sempat malam ini. Aku jemput Faiz besok pagi."

"Iyaa... lebih lama juga nggak papa. Oiya, kalau Shafa juga belum pulang, lantas Naura dengan siapa, Dam?"

"Tadi pagi Shafa bilang dia yang jemput Naura. Jadi kemungkinan Naura ada di kontrakannya."

Hassan manggut-manggut. "Ya sudah. Kemarikan Faiz. Biar kami tidurkan ke kamar."

Faiz pun beralih dari gendongan Adam ke gendongan Hassan tanpa terusik sedikitpun.

"Aku pamit, Hassan, mbak Nia. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam. Fii amanillah" Hassan dan Nia menyahut berbarengan sebelum melepas Adam di pintu depan.

♡♡♡

Baru saja keluar dari blok rumah Hassan. Ponsel Adam yang ditaruhnya dalam tas kerja yang menyander di kursi penumpang berdering. Adam menepikan mobil sebelum merogoh ponselnya.

"Assalamu'alaikum Ihsan, ada apa?" sapanya, pada sosok di seberang.

"Wa'alaikumussalam, Pak. Ini. Barusan saya ditelpon mbak Ayla. Beliau minta saya ngabarin pak Adam kalau mbak Shafa pingsan di kontrakan. Beliau nggak punya nomor pak Adam."

Mata Adam melebar. Ada sesuatu yang membuatnya ngilu ketika mendengar kabar yang disampaikan Ihsan. "Innalillah!! Terima kasih, Ihsan. Saya akan segera ke sana. Tolong kamu cari pengganti saya untuk kajian malam ini ya... Assalamu'alaikum."

Adam tak sempat lagi mendengar jawaban Ihsan. Bahkan salam yang diucapkannya pun tak lengkap didengar Adam. Yang ada dalam pikirannya saat ini adalah bagaimana caranya untuk bisa segera sampai ke kontrakan istri belianya....

♡♡♡

Perjalanan yang normalnya sejam pun berhasil ditempuh Adam hanya kisaran 30 menit dari rumah Hassan ke kontrakan Shafa. Seolah ia lupa, bahwa biasanya dalam kondisi genting pun ia masih bisa tenang. Tapi tidak kali ini....

Hingga saat Ayla baru menyembul dari pintu, Adam sudah menyerangnya dengan wajah kalut dan khawatir, "Bagaimana kejadiannya? Kenapa dia bisa pingsan?"

Ayla mengangguk santun. "Alhamdulillah sudah sadar dan sedang tidur, Pak. Saya kurang tau sebabnya. Kalau sakit, Shafa tidak pernah mau di bawa ke rumah sakit. Tapi yang pasti ketika di kampus tadi saya melihat kalau Shafa memang sedang tidak fit. Dia pun tidak ada makan sedari pagi. Lalu sore tadi dia ngeyel berangkat ke rumah bang Hassan, ngambil stok ASI untuk Faiz padahal udah mau ujan. Pulangnya, sejam lalu, dia pingsan di depan kontrakan dengan baju basah kuyup."

SECOND CHANCE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang