Radius Peluk

4.2K 291 17
                                    

Kita akan selalu lupa bersyukur...
Bila yang diingat hanya... apa yang tidak kita miliki, sementara orang sudah punyai.
Bila yang diingat hanya... seberapa besar kita menanggung rugi.

(Najmafillah, 2017)

♡♡♡♡♡♡♡♡

Adam sedang berlari. Dengan saraf yang tumpul mendadak, sehingga luka di kakinya yang belum kering betul, sakitnya tak dirasa lagi. Detik itu dimulai saat seorang mahasiswa semester enam Fakultas Kedokteran yang sangat dihapalnya tiba-tiba _seolah tersasar_ mengetuk pintu salah satu kelas MIPA Fisika.

Kalau bukan karena melihat wajah panik dan gusarnya seorang Ihsan, Adam tak akan pikir dua kali untuk mengusir orang yang berani mengusik waktu mengajarnya. Tapi, berita tentang Shafa pada akhirnya sukses menghisap habis seluruh respon dan perhatiannya, hingga sekedar pamit pada mahasiswa di kelas pun ia tak menyempatkan diri.

"Mbak Shafa, Pak..." Hanya sepatah kata mengambang itu saja padahal, yang sempat didengarnya dari Ihsan. Tapi, pernah melihat ekspresi yang sama membuat Adam cukup terlatih untuk mengenali kepanikan Ihsan. Hingga kemudian yang dipikirkannya adalah hanya bertanya 'Dimana?' Lalu berlari.

Dan....

Deg...

Deg...

Deg...

Pernah merasakan berlari tanpa jeda? Lalu saat berhenti dan ingin sekedar mengatur napas, tapi jantung tiba-tiba berdetak hebat sampai rasanya dada kiri nyeri? Itu yang Adam rasakan sesampainya ia di ambang pintu sekretariat Rohis dan yang menyambut dirinya adalah Shafa yang terbaring layu tak sadarkan diri dengan dikipasi dua sahabatnya yang hanya punya satu ekspresi, gusar.

Melihat kedatangan Adam, Ayla dan Maryam tahu diri, mereka menyingkir memberi ruang untuk Adam menyalurkan kekhawatiran.

"Saya akan membawanya ke rumah sakit..." Adam bergerak, meraih punggung Shafa untuk digendong.

"Tapi, Pak... ia trauma Rumah sakit," sela Ayla cukup berani, padahal Maryam memberinya kode untuk tidak ikut campur.

"Saya tahu..." tapi kali ini ia punya alasan untuk acuh. Setidaknya rumah sakit adalah tempat yang tepat untuk seseorang yang tak sadarkan diri. Dan lagi, ia tak akan repot bernegosiasi pada Shafa yang dalam kondisi pingsan.

Tapi, baru saja akan mengangkat tubuh Shafa, Adam mendengarnya melenguh. Kelopak matanya bergerak-gerak dan dahinya berkerut. Satu yang Adam yakini, Shafa telah sadar. Kemudian segera Adam merebahkan kembali tubuh Shafa. Menumpu kepala Shafa dengan lengan, dan memangku tubuh Shafa di atas pahanya.

"Heiii.... Shafa...." Adam berbisik lembut sembari menepuk pelan pipi Shafa yang memucat. "Kamu mendengarku?"

Shafa membuka mata. Lalu mendesis. "Ahhh..." cahaya yang masuk tiba-tiba membuat kepalanya berdenyut. "Mas...."

"Apa yang kamu rasakan?"

Dengan dahu berkerut, Shafa menjawab, "Kepalaku... sakit...."

"Kita ke rumah sakit. Oke?"

Shafa menggeleng lemah.

"Bersamaku. Tidak akan ada apa-apa...."

Lagi. Shafa menggeleng. "Kumohon, Mas..."

Adam menyerah. "Baiklah. Kita pulang... Tunggu di sini dan aku ambil kunci mobil."

♡♡♡

Banjarmasin - Seorang siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Banjarmasin yang berinisial SK, menjadi korban percobaan pemerkosaan. Pelaku yang sudah sempat melepaskan pakaian korban dipergoki warga.

SECOND CHANCE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang