01. Hujan

6.6K 189 79
                                    

Beberapa siswa terlihat sedang bermain basket, di sebuah lapangan sekolah. Entah karena terlalu rajin olahraga atau apa, padahal kelas baru akan dimulai sepuluh menit lagi. Dan tidak ada kelas olahraga pagi ini. Tian dan beberapa siswa anggota tim basket sekolahnya yang sedang bermain basket.

Tian, anggota tim basket? mungkin yang ada di gambaran kepala kalian adalah cogan, tinggi, atletis dan cool abis.

Salah. Sedikit gambaran tentang Tian. Wajah, ganteng? Enggak, dibilang jelek juga enggak. Tinggi nya
lumayan. Atletis? Badan-nya kurus enggak, gemuk juga enggak, Jauh dari kesan atletis. Cool? Gak ada tampang cool nya sama sekali, pokoknya Tian itu serba pas-pas-an.

Tian melambai-lambaikan tangan-nya, "Oi! Oper sini!" Teriaknya.

"tangkep!" Seorang cowok melemparkan bola ke arah Tian, dan bersamaan dengan suara bel yang berbunyi nyaring. Tian yang awalnya sudah memasang ancang-ancang untuk menangkap bola, kini malah membiarkan bola tadi melayang melewatinya.

DUK..

"Aduh!"

Terlihat seorang siswi yang sedang jatuh terduduk di pingir lapangan. Tian menoleh ke sumber suara "Waduh!" Tian terjengit melihat seorang gadis terduduk di pinggir lapangan sambil memegangi jidat. Tian yakin, bola basket yang terlempar tadi-lah yang nengenai gadis itu.

"Goblok! napa gak lo tangkep bolanya?!" Maki cowok yang tadi melempar bola.

"Gue kaget denger suara bel. Ish, kan elu yang ngelempar? napa gue yang disalain?!" Jawab Tian membela diri.

"Mending elu tolongin dia noh, entar keburu semaput tuh anak." Usul cowok yang berada di samping Tian sambil menunjuk gadis yang masih terduduk di pinggir lapangan.
Tian tersadar, lalu mendekati gadis itu. Dengan ragu-ragu Tian mengulurkan tangan nya.

"Woi! guru nya udah otw ke kelas! yan ada Pak Mahmud! buruan naik" Seorang siswa berteriak dari atas lantai dua. Tian menelan ludah mendengar nama guru tersebut, "Mampus! Pak Marmud."  Teman-teman nya sudah pada kabur ke kelas nya masing-masing, sementara Tian yang tadinya sudah berinisiatif mau nolongin gadis di depan nya, kini malah berbalik dan ikutan berlari menuju kelas.

Gadis yang tadi jidatnya terkena lempar bola itu pun hanya melongo menatap Tian yang lari meninggalkan-nya. "Cowok rese! bukan nya minta maaf, malah kabur!" Gerutu nya sambil berdiri, ia menepuk-nepuk roknya yang kotor. "Awas kalo ketemu! gue tempeleng lo!" Gumamnya sambil ber-ekspresi horor.

***

Tian berdiri di depan pintu kelas dengan nafas ngos-ngosan. Dia menghembuskan nafas lega ketika melihat Pak Mahmud belum ada di kelas, dengan gontai dia melangkah kan kaki nya ke arah bangkunya.

Aldi, si ketua kelas tiba-tiba masuk, "Woi! semuanya duduk." Seisi kelas yang tadinya sibuk dengan kegiatan masing-masing, dalam hitungan detik sudah duduk manis di bangku nya.

"Pak Mahmud kagak masuk, ulangan nya ditunda minggu depan!!"

"HOREEE.."

Aldi bagaikan membawa kabar gembira di tengah-tengah bencana.
Kelas mendadak seperti berubah jadi pasar.

"Doa gue terkabulkan, pasti Pak Mahmud habis mencret semaleman." Ujar Edi. Edi, teman sebangku sekaligus teman dekat Tian, tapi bukan teman tapi mesra

Tian geleng-geleng. "Dasar murid durhaka. Emangnya pak mahmud gak masuk gara-gara mules?" Tanya Tian.

Edi mengangkat bahu nya. "Gatau juga sih, kemungkinan aja."

"Tau gini gue kagak lari-lari kayak orang kebelet boker tadi, capek lari dari lapangan ke lantai dua." Keluh Tian.

Seperti HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang