Koridor sekolah terlihat sudah sepi karena bel masuk sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Terlihat dua orang murid sedang berlari melewati koridor, mereka berdua adalah Tian dan Edi.
Edi menarik kepala nya yang baru saja mengintip ke dalam kelas "Mampus, Pak Mahmud udah di dalem" Bisik Edi.
"Gue tau caranya biar bisa masuk tanpa di ceramahin Pak Mahmud" Ucap Tian sambil menampakkan senyum setan-nya.
"Gimana cara nya?" Tanya Edi.
"Serahin ke gue"
"Yakin berhasil?"
"Yakin, udah ayo" Tian merangkul kan tangan-nya ke pundak Edy.
"Permisi pak, maaf pak kita telat"
Kemana saja kalian?! Kenapa kalian telat?!" Tanya Pak Mahmud dengan tatapan killer nya.
"Saya sudah empat hari diare pak, tadi pas bel masuk bunyi saya bener-bener harus ke toilet" Tawa teman-teman nya meledak mendengar alasan Tian.
"Iya pak" Sambung Edi.
"Cepat duduk di bangku kalian!" Ucap Pak Mahmud.
"Makasih pak" Edi merangkul Tian ke arah bangku mereka.
"Diam! Saya akan memberi kalian Ulangan fisika" Ucapan Pak Mahmud langsung membungkam semua murid. Tian melongo, baru saja dia selamat dari telat, sekarang malah disambut ulangan fisika dadakan.
Ketika murid-murid lain-nya sibuk dengan soal ulangan masing-masing, Tian malah masang ekspresi bego nya sambil meremas seragam nya hingga kusut.
"Kamu kenapa? Masih diare?" Tanya Pak Mahmud yang entah sejak kapan sudah berdiri di samping Tian. Murid yang dengar malah cekikikan.
"Eh.. Enggak kok Pak" Jawab Tian sambil pura-pura mengerjakan soal nya.
"Bagus. Jangan ribut, waktu mengerjakan sisa sepuluh menit lagi"
"Mampus gue" Tian mengecek hasil ulangan dan lembar jawaban-nya. Hanya setengah soal yang berhasil dijawabnya, setengahnya lagi benar-benar bikin Tian mumet.
Kriing.....
Dengan gontai Tian melangkahkan kakinya ke arah kantin, diikuti Edi yang dari tadi tebar pesona ke adik kelas. Sesampai nya di kantin Tian mengambil duduk di antara Keyla dan Vania yang dari tadi asik ngobrol.
"Kenapa lu? Muka kusut gitu?" Tanya Vita.
"Lagi datang bulan ya?" Timpal Keyla.
"Anjir,"
"Yan lo mau pesen apa?" Tanya Edi.
"Bakso gak pake saos, gak pake kecap, cabe, kuah nya dibanyakin taruh di mangkok."
Edi masang tampang bete, "ada lagi?"
"Oh ya, es teh"
"Kalo kalian?" Tanya Edi sambil menunjuk ketiga teman cewek nya. Mereka bertiga serempak menggeleng. "-Oh" Edi pergi memesan bakso.
Beberapa menit kemudian Edi sudah kembali membawa dua mangkok bakso, lalu balik lagi untuk mengambil dua gelas es teh.
"Kalian diet berjama'ah?" Tanya Tian.
Vania tertawa "Ya gitu deh"
"Gue heran sama cewek, apa-apa mesti barengan" Ujar Edi.
"Lo gak bakalan ngerti deh" Timpal Vita. Edi hanya mengangkat bahu lalu mulai memakan bakso nya.
Baru saja Tian mau memasukan sebuah bakso ke mulut nya, Edi tiba memanggilnya,
"Yan, yan. Cabe sekilo" Ujar Edi sambil menunjuk ke arah belakang Tian.
"Hah?," Tian gak ngerti apa yang dimaksud Edi, dia pun menoleh ke belakang. Dia mendapati veren, anak kelas sebelah sedang tersenyum dan berjalan ke meja nya diikuti pengikut nya yang setia ngintil kemana-mana.
"Hai Tian, kok lu ngumpul sama adek-adek ini sih?" Tanya veren sambil melirik Keyla, Tian hanya nyengir.
"Boleh pinjem hp lo?" Tanya Veren.
Tian merogoh saku nya lalu memberikan ponsel nya ke Veren, Veren menerima nya lalu mengutak-utik sebentar dan dikembalikan lagi ke Tian.
"Gue udah save nomor gue, jangan lupa telfon gue nanti malem. See you" Veren mengerling penuh arti lalu berjalan pergi.
Edi menatap Veren yang berjalan sambil memiringkan kepala nya "Body-nya kayak gitar spanyol, boleh gue bungkus buat dirumah gak yan?" Ujar Edi, Vania lalu menjitak kepala Edi.
"Apa bagus nya coba? Udah genit, seragam udah kekecilan masih aja dipakek" Ujar Vita.
Tian meletak-kan ponsel nya di meja lalu berniat melanjutkan memakan bakso nya yang sempat tertunda, Keyla mengambil ponsel Tian.
Keyla cekikan, lalu menunjukan ponsel ke Tian "Ekspresi lo kemaren lucu"
Tian melihat ke layar ponsel di tangan Keyla "Tapi kan tetep kece" ucap nya,
Keyla memutar bola mata nya, "Pede gila"
Edi dan Vita tampak acuh, sementara Vania merasa sebal melihat Tian dan Keyla yang tampak akrab.
"Mau gak? Buka mulut lo" Tian menusuk sebuah bakso dengan garpu lalu berniat menyuapkan-nya ke Keyla. Keyla membuka mulutnya, saat bakso nya hampir sampai ke mulut Keyla, Tian menarik tangan nya kembali dan malah memasukan bakso ke mulut nya.
"Ih.. Lo nyebelin" dumel Keyla lalu cemberut. Tian tergelak, dia menusuk sebuah bakso lagi dan disuapkan ke Keyla.
"Yang ini beneran" Tian meyakinkan, Keyla lalu membuka mulut dan memasukan bakso itu bulat-bulat ke mulut nya.
"Mwa kha shih" Ucap Keyla sambil mengunyak bakso di mulut nya, Tian tertawa mendengar nya.
"Tumbenan kalian akur" Tanya Vita yang yang dari baru memperhatikan ulah mereka.
"Biasa nya kan perang mulu, iya kan Van" Tanya Edi ke Vania.
"Iya" Jawab Vania singkat dan dingin.
------
"Vania. Pulang bareng gue yuk"
"Lain kali aja, gue ada tugas kelompok dirumah temen" Tolak Vania secara halus.
"Kalo gitu gue anterin ke rumah temen lo" Tawar Tian.
"Gak usah, deket dari sini kok"
"Oh, yaudah hati-hati" Vania mengangguk lalu berlalu meninggalkan Tian.
Melihat Tian dan Keyla di kantin tadi, membuat Vania sebal tanpa cebab. "Cemburu? Enggak lah!" Batin Vania.
Baru saja Tian mau menghidupkan motor nya, Keyla tiba-tiba lewat di depan nya.
"Keyla!!" Tian memangil Keyla setengah berteriak.
Keyla menoleh ke arah sumber suara yang memanggil nya. "Apa?"
"Pulang bareng gue yuk" Ajak Tian. Baru saja keyla mau menjawab, Tian mendahuluinya bicara.
"Gue maksa"
Keyla memutar bola mata nya lalu duduk di boncengan Tian. Tian langsung tancap gas meninggalkan sekolah.
-----
"Kok malah kesini?" Tanya Keyla.
Tian menyodorkan es krim ke Keyla "Gak usah protes, lo suka kan?"
Keyla menerima es krim nya sambil nyengir "Iya sih" Mereka sekarang duduk di salah satu bangku di sebuah taman, akhir-akhir ini Keyla banyak menghabiskan waktu nya bersama Tian. Meski Tian nyebelin dan selalu mengganggu nya hingga badmood tiap hari, harus Keyla akui bahwa dia semakin merasa nyaman berada di dekatnya.
Mereka pulang dan tertawa bersama di sepanjang perjalan, entah apa yang mereka tertawakan, mungkin hanya tertawa yang mampu menggambarkan perasaan mereka saat itu.Kependekan.
Makin gaje ini cerita.

KAMU SEDANG MEMBACA
Seperti Hujan
Ficção AdolescenteCover by : @Keynaa_key Direvisi setelah tamat. Tentang aku, kamu dan juga hujan "Hujan pernah membuat kita dengan sengaja dipertemukan". -K- Namun, ketika yang dianggap sebagai takdir tuhan ternyata hanya sebuah kebetulan Akankah takdir masih tetap...