37. rindu tak bisa diatur

95 3 9
                                    

"Sini ih, nggak usah sok sibuk" Vania menarik lengan Tian dengan paksa. Menyeretnya ke arah tempat duduk Vania.

"Gue tinggal dulu, kalian atasin berdua" Ucap Tian kepada dua pegawai Cafenya.

"Beres bos" Ucap mereka berdua bersamaan.

Tian duduk dengan muka masamnya. Vania senyum-senyum tanpa rasa bersalah, sambil menyenderkan kepala ke pundak cowoknya.

"Kan udah gue bilang, jam segini lagi rame-ramenya pengunjung." Gerutu Tian.

"Salahin Vania, dia yang maksa kesini sekarang" Jawab Dafa enteng.

Tian menatap Dafa malas. "Lo juga napa nurut gitu aja"

"Gue mau nolak, tapi, aw!!!" Dafa berteriak. Lalu mengusap-usap pinggangnya yang dicubit Vania.

"Salah lo!"

"Enak aja, salahnya rendi tuh"

Terlihat Edi, Rendi, Vita, dan Vania memasuki Cafe.

Dafa melambaikan tangannya, "Sini!"

Keempat orang tersebut menghampiri Dafa.

"Napa lo ngumpulin kita-kita?" Tanya Edi?

"Mau nraktir? Dalam rangka apa dulu nih" tanya Rendi

Mereka ikut bergabung duduk, Vita sengaja memberi Keyla tempat duduk di sebelah Tian.

"Minggu depan gue sama Vania nikah." Dafa merangkul pundak Vania.

"Hah?"

"Apaan?"

"Serius?"

"Beneran?"

Vania tertawa, "Serius lah, kalian kok kek ga percaya gitu."

"Jangan-jangan, kalian kebablasan ya?" Tuduh Edi.

"Vania udah tekdung?" Timpal Rendi.

"Kagak lah!" Dafa menjitak kepala edi.

"Mulut dijaga ya kalo ngomong" Vania mencubit lengan Rendi.

"Aw... Ampun... Iya-iya maap" Teriak Rendi.

"Jadi, gue minta kalian semua dateng di acara resepsi gue sama Vania" ujar Dafa.

"Pokoknya kalian semua harus dateng." Tambah Vania.

******

Keyla mengikuti Tian. Masuk ke dalam caffe mengambil jaket, lalu keluar menuju parkiran.

"Nggak mau minjemin gue jaket lo gitu? Dingin gini, gak pengertian banget jadi cowok." Gerutu Keyla. Ia buang jauh-jauh rasa malunya. Udara malam ini sangat dingin, naik motor tanpa mengenakan jaket akan membuatnya pilek seketika.

"Tinggal peluk gue kan udah anget." Bukannya memberi jaketnya untuk dipakai Keyla, Tian melepas kemeja flanel yang dipakainya, menyisakan kaos putih yang dipakainya.

"Kok?" Keyla ingin protes.

"Udah lo pakai, kalo dingin peluk gue aja" celetuk Tian. Memakai jaketnya lalu menaiki motornya.

Lagi-lagi Vita meninggalkannya. Jengkel sekaligus senang karena pulang harus diantar Tian lagi.

Tian memberikan helm kepada Keyla. Keyla mengenakan helm tersebut lalu duduk di boncengan Tian. Motor Tian melaju meninggalkan parkiran caffe miliknya.

Semua berubah begitu cepat, Daffa yang dulunya musuhnya kini jadi teman baiknya. Bahkan sebentar lagi Daffa akan menikahi Vania.

"Banyak yang berubah ya." Ujar Tian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Seperti HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang