35

96 5 0
                                    

"Prom nigth?" Tanya Edi.

"Acara perpisahan biasa, cuman. Semua lulusan di diwajibkan pakai kostum unik" terang Rendi.

Edi manggut-manggut. Sementara Tian, membisu saambil menatap hujan, sesekali menyeruput es teh-nya.

"Lo napa dari tadi diem mulu?"

Tian menoleh ke arah Edi dan Rendi, "Cari inspirasi," menyeruput es teh-nya.

Edi dan Rendi saling tatap, tidak mengerti dengan ucapan Tian.

"Lo gak ada rencana nyeleneh kan?" Tanya Rendi sambil menatap Tian curiga.

"Rencana nyeleneh maksudnya?" Tian beralih menatap Rendi.

"Ya kayak yang lo lakuin di acara perpisahan kakel-kakel kita sebelumnya. Saklar listrik yang lo matiin lah, petasan yang lo nyalain pas acara mulai. Lo gak lagi nyusun rencana nyeleneh lo itu kan?"

Tian menggeleng. Meraih gelas es tehnya, lalu kembali menyeruput es tehnya.

Merasa dikacangi. Rendi melengos.

"Hey..." Vania mengguncang tubuh Tian dari belakang.

"Nggak kaget" Tian menarik Vania untuk duduk di sampingnya. Begitu Vania duduk, Tian menyenderkan kepalanya di pundak Vania.

"Numpang bentar" Ujar Tian.

"Ogah!" Vania menggeser duduknya ke samping, membuat Tian yang terlanjur nyender terjengkang ke samping.

Tian bangkit duduk sambil memasang ekpresi kesal "Bentar doang ih, pelit"

"Bodo" Vania menjulurkan lidahnya.

******

"Bodoamat sama promnight" Tian melihat jam tangannya. Jam Enam lebih Duapuluh menit.

"Gerimis?" Tian melihat rintik hujan pada telapak tangannya. Buru-buru dia memakai helmnya lalu melaju memutar arah, menjauh dari komplek perumahan tempat tinggal Edi.

Gerimis berubah jadi rintik huhan yg kian besar-besar. Tian memelankan laju motornya, mencoba mencari tempat berteduh. Matanya tertuju pada warung bakso pinggir jalan. Ia menepikan motornya, memarkirkan di samping warung.

Tian masuk ke dalam warung. Di dalam warung terlihat seorang cewek mengibas-ngibaskan kedua tangannya yang basah terkena air hujan.

Keyla? Ketidaksengajaan macam apa lagi sih ini. Gerutu Tian.

Keyla, mendekati etalase warung bakso. Tian mendekat di samping Keyla.

"Baksonya Dua pak, makan sini. Minumnya teh anget sama es teh"

"Asiap mas" Jawab pedagang bakso antusias.

Keyla menoleh ke arah Tian. Terkejut, senang, sekaligus ada rasa sedih tersirat.

"Makan dulu, di sana yuk" Tian menujuk ke arah meja kosong di pojok.

Keyla mengikuti Tian. Duduk berhadapan di meja yang sepertinya nemang diperuntukan untuk Dua orang.

"Nggak ke Promnight?" Tanya Keyla. Berusaha merubah suasana akward yang mulai terasa.

"Males." Jawab Tian. "Kok sendirian? Mana si..."

"Gue abis dari toko buku, hujan, yaudah gue berteduh di sini sekalian makan" Keyla memotong pertanyaan Tian. Tahu kalau pertanyaan itu malah nantinya menambah akward suasana.

"Misi mas, mbak." Pelayan warung mengantarkan pesanan mereka sambil tersenyum sopan.

"Makasih Mas" Ujar Tian kepada pelayan tersebut yang beranjak.

Keyla menuangkan saos, kecap, dan juga sambal. Ketika sendok kedua sambal akan diambilnya, Tian buru-buru merebut sendok sambal tersebut dan juga mangkuk sambalnya.

"Gue keburu laper" tian mengambil beberapa sendok sambal lalu menjauhkan mangkuk sambal tersebut dari jangkauan Keyla.

Keyla melongo, tak bisa menyantap bakso super pedas yang tadi ia bayangkan. Tapi sedetik berikutnya ia beralih sibuk mengaduk baksonya. Sedikit menunduk sambil tetsenyum kecil. Pipinya sedikit menghangat.

Perhatian seseorang tak pernah berubah. Hanya cara ia menunjukannya yang selalu berubah-ubah.

Beberapa menit dalam hening. Mereka berdua sibuk dengan bakso dan pikiran masing-masing yang berusaha keras mencari topik pembicaraan. Hingga bakso mereka habis, mereka masih saling diam.

Keyla memberanikan diri menatap Tian. Dan tak disangkanya Tian juga sedang menatapnya, entah sejak kapan Tian. Tatapan mereka terkunci untuk beberapa saat. Lalu keduanya tersenyum, entah apa artinya.

"Abis ini mau langsung pulang?" Tanya Tian.

"Kalo hujannya reda, mau jalan-jalan dulu" Jawab Keyla.

"Boleh" Tanya Tian.

"Boleh apaan?" Tanha Keyla balik.

"Boleh gue yang bawa lo jalan-jalan" Tanya Tian.

"Asal nggak ngerepotin lo" Jawab Keyla.

"Gue selalu suka direpotin sama lo"

Tian membayar makan dan minum mereka berdua. Lalu beranjak keluar warung bersama Keyla.

"Mau kemana?" Tanya Tian.

"Kemanapun, asal suasananya beda dari kemarin-kemarin."

Tian menaiki motornya, menaruh helmnya di lengannya. "Ayo naik neng" Goda Tian.

Keyla tersenyum, lalu naik ke boncengan Tian. Tian melajukan motornya pelan, momen saat ini berhasil melempar mereka ke dalam potongan kenangan yang mereka lalui berdua.

Keyla memeluk Tian dari belakang. Menempalkan mukanya di punggung Tian, menangis. Tian mendengar isakan Keyla samar-samar.

Kenapa kebetulan seperti ini selalu terjadi? Tanyanya pada diri sendiri.

******

Tian menghentikan motornya tepat di depan rumah Keyla.

"Em..."

"Udah malem, gue langsung balik" seakan mengerti apa yang akan diucapkan Keyla.

"Emang gue mau nyuruh lo mampir apa, kepedean bilang gitu" gerutu Keyla.

Tian terkekeh, "Emang lo mau bilang apa coba"

"Makasih" Ucap Keyla.

Tian mengangguk, kembali memakai helm fullfacenya, "Jaga diri lo baik-baik"

"Yan..."

"Gue balik dulu" Tian menghidupkan mesin motornya, melajukan motornya meninggalkan Keyla yang masih menatap kepergiannya.

Tian melihat kaca spionnya, Keyla berdiri di sana, menatap kepergiannya sambil mengusap-usap pipinya.

"Gue ga bakal ngucapin itu, selamat tinggal cuma untuk orang yang pergi dan gak balik lagi" ucap Tian lirih.

Halo...
Udah lama sejak saya mutusin gak lanjutin cerita ini.
Tapi mulai hari ini. Saya bakal tamatin cerita ini, tapi dengan update yg belom bisa teratur.

Dan maaf kalo feelnya gak ngena.
Saya juga nggak baca cerita ini dari awal pas nulis ini. Cuma kek flashback aja bayangin kenangan.

Moga kalian senang.

Mana suaranya yang kangen Tian-Keyla.

Mereka yang selalu di pertemukan dengan alasan ketidak sengajaan oleh semesta.

Seperti HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang