Tian me-melankan laju motor nya ketika memasuki kawasan sebuah kompleks perumahan.
"Malam pak." Sapa Tian kepada seorang satpam yang sedang berjaga di pos jaga komplek tersebut sambil bar-aksen hormat. orang yang di sapa tersenyum lebar, satpam-satpam di kompleks itu memang sudah mengenal Tian. Tian berhenti di depan sebuah rumah, dia melihat seorang gadis duduk di teras.
"Vania!" Panggil Tian
"Tian!" Gadis itu berlari menghampiri Tian.
"Ngapain malem-malem di teras?" Tanya Tian sambil menyungging kan senyum nya.
"Lagi bete. Mama sama papa lagi pacaran di dalem, aku di kacangin dari tadi" gerutu nya sambil cemberut.
Tian tergelak. "Mau jalan-jalan?"
Mata Vania membulat. "Mau! Tapi mau ke mana malem-malem?"
Tian tampak berfikir. "Ke tempat biasa nya aja"
"Taman?" Tebak Vania. Tian mengangguk.
"Oke, aku pamit dulu ke mama." Vania berlari kecil, lalu masuk ke dalam rumah. Tak sampai satu menit, Vania keluar lagi sambil mengacungkan ibu jari nya.
"Ayo" Ajak gadis itu bersemangat.
Tian turun dari motor nya, lalu memarkirkan-nya di pinggir jalan begitu saja. Dia dan Vania berjalan menyusuri jalanan kompleks yang di terangi lampu. Vania berjalan membelakangi Tian, sejak kecil dia suka mengikuti dan menirukan gerakan bayangan Tian.
Tian menoleh. "Gue gak mau lo selalu di belakang gue. ngikutin dan main-main sama bayangan gue. Gue mau lo di sisih gue, biar bisa gue gandeng setiap saat" Tian menggandeng tangan Vania, sedang-kan Vania hanya membisu sepanjang perjalanan. Mereka sampai di taman yang terletak di tengah-tengah kompleks tersebut, dan memilih duduk di ayunan yang ada di taman itu.
Vania mendongak. "Langit nya indah" Gumam nya.
Tian ikut mendongak. "Ah, iya."
"Ih, bintang jatuh. Lo liat barusan kan."
"Sekilas doang"
"Make a wish, cepetan" Seru Vania, Dia lalu memejamkan mata. Tian hanya melongo, tapi dia mengikuti apa yang Vania lakukan, memejamkan mata sambil berkomat-kamit.
Vania membuka mata nya, lalu memandang Tian yang masih terpejam. Semoga, apa yang gue rasa bisa tersampaikan ke elo suatu saat nanti.
Tian membuka mata nya, lalu menoleh ke arah Vania yang masih memandangi diri-nya. "Apa?" Tanya Tian.
Vania buru-buru membuang muka. Wajah nya bersemu merah karena ketahuan memandangi Tian. "Enggak kok" Vania mencoba menyembunyikan kegugupan nya.
"Maksud gue, permohonan lo apa?"
"Oh, emh.. ada deh, emang lo percaya sama tahayul begituan?"
"Percaya gak percaya, buat seru-seruan aja"
"Emm. Ngomong-ngomong, lo dari mana? Dari jenguk Keyla ya?"
"Iya. Lo tadi dari sana juga kan?"
Vania kembali mendongak, menatap langit malam yang bertabur gemerlap nya bintang. "Gue liat, lo makin akrab sama Keyla"
"Ah, biasa aja kok"
"Hm.. Gimana kabar tante ani? Gue udah lama gak ketemu dia"
"Dia pasti baik-baik aja, dan dia juga pasti juga kangen sama elo" Tian tersenyum, lalu kembali menatap langit.
******
Keyla sedang duduk manis di ruang makan rumah nya, wajah nya masih terlihat pucat karena insiden keracunan makanan kemarin. Sambil bersenandung kecil, dengan santai dia mengolesi roti di tangan nya dengan selai cokelat. Baru saja Keyla hendak menggigit roti nya, bel rumah nya berbunyi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Seperti Hujan
Подростковая литератураCover by : @Keynaa_key Direvisi setelah tamat. Tentang aku, kamu dan juga hujan "Hujan pernah membuat kita dengan sengaja dipertemukan". -K- Namun, ketika yang dianggap sebagai takdir tuhan ternyata hanya sebuah kebetulan Akankah takdir masih tetap...