Tian menghentikan motornya di pinggir jalan.
Keyla membuka kaca helm-nya, "Kenapa Yan?"
"Hape gue geter, keknya ada telepon"
"Oh.. Yaudah, angkat dulu gih"
Tian mengangguk, lalu merogoh saku celana. Diambilnya benda persegi tipis itu. Dilihatnya nama penelepon di layar ponselnya. Bunda? Tumben nelepon?
Tian menggeser layar ponselnya, lalu menempelkan benda itu di telinganya. "Halo bun, ada apa?"
Keyla yang penasaran, ingin sekali membuka helm lalu mendengarkan siapa dan apa yang dibicarakan Tian. Namun urung ia lakukan.
"Iya, Tian pulang sekarang" Tian memumutuskan sambungan telepon, lalu memasukan kembali ponselnya ke dalam saku celananya.
"Siapa Yan?"
"Nyokap gue. Dia bilang, em.." Tian nampak ragu untuk mengatakannya.
"Nyokap lo bilang apa?"
"Dia bilang, gue disuruh cepet pulang. Dia pengen ketemu lo"
"Hah.. Nyokap lo tau?" Tanya Keyla dengan menekankan kata 'tau'.
"Kayaknya udah tau. Gue yakin, Om Pongki yang kasih tau, dia kan mulut ember" gerutu Tian.
"Gapapa sih, lagian kan, gue belum pernah ketemu nyokap lo"
"Iya-ya, nyokap kan belum pernah ketemu sama calon menantu-nya"
Ucapan Tian barusan sangat menggelitik telinga Keyla. Ia berusaha menahan senyumnya, tapi gagal. "Bisa aja deh"
"Yuk, otw ketemu camer" Tian menghidupkan mesin motornya lalu kembali melajukannya.
Tidak sampai tiga puluh menit, ia sudah sampai di rumahnya. Tian membantu Keyla melepaskan tali pengaman helm-nya.
"Lo beneran gak bisa ngelepas helm sendiri ato modus sih?" ejek Tian.
"Ini beneran susah. Lagian, mau modus buat apa coba?!" rajuk Keyla.
"Modus biar bisa gue bantuin ngelepasin helm-nya, abis itu begini," Tian melepas helm yang dikenakan Keyla, lalu mendekatkan wajahnya ke arah wajah Keyla. Begitu dekat hingga gadis itu bisa merasakan hembusan nafas Tian.
Keyla menahan nafas, tubuhnya mematung, lidahnya kelu. Tanpa permisi Tian mengecup keningnya.
"Ih.. Tian!" Rengek Keyla begitu Tian melepas kecupan di keningnya.
"Kenapa yang?" Tanya Tian sambil memandang Keyla lekat-lekat.
"Jangan bikin jantung gue loncat-loncat mulu deh" bibir Keyla sudah mengerucut, pipinya kini sudah semerah tomat.
Tian makin gemas, digandengnya tangan gadis itu "Udah ah ngomelnya, kita temuin bunda dulu"
Keyla yang mendengar ucapan Tian barusan, tiba-tiba tersadar. Keyla menghentikan langkahnya, ia menggigit bibir bawahnya, Keyla kelihatan sangat gugup.
"Gak usah gugup gitu" ujar Tian menenangkan.
"Tapi,"
"Dia bakal seneng bisa ketemu sama lo" ujar Tian berusaha menghilangkan rasa gugup Keyla. Di genggamnya tangan gadis di sebelahnya dengan erat.
Keyla menarik napas panjang. Tian kembali berjalan dengan menggandeng tangan Keyla, membawanya memasuki rumahnya.
"Bunda!" Seru Tian begitu melihat seorang wanita paru baya sedang memangku seorang anak kecil sambil mengobrol dengan Pongki. Wanita itu menoleh ke arah sumber suara, lalu tersenyum sumringah begitu melihat siapa yang memanggilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seperti Hujan
Teen FictionCover by : @Keynaa_key Direvisi setelah tamat. Tentang aku, kamu dan juga hujan "Hujan pernah membuat kita dengan sengaja dipertemukan". -K- Namun, ketika yang dianggap sebagai takdir tuhan ternyata hanya sebuah kebetulan Akankah takdir masih tetap...