Ada kalanya rindumu sudah jadi candu. Yang bisa dilakukan cuma satu. Mengubah jarak menjadi temu
Mengunyah gorengan sambil melamun. Tian menatap lurus ke arah lapangan basket. Di lapangan itu, ketidaksengajaan mempertemukan mereka. Lalu kebetulan yang disengajakan yang terus mempertemukan mereka.
"Kok gue jadi deg-degan yak?" Rendi duduk sambil meminum es tehnya.
"Jelas banget kalo lo gugup, masih pagi ngapain lo minum es teh?" Tanya Edi.
"Namanya juga gugup" jawab Rendi.
"Kalo hasilnya nanti kalian berdua gak lulus, jangan paksa gue nangis bombay buat kalian berdua" celetuk Tian.
"Anjir, nih anak ngeselin!"
"Oy! Ngajak berantem lu?!"
Tanpa menunggu lama keduanya menyerang Tian.
------
Amplop putih itu masih dipandangi Tian. Mengabaikan Edi dan Rendi yang sudah berteriak sambil berpelukan.
"Gue lulus!" Teriak Edi.
"Mak... gue lulus Mak!" Rendi jingkrak-jingkrak di tengah lapangan.
Tak jauh beda dengan mereka berdua. Siswa-siswi kelas Duabelas yang ada disana juga melakukan hal yang sama.
Tian masih menatap amplop di tangannya.
"Ehem..."
Tian menatap ke depan, melihat ke arah suara yang amat familiar di telinganya.
Di depannya, Keyla menatapnya dengan tatapan bertanya, cemas dan juga gugup.Tian sedikit geli melihatnya. Dibukanya amplop tersebut, tanpa dilihatnya, ia langsung menunjukan isi tersebut ke arah Keyla.
Keyla tersenyum, mengacungkan jempolnya ke arah Tian. Tian melihat isi amplop tersebut. Kristian Hardianto : LULUS
Tian begitu legah. Baru saja dia akan melangkah, menghampiri Keyla. Di belakang Keyla muncul Dafa.
Tian tersenyum ke arah Keyla, lalu mundur dan menghilang karena tertutup kerumunan para siswa.Ingin mencari, ingin bertemu lebih lama, ingin semua kembali seperti dulu.
"Key" panggil Dafa.
Keyla berbalik, "Apasih? Ada yang perlu diomongin lagi?"
"Penting."
Keyla membuang napas kasar, "Terserah lah" Keyla berjalan meninggalkan Dafa.
"Seburuk itukah gue di pikiran lo?"
Dafa mengejar Keyla yang sudah berjalan keluar lapangan. Tian melihat mereka dari balik kerumunan.
"Liatin apaan?" Vania kengikuti arah pandangan Tian.
"Cewek cakep" ujar Tian asal.
Tian menghadap ke arah Vania. Menatap wajah gadis itu lekat-lekat.
Aneh rasanya, kenapa dirinya tak jatuh cinta saja kepada gadis ini."Ngapain liatin aku gitu?"
Tak menjawab, Tian langsung memeluk Vania erat.
"Gak mau berubah pikiran?" Tanya Vania. Tangannya melingkar di punggung Tian, membalas pelukan cowok itu.
Tian menggeleng.
"Kalau kangen?"
Tian terkekeh, "Kita gak lagi hidup di jaman batu"
"Tau, tapi kan..."
Tian melepas pelukannya, "Kan bisa video call, teleponan juga"
Bibir Vania mengerucut, "Rindu cuma bisa sembuh dengan temu"
Vania akui, akhir-akhir ini dia jadi sering manja di depan Tian. Tak bisa dipungkiri, ia akan amat merindukan orang yang dari kecil sering bersamanya.
"Emang rindu itu penyakit?" Tanya Tian.
Vania terdiam.
"Katanya, kamu ngakunya cewek kuat?"
"Iyalah, aku itu cewek kuat"
"Sekuat apapun cewek, ga bakalan bisa ngalahin rindu" Tian menjawil hidung Vania. Lalu berlari menuju Edi dan Rendi yang mulai mengotori seragam mereka dengan bekas kecupan bibir mereka sendiri yang sudah dipakaikan lipstik.
..
...
Halo...
Maaf jarang nongol, gapernah apdet.
Btw, ini nulisnya di bengkel :v selalu kejar-kejaran sama kerjaan
Inspirasi kadang suka datang pas lagi obok-obok oli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seperti Hujan
Teen FictionCover by : @Keynaa_key Direvisi setelah tamat. Tentang aku, kamu dan juga hujan "Hujan pernah membuat kita dengan sengaja dipertemukan". -K- Namun, ketika yang dianggap sebagai takdir tuhan ternyata hanya sebuah kebetulan Akankah takdir masih tetap...