Empat

11.7K 1K 17
                                    

Langit malam berhias bintang menandakan matahari sudah bersembunyi dan teraganti oleh bulan. Dua insan yang baru saja melangsungkan akad pernikahan masih terlelap dan memejamkan matanya. Seolah mimpi dalam tidurnya menjadikan hiasan tidur sehingga enggan membuka mata. Namun suara alarm ponsel dari Prilly membuat Prilly berusaha membuka matanya. Matanya sedikit mengabur, namun setelah beberapa saat matanya kini menatap dengan jelas.

Tangan kekar suaminya masih bergelayut indah di perut Prilly. Lalu Prilly menatap suaminya lekat. Wajah damai sang suami membuat Prilly melukiskan senyuman di wajahnya. Mata Prilly bergerak melihat jam di nakas samping ranjangnya. Sudah jam enam lewat limabelas menit. Itu artinya kumandang adzan magrib sudah diserukan sedari tadi.

Prilly mengelus lembut pipi Ali, berusaha membangunkannya. Tapi Ali hanya menggeliat tidak jelas dan tertidur kembali. Prilly tersenyum melihat Ali yang tampaknya kini terganggu tidurnya. Prilly masih berusaha membangunkan Ali.

"Kak... bangun udah jam enam, waktunya shalat. Ditambah acara resepsi pernikahan kita tinggal dua jam lagi kak." tangan Prilly masih mengelus pipi Ali.

"Sebentar lagi peri cantik, kakak masih mengantuk." Ali mengubah posisinya dan memeluk Prilly.

"Ayo kak, jangan malas udah waktunya shalat magrib."

"Cium dulu..." dengan mata terpejam Ali meminta cium kepada Prilly, dan membuat Prilly melongo. Suami tampannya memang genit.

"Kalo kakak ngga mau bangun, ya udah Prilly cari imam lain aja." Prilly mencoba melepaskan pelukan Ali. Dan Ali langsung membuka matanya dan duduk mendengar penuturan isterinya.

"Kamu yakin mau mencari imam lain? Ngga akan menyesal kehilangan imam yang tampan seperti kakak?"

Prilly tertunduk malu dengan wajahnya yang sudah merah merona. "Kakak terlalu pede..."cibir Prilly.

"Akui aja kalau suami kamu ini emang tampan peri cantik ku." Ali mencium pipi Prilly kemudian bangkit dari kasurnya meninggalkan Prilly yang masih terdiam karena aksi suaminya.

Dengan khusyu, Ali dan Prilly melaksanakan shalat magrib. Setelah selesai, Prilly mencium tangan Ali. Hingga suara pintu terdengar oleh keduanya. Prilly buru-buru membuka mukenanya dan melipat mukena dan sajadahnya. Lalu memakai kerudung dan membuka untuk melihat siapa yang datang.

"Astagfirullah, belum siap-siap?." bunda Prilly bertanya dan terlihat sudah siap untuk didandani untuk resepsi pernikahan Ali dan Prilly.

"Maaf bunda, Prilly sama kak Ali ketiduran ini baru saja shalat magrib." Prilly tersenyum tanpa dosa kepada sang bunda.

"Ya udah, bunda tunggu di ruang make up."

"Iya bunda." Prilly menutup pintu setetah bundanya pergi ke ruang make up. Ali yang baru selesai memakai baju terlihat sudah siap ke ruangan make up.

"Siapa yang datang?"

"Bunda kak. Tadi bunda nyuruh kita supaya cepat ke ruangan make up terus bersiap." Ali mengangguk sambil menyisir rambutnya.

"Ya udah, sebaiknya kamu ceper ganti baju, terus kita langsung ke ruang make up."

***

Resepsi pernikahan Ali dan Prilly diadakan secara mewah dan meriah. Walaupun pesta resepsi ini tidak diinginkan Prilly tapi tetap saja Prilly menikmatinya. Dalam benaknya pernikahannya cukup diadakan secara sederhana, asalan khidmat dan undangan merasa puas dengan wejangan dari pesta pernikahannnya. Tapi pemikiran kedua orang tua Ali berbeda, mengingat keluarga Ali adalah keluarga yang tidak bisa dipandang sebelah mata.

Tamu undangan sudah banyak yang menyalami Ali dan Prilly. Memberikan ucapan selamat dan doa agar menjadi keluarga yang sakinah mawadah warohmah. Tentu saja raut kebahagian terpancar di wajah keduanya. Bukan hanya doa agar mereka jadi pasangan langgeng dunia akhirat, tetapi doa agar Ali dan Prilly cepat diberikan momongan. Mereka berdua memang tidak berniat menunda kehamilan walaupun usia Prilly baru menginjak duapuluh tahun. Bukankah anak itu adalah anugerah dan titipan dari yang Maha Kuasa.

Bidadari SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang