Empat Belas

20.9K 1.4K 99
                                    

Prilly mengunci dirinya di ruangan kesukaan Prilly. Ruangan yang selalu di sukai Prilly untuk menyendiri yang berada di belakang rumahnya, di dekat kolam renang. Rasa sakitnya membuat Prilly tidak henti-hentinya menangis. Matanya sudah sembab dan hidungnya sudah memerah akibat terlalu lama menangis.

"Kakak kenapa jahat sama Prilly kak? Apa salah Prilly? Apa selama ini Prilly kurang mengerti semua keadaan ini?"

Prilly menelungkupkan kepalanya di bantal dan menangis tanpa mengeluarkan suaranya. Sementara Ali, ia mencari keberadaan isterinya. Perasaan bersalahnya teramat besar. Hingga Ali berhenti di ruangan yang berada di dekat kolam renang. Ali mendengar sedikit isakan-isakan kecil.

Ali langsung mendekati pintu ruangan itu. Dan benar saja Ali mendengar seseorang yang Ali yakini sedang menangis. Ali yakin yang sedang menagis itu adalah isterinya.

"Prilly? Kamu di dalam?" Ali mengetuk pintu agar Prilly membuka pintunya.

Prilly yang mendengar suara Ali di balik pintu itu terdiam. "Mau apalagi kakak temuin Prilly? Belum puas kakak udah menyakiti Prilly?"

"Ngga sayang, maafin kakak. Kakak ngga akan memarahi kamu lagi. Tolong buka dulu pintunya."

"Ngga kak. Lebih baik kakak pergi, biarkan Prilly sendiri dulu kak."

"Tolong Pril, buka pintunya. Kakak mohon."

"Pergi kak, pergiii!! Biarkan Prilly sendiri dulu kak."

"Buka dulu pintunya sayang, ayolah." Pinta Ali memelas.

"Tolong jangan ganggu Prilly dulu kak."

"Tapi Pril, kakak menyesal. Kakak mohon sama kamu buka pintunya, kakak mohon," Ucap Ali dengan suara tercekat. Saat ini Ali sedang menahan tangisnya, berusaha agar air matanya tidak jatuh.

"Pergi kak pergi!!!"

Mendengar teriakan Prilly kedua kalinya, Ali akhirnya menyerah. Ali membiarkan Prilly sendiri dulu dan Ali tidak ingin mengganggunya. Mungkin benar saat ini yang Prilly butuhkan hanyalah kesendirian untuk menenangkan hatinya.

***

Sudah seminggu ini Prilly mendiamkan Ali tanpa mau bertegur sapa dengan Ali. Prilly tau bersikap seperti itu kepada suaminya adalah dosa. Tapi sakit hati yang Prilly rasakan masih membuat Prilly enggan berbicara dengan Ali. Meskipun Ali berusaha meminta maaf dan memohon kepada Prilly tapi Prilly tetap tidak menghiraukan Ali.

Prilly berjalan menuju dapur untuk memasak sarapan pagi. Walaupun hatinya masih sakit atas perkataan dan sikap Ali, tapi Prilly tidak melupakan kewajibannya sebagai seorang isteri untuk senantiasa melayani suaminya dan menyiapkan segala kebutuhan untuk suaminya.

Prilly melewati Ali dan Am yang sedang duduk di ruangan TV. Prilly melirik sebentar ke arah Ali tanpa memberinya senyuman, kemudian mata Prilly melirik lagi ke arah Am. Berbeda dengan Ali, Am mendapat sedikit senyuman dari Prilly. Am yang merasa ada kejanggalan pun hanya membalas senyuman Prilly.

"Li, kenapa aku merasa Prilly berubah ya?"

"Mungkin hanya perasaan kamu aja. Ya udah kamu tunggu dulu disini ya, aku menyusul Prilly dulu." Am mengangguk mengerti.

Lalu Ali segera menghampiri isterinya. Ali akan tetap berusaha agar Prilly meminta maaf padanya.

"Sayang..." Ali memeluk Prilly dari belakang. Tapi Prilly berusaha melepaskannya.

"Lepasin Prilly kak."

"Ngga, kakak ngga akan melepaskan kamu sebelum kamu memaafkan kakak."

"Tolong lepasin Prilly kak."

Bidadari SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang