Sepuluh

18.5K 1.3K 76
                                    

"Menikahlah dengan Amora."

Kata-kata yang keluar dari mulut Prilly membuat Ali terdiam dan menatap Prilly bingung. Kenapa Prilly menyuruhnya menikahi Am? Pikir Ali. Mama Amora yang melihat pasangan suami isteri itu hanya diam dan mengeluarkan air matannya. Pilihan yang sulit untuk Prilly.

Merestui Ali menikahi wanita lain bukanlah keinginan Prilly, tapi jika Prilly mengingat bagaimana cerita Mama Am mengenai perjuangan Am karena penyakit itu, membuat prilly merasa bersalah. Apalagi Am bisa bertahan hingga sejauh ini itu karena Ali yang selalu berada di sampingnya. Haruskah Prilly merusak kebahagiaan Am?

Ali menatap Prilly intens. Ali melihat ada luka di sorot mata Prilly. Prilly tersenyum dalam luka. Luka menganga yang sudah ditetesi cuka. Prilly harus bisa berbagi suaminya untuk wanita yang pernah ada di hidup Ali. Ikhlas, itu yang harus Prilly lakukan. Ali menarik tangan Prilly dan keluar dari ruangan Am.

"Maaf tante, Ali butuh bicara berdua dengan isteri Ali. Permisi." Ali meninggalkan Mama Am yang diam membisu. Prilly mengikuti langkah Ali dengan air mata yang dia tahan.

Di bangku depan ruangan Am, Ali duduk di samping Prilly. Menggenggam tangan isterinya erat.

"Kenapa kamu bicara seperti tadi Pril?" Tanya Ali memecah keheningan.

"Kak, apa ucapan Prilly kurang jelas di telinga kakak?"

"Ngga. Apa alasan kamu menyuruh kakak menikahi Am?"

"Kak, selama tiga tahun Amora melawan penyakit itu, dan selama itu pula Am bertahan, karena apa? Karena ada kakak yang selalu ada di sampingnya. Tapi setelah dia tahu kita menikah kondisinya memburuk kak. Prilly ngga mau menjadi perusak kebahagiaan orang lain. Selagi kita mempunyai kesempatan, gunakanlah kesempatan itu kak." Ali terkesiap mendengar penuturan isterinya.

"Bagaimana kamu mengetahui semuanya sayang?" Prilly menatap suaminya lekat dan tersenyum.

"Itu ngga penting. Yang terpenting sekarang kakak menikah dengan Am. Jadikan dia isteri kakak."

"Ngga Pril, ini ngga semudah itu. Sama aja kakak menyakiti hati kamu. Belum lagi jika seorang suami berpoligami, suami harus bisa bersikap adil. Kakak merasa ngga akan bisa melakukan itu."

"Insha Allah kakak pasti bisa." Ali menghela nafasnya berat. Ali tidak mau menyakiti hati isteri tercintanya. Tapi apa yang harus dia lakukan sekarang, Ali juga ingin membahagiakan Amora setelah mengetahui apa yang terjadi padanya.

"Apa kamu ikhlas kakak menikah dengan Am?"

"Percayalah kak, di dunia ini ngga akan ada seorang wanita yang ingin suaminya menikah dengan wanita lain, berbagi dengan yang lain." Prilly menyusut air matanya yang jatuh ke pipi halusnya.

"Apa kamu rela kakak menikahi Am?" Ali mengelus pucuk kepala Prilly. Ali tau kini Prilly sedang dilanda kegundahan. Ali merasakan apa yang Prilly rasakan. Namun situasi ini memang sangat sulit untuk mereka berdua.

"Jika ada pilihan lain selain kakak menikah dengan Am, maka Prilly akan memilih itu kak."

"Pril..."

"Kak, ini pilihan sulit. Kakak tau, Prilly ngga bisa mencari pilihan lain. Kakak tau, melihat suaminya menikahi wanita lain bukanlah masalah kecil. Aku manusia, aku bukan nabi, aku bukan malaikat. Aku wanita biasa kak, aku merasakan sakit, aku merasakan kecewa, aku..." Prilly tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Bahunya bergetar, isakan tangis dari Prilly membuat Ali merasakan kesakitan yang saat ini Prilly rasakan.

Ali membawa Prilly ke dalam pelukannya. Membiarkan isterinya menangis sepuasnya di dada bidang miliknya. Kalau saja Ali tidak bertemu Amora saat di restoran dulu, mungkin hal ini tidak akan terjadi. Ali takut, kehadiran Am malah akan semakin menyakiti Prilly. Tapi di sisi lain, Ali memang ingin menebus semua kesalahannya.

Bidadari SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang