Dua Puluh Enam

16.6K 1.1K 27
                                    

Seperti biasanya pagi ini Ali melakukan aktivitasnya yaitu pergi ke kantor. Sedangkan Prilly, dia berada di rumah membereskan rumah walau hanya sekedar menyapu dan mencuci piring. Karena Ali melarang Prilly untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang berat.

Setelah perdebatan dengan Nadira kemarin malam, Prilly hanya memasang senyumnya dan bersikap sabar terhadap sikap Nadira. Baik buruknya Nadira namun tetap saja Nadira adalah keluarganya juga.

"Pagi Nad." Sapa Prilly saat Nadira baru saja turun dari tangga dan duduk untuk sarapan.

"Hm pagi." Jawabnya singkat.

Prilly hanya tersenyum, Prilly sudah tau sifat Nadira seperti itu. Namun Prilly bersyukur, setidaknya Nadira masih mau membalas ucapannya.

"Si Alibaba ke kantor lagi?" Prilly terkejut mendengar pertanyaan Nadira. Bukan apa-apa, tapi biasanya Nadira akan membentak, memarahi bahkan tidak mau berbicara dengannya.

"Eh... iya Nad kak Ali ke kantor."

"Kapan sih si Aliaba ngga sibuknya... bete." Gumam Nadira sambil menyuapkan nasi ke mulutnya.

"Kak Ali emang kaya gitu. Kak Ali itu orangnya pekerja keras, walaupun dia sendiri tau dia adalah pemilik perusahaan, tapi kak Ali harus memberikan contoh yang baik buat karyawan nya."

"Ya ya ya. Whatever. Ya udah, kamu siap-siap gih." Titah Nadira membuat aktivitas Prilly terhenti.

"Emangnya mau kemana Nad? Ini baru aja jam setengah sepuluh Nad.

"Banyak nanya. Si Alibaba kan bilang, kalo aku mau keluar rumah harus sama kamu Pril."

"Kamu ngajakin aku?" tanya Prilly tak percaya.

"Ya iyalah siapa lagi. Lagian aku kasian juga sama kamu kalo ditinggal sendiri di rumah."

Nadira beranjak dari duduknya dan meninggalkan Prilly yang sedari tadi tersenyum. Namun langkahnya terhenti kemudian berbalik ke arah Prilly.

"Cepet siap-siap jangan ampe bikin aku emosi."

"Iya Nad. Aku siap-siap sekarang."

Keduanya berjalan dan memasuki kamarnya masing-masing. Sebelum bersiap, Prilly menelepon Ali untuk meminta ijin. Walaupun Prilly pergi bersama sepupu Ali, namun tetap saja kewajiban Prilly sebagai seorang istri meminta ijin kepada suaminya ketika dia akan pergi.

"Hallo Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

"Kak, maaf Prilly ganggu waktunya kakak."

"Ngga apa-apa sayang. Ada apa?"

"Prilly mau minta ijin sama kakak, Prilly mau keluar rumah kak sama Nadira. Apa kakak ijinin Prilly?"

"Tentu sayang. Kakak ijnin, masa istri kakak mau main ngga diijinin sih. Yang penting kamu hati-hati, jangan terlalu cape ya."

"Iya kak, makasih ya kak."

"Sama-sama sayang."

"Ya udah Prilly tutup teleponnya ya kak. Selamat kerja lagi imam tampan Prilly. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam bidadari nya kakak."

Selesai menelepon Ali dan meminta ijin dari suaminya. Prilly cepat-cepat bersiap. Hal yang langka ketika Nadira mau mengajaknya keluar rumah bersama.

Prilly memilih memakai baju yang simple, dress panjang berwarna cream yang bermotif renda di bagian dada, kemudian di padu padankan dengan kerudung putih. Tidak lupa olesan make up sederhana mempercantik penampilan Prilly.

Bidadari SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang