Enam

9K 949 12
                                    

Ali dan Prilly kini duduk di pojokan di lantai dua. Tempat mereka duduk memang jauh dari para pengunjung restoran yang lain, tapi sepertinya tempat duduk mereka saat ini adalah tempat duduk yang disukai oleh Ali.

Di sebelah kiri Ali terdapat jendela besar yang langsung menampilkan suasana kota Jakarta saat malam hari. Makanan yang sudah dipesan sudah tersaji di hadapan mereka.

Mereka berdua makan dalam diam. Tak ada satupun yang berbicara. Keduanya asik menyantap hidangan yang mereka pesan. Setelah selesai, barulah mereka mengobrol dan sesekali bercanda.

"Kenapa kamu ngga abisin makanannya?"

"Prilly kenyang kak, lagian kakak pesennya banyak banget, 'kan jadinya mubazir."

"Dibungkus aja, buat bik sumi di rumah sama Pak Ujang." Ucap Ali.

"Emang ngga apa-apa, malu dibungkus segala."

"Ngga apa-apa peri cantik. Oh ya, kita honeymoon yuk. Sekalian liburan juga." Ali menaikan turunkan kedua alisnya.

"Honeymoon? Bagi Prilly setiap hari bisa bareng sama kakak itu udah jadi honeymoon buat Prilly. Lagipula itu hanya menghambur-hamburkan uang kak."

"Pokonya ngga ada protes. Kamu harus mau, biar program dedeq bayinya juga enak kalo di tempat yang berbeda."

"Kak ini di tempat umum. Jangan ngomong vulgar gitu ah."

"Kenapa? Ngga apa-apa, kita 'kan di pojokan, ngga akan ada yang denger."

"Emang kakak mau ajak Prilly ke mana?"

"Kakak sih terserah mau kamu aja." Prilly menatap Ali seraya berfikir.

Tempat yang cocok untuk bulan madu. Bagi Prilly tidak pernah terpikir untuk berbulan madu. Setiap hari bisa bersama-sama dengan suaminya adalah hal yang paling disyukuri olehnya. Seulas senyum terlihat di wajah cantik Prilly. Sepertinya Prilly sudah menemukan tempat untuk berbulan madu.

"Kakak, gimana kalo kita berbulan madu ke Turki?" Ali menarik kedua sudut bibirnya kemudian mengangguk.

"Boleh juga. Ya udah nanti kakak urus tiketnya ya. Sebaiknya sekarang kita pulang." Prilly mengangguk dan senyumnya masih tergambar di wajahnya.

Ali menggenggam tangan Prilly dan seperti biasanya, Ali tampak cuek dengan tatapan yang saat ini sedang menatap mereka. Namun seorang wanita muda tampaknya tidak melihat Prilly yang sedang berjalan di hadapannya, hingga bahunya menyenggol Prilly agak keras.

"Aduh." Spontan Ali menoleh ke arah Prilly.

"Kamu ngga apa-apa sayang?" Prilly menggeleng. Kemudian Ali membalikan badannya hendak memarahi wanita yang menyenggol isterinya. "Kalo jalan itu ha...ti-" Kalimat Ali menggantung melihat wanita di depannya kini sedang memandang dengan tatapan terluka. Berbeda dengan wanita paruh baya yang datang bersama wanitu itu, dia menatap Ali dengan tatapan emosi. Sedangkan Prilly hanya diam, karena memang tidak mengerti apa-apa.

"Amora."

"Ali."

Ucap keduanya. Amora, tentu ingatkan dengan dia. Kekasih Ali yang belum sempat Ali putuskan hubungannya. Dan secara tidak langsung saat ini hubungan mereka seharusnya masih berstatus kekasih.

"Kamu ngapain disini Am?" Tanya Ali menghilangkan rasa terkejutnya.

"Aku mau makan malam sama mama, Li. Oh ya, itu isteri kamu kan? Hai." Sapa Amora lembut. Prilly tersenyum.

"Hai juga. Sepertinya aku belum kenalan sama kamu. Aku Prilly, isterinya Ali." Balas Prilly lembut dan mengulurkan tangannya lalu dibalas oleh Amora.

Bidadari SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang