Hay readers setiaku...(pede banget ya gue, belum tentu ada yang masih nunggu story aku)...
Kembali lagi nih di story aku, ada yang pengen tau lanjutannya ngga? Mudah-mudahan sih masih ada yang pengen baca ya... Bagi yang masih menunggu kelanjutannya makasih banget ya, dan maaf baru bisa lanjut soalnya aku sibuk, banyak test dan juga sekarang harus jaga my mother di RS (minta doa'nya ya)...
Oke, ini chapter selanjutnya. Semoga terhibur. Happy reading guys....
***
Semakin hari kondisi Amora semakin membaik, ditambah dengan kehadiran Ali yang selalu datang di sela-sela kesibukannya. Prilly yang melihat Ali begitu memperhatikan Amora, hanya tersenyum kecil dan menahan sesak di dadanya.
Apakah Ali sudah mulai melupakan dirinya? Sehingga Ali begitu memperhatikan Amora dibanding dirinya? Batin Prilly menangis.
Hari ini Am sudah diperbolehkan pulang dari Rumah Sakit, tentu saja hal ini disambut bahagia oleh Ali, Prilly dan mama Am. Ali membantu membereskan barang-barang milik Am. Sedangkan Prilly membantu Am duduk di kursi roda. Walaupun di dalam hati Prilly, dia terus menangis, namun Prilly terus memperlihatkan senyumannya. Senyum palsu di balik luka yang dia rasakan.
Ali membawa Am ke rumahnya. Bukan rumah Ali saja, tapi rumah Ali dan Prilly. Mereka berdua sudah sepakat untuk tinggal serumah dengan Am, sedangkan mama Am lebih memilih tinggal di rumah Am. Karena memang saat ini status Am adalah istri Ali. Lebih tepatnya istri kedua Ali.
Bik Sum yang mendengar Am sudah menjadi isteri Ali dan akan tinggal di rumah majikannya itu, hanya diam tidak banyak komentar. Tatapannya menyiratkan kesedihan, Bik Sum seperti merasakan kesedihan yang saat ini Prilly rasakan.
"Li, Pril..." panggil Am dengan suara seraknya ketika mereka bertiga sudah sampai di rumah Ali dan Prilly.
"Iya..." jawab Ali dan Prilly. Prilly memandang Am yang saat ini wajahnya memperlihatkan keraguan.
"Kamu kenapa Am? Apa kamu ngga suka tinggal bersama kami?"
Ali langsung menoleh kepada Prilly. "Ngga Pril, aku senang bisa tinggal bersama kalian. Aku minta maaf ya Pril."
"Minta maaf untuk apa Am? Aku ngga merasa kamu berbuat salah sama aku."
"Maaf..."
"Bicarakan semua yang kamu rasakan Am." Sahut Ali.
Amora tertunduk. Kemudian matanya menatap Prilly dengan tatapan rasa bersalah. "Maafin aku Pril, karena penyakit aku, jadinya Ali harus menikahi aku. Aku ngga mau disebut perebut suami orang lain."
"Siapa yang berfikir seperti itu Am? Aku ngga berfikir kamu udah merebut kak Ali dari aku. Ini semua udah menjadi takdir kita. Kita ngga akan sanggup menentang apa yang sudah dikehendaki-Nya."
"Benar apa yang dikatakan oleh Prilly. Kamu ngga usah merasa bersalah seperti itu Am. Sudahlah lebih baik kamu beristirahat. Jangan berfikir macam-macam. Yang terpenting kamu harus sembuh." Ali mengelus pipi Am di hadapan Prilly. Am kembali menatap Prilly, sedangkan Prilly hanya tersenyum dan mengangguk.
****
Prilly bersujud di bawah sajadah kemudian duduk. Pipi mulusnya dihiasi cairan bening yang keluar dari sudut matanya. Bahunya bergetar dan dari mulutnya terdengar isakan kecil, menandakan bahwa ia menangis dalam diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Surga
FanfictionCerita ini sebagian di private. Jadi follow terlebih dahulu. Bersatu karena sebuah perjodohan, bersama tanpa pernah saling mengenal. Tidak pernah terpikir, jika aku akan menikah dengan lelaki yang sama sekali tidak aku kenal. Hanya karna perjodohan...