Tiga Belas

19K 1.4K 95
                                    

Comeback again guys... Baik kan si aku, sekarang udah update lagi. Ini spesial buat kalian yang setia baca story ini sampe kalian komen yang bener2 bikin aku senyum2 sendiri.

BTW aku ucapin makasih ya, udah mau apresiasiin cerita aku dengan memvote dan memberi koment. Penulis gak akan ada apa2 nya tanpa kalian.

oke deh, selamat membaca ya.. semoga suka.. tantan^^

***

Senyum terukir di wajah cantik Prilly dan wajah Bik Sum. Bagaimana tidak bahagia, saat ini di dalam rahimnya tumbuh janin yang sudah berusia dua minggu. Prilly belum memberi tahu kabar ini kepada Ali. Prilly akan memberi kejutan kepada Ali mengenai kabar bahagia ini.

Di perjalanan pulang, Prilly dan Bik Sum mampir dulu ke supermarket untuk membeli susu untuk ibu hamil dan beberapa sayuran. Wajah cantiknya tidak henti-hentinya mengukir senyuman, hingga Bik Sum pun merasakan kebahagiaan yang Prilly rasakan.

"Prilly?" tegur seorang pria di hadapan Prilly.

"Eh kak Rolan. Apa kabar kak?"

"Baik Pril. Kamu sendiri?"

"Prilly alhamdulillah baik kak." Rolan melihat ke arah kanan dan kiri Prilly, sepertinya sedang mencari sesuatu. "Kakak sedang mencari siapa?"

"Aku mencari Ali. Di mana dia?" Wajah Prilly berubah sendu, namun sedetik kemudian Prilly tersenyum.

"Kak Ali masih di kantor kak. Akhir-akhir ini kak Ali di sibukan dengan pekerjaannya." Rolan mengangguk mengerti.

"Jadi kamu belanja bersama siapa Pril?"

"Prilly ditemani Bik Sum kak, pembantu sekaligus ibu ketiga Prilly." Jawab Prilly sembari tersenyum. "Ya udah kak, Prilly duluan. Mari."

Prilly bergegas meninggalkan Rolan. Sepertinya Prilly lupa jika Ali telah melarang Prilly untuk tidak bertegur sapa atau bahkan dekat dengan Rolan, sepupu Ali.

Sementara di Rumah Sakit tempat Am kemo, Ali dengan setia menemani Am melakukan kemoterapi hingga selesai.

"Terimaakasih ya Li, kamu selalu menemani aku."

Ali tersenyum kecil. "Sama-sama, itu udah menjadi kewajiban aku sebagai suami kamu."

"Li, boleh aku tanya sesuatu sama kamu?" tanya Am ragu-ragu.

"Apa?"

Am menarik nafasnya sejenak. "Apa yang terjadi antara kamu sama Prilly?" Ali menatap Am datar.

"Ngga ada yang terjadi. Kamu ngga usah banyak berpikir. Yang perlu kamu pikirkan itu kesehatan kamu."

"Tapi Li, aku ngga mau kalian bertengkar. Apalagi semuanya karena aku."

"Aku dan Prilly ngga bertengkar, hanya salah faham aja. Dia sedang datang bulan, makanya mood nya berubah ubah. Kamu tenang aja, aku sama Prilly baik-baik aja."

"Kamu ngga bohong? Li, aku tau kamu menutupi sesuatu dari aku 'kan?"

"Sudahlah Am, kamu jangan terlalu banyak memikirkan sesuatu yang bisa membuat kondisi mu menurun."

"Tapi Li..."

"Am, aku mohon jangan bahas soal ini lagi. Aku dan Prilly baik-baik aja." Am mendesah pelan. Jawaban Ali tidak sesuai dengan harapannya. Am yakin Ali menutupi sesuatu dari dirinya.

***

Usai berbelanja, Prilly dan Bik Sum menunggu jemputan Pak Ujang. Tapi sepertinya jemputan mereka belum datang. Namun tiba-tiba Prilly merasakan pusing di kepalanya, hingga membuat dirinya hampir terjatuh.

Bidadari SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang