Ali terperanjat tatkala mimpi buruk menghampirinya. Ternyata itu hanyalah mimpi. Mimpi dimana Prilly benar-benar pergi meninggalkannya untuk selamanya. Saat ia menundukan kepala di samping ranjang Prilly, ia tertidur dan bermimpi jika Prilly akan meninggalkannya untuk selamanya.
Nafas Ali tersengal-sengal, karena baginya mimpi itu terasa nyata. Tidak, Ali tidak mungkin bisa ditinggalkan oleh Prilly untuk selamanya. Mereka baru saja membina rumah tangga belum genap dua tahun.
Ali terus menatap Prilly. Berharap Prilly akan membuka matanya secepatnya. Dan benar saja, mata Prilly bergerak. Ali langsung berdiri dan mendekatkan wajahnya ke wajah Prilly.
"Sayang bangun," bisik Ali.
Prilly masih berusaha membuka matanya dan membiasakan matanya dengan cahaya di ruangan itu. Perlahan mata Prilly terbuka sempurna. Ali yang melihat Prilly sadar begitu bahagia.
"Sayang, Alhamdulillah kamu udah sadar," ucap Ali kegirangan.
"Prilly dimana kak?" tanya Prilly dengan suara lemas.
"Kamu masih di rumah sakit sayang. Setelah melahirkan kamu mengalami post partum."
"Putri kita? Bagaimana dengan putri kita kak?"
"Kamu tenang aja sayang, dia baik-baik saja," jawab Ali menenangkan Prilly.
Prilly menatap lekat Ali yang terlihat berantakan dengan mata yang sembab dan memerah.
"Kakak, apa kakak udah kasih nama buat anak kita?"
Ali mengangguk, "Kakak udah siapkan nama untuk anak kita. Namanya Zahira Inara Bagaskara."
"Nama yang bagus kak. Kakak dapat darimana nama itu?"
"Dari mimpi kakak."
Prilly menautkan kedua alisnya. Bagaimana bisa nama untuk anaknya Ali peroleh dari sebuah mimpi? Pikir Prilly.
"Udah ya sayang. Kamu jangan banyak memikirkan sesuatu yang ngga penting. Sekarang kamu harus secepatnya sembuh, biar kita bisa merawat Ara."
"Prilly mau melihat anak kita kak," ucap Prilly.
"Sebentar ya sayang, kakak panggilkan dokter dulu untuk memeriksa keadaan kamu," cegah Ali memberi pengertian.
Ali keluar dari ruangan Prilly dan mencari dokter yang menangani Prilly. Di luar ruangan Prilly, bunda Prilly, Nadira dan mama Ali terlihat duduk di bangku. Ali menghampiri mereka dan menceritakan bahwa Prillu sudah sadar.
Raut bahagia jelas terpancar di wajah mereka. Lalu Ali dengan tergesa mencari Dr. Celia. Setelah bertemu dengan Dr. Celia, Ali dan Dr. Celia langsung menuju ruangan Prilly.
Saat Ali memasuki ruangan Prilly, ia melihat Prilly sedang di kerubungi oleh keluarganya. Senyum dan tawa menghiasi mereka semua termasuk Prilly yang sudah bisa tersenyum walaupun wajahnya masih terlihat pucat.
Dr. Celia langsung memeriksa keadaan Prilly. Ali menunggu dengan hati cemas. Karena mimpi yang ia alami tadi, sedikit membuat Ali merasakan ketakutan jika ia akan ditinggalkan Prilly.
"Alhamdulillah, kondisi Prilly sudah mulai membaik. Darahnya juga sudah berangsur normal. Setelah ini kami akan memindahkan Prilly ke ruang perawatan," ungkap Dr. Celia membuat semua keluarga Prilly merasakan kelegaan.
"Alhamdulillah, terima Kasih nak Dokter," ucap bunda Prilly.
"Sama-sama bu. Ya sudah, saya permisi," pamit Dr. Celia.
"Akhirnya kamu sadar Pril, kamu harus liat anak kamu. Dia cantik, kaya kamu Pril. Bibirnya tipis, hidungnya kaya perosotan anak TK, pipinya chubby. Gemes banget Pril aku liatnya," oceh Nadira membuat Prilly tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Surga
FanfictionCerita ini sebagian di private. Jadi follow terlebih dahulu. Bersatu karena sebuah perjodohan, bersama tanpa pernah saling mengenal. Tidak pernah terpikir, jika aku akan menikah dengan lelaki yang sama sekali tidak aku kenal. Hanya karna perjodohan...